[Dongeng Erep] Perjalananku

Day 2,482, 02:19 Published in Indonesia Indonesia by Kampret7

cerita ini juga bisa dilihat disini.



Sabtu, 6 september 2014
Day 2482 Erepublik Time
Papua, eIndonesia


Siang ini aku duduk-duduk santai di teras kabinku, memandang kearah lautan yang biru sambil ditemani sebotol bir dingin. Terlihat beberapa anak kecil yang bermain ombak ditemani teriknya matahari. Waktu terasa berjalan sangat lambat di ujung barat Papua ini. Tidak ada aktivitas yang terlalu menarik belakangan ini. Begitupun dengan eIndonesia, aktivitas para pemain sedang sepi. Hanya ada event beberapa waktu lalu yang berlangsung selama tiga hari dan pemilihan presiden.



Beberapa lama setelah melamun memandangi lautan, aku terpikir akan sesuatu dan mulai bertanya-tanya dalam hati, bagaimana aku bisa sampai di sini, bisa sejauh ini. Aku mencoba mengingat dan menggabungkan kembali bagian demi bagian semua ingatan dan kenangan perjalananku dari sejak aku lahir di eDunia.

Aku ini adalah pencinta kemiliteran, seorang nasionalis, dan seseorang yang cinta dengan tanah air ini dengan semua kelebihan dan kekurangannya. Tapi tidak ada sarana yang yang dapat menampung ideologiku pada saat itu. Sampai akhirnya di pertengahan bulan Juli 2009 aku membaca di sebuah majalah milik adikku. Di halaman terakhir majalah tersebut terdapat artikel tentang gathering sebuah komunitas permainan strategi berbasis internet.

Aku tidak terlalu tertarik dengan permainan online sebenarnya, tapi saat itu,

Apa salahnya membaca” pikirku dalam hati.

Di artikel tersebut menceritakan tentang kegiatan mereka saat gathering, dan fitur-fitur yang ada di dalam permainan tersebut. Para pemain dapat menjadi apapun yang diingikan. Mulai dari tentara, pedagang, anggota parlemen, sampai presiden. Diceritakan juga kalau Indonesia pernah menguasai lima benua termasuk Amerika Serikat. Mulai timbul ketertarikanku akan permainan ini. Lalu dibawah semua penjelasan itu, terdapat foto ini,



Yaa ini, ini adalah foto gathering pertama eRepublik Indonesia (eRepindo), sekaligus foto pertama pemain-pemain pertama eRepindo yang aku lihat.

Sepertinya ini media yang tepat untuk menyalurkan ideoogiku membela tanah air. Meskipun bukan di dunia nyata, tapi menurutku misi yang diemban sama, yaitu memperkenalkan bangsa ini dan membuat bangsa ini disegani di seluruh dunia. Memang di dunia nyata terasa mustahil, tapi kenyataannya tidak di sini.

Hari itu aku segera menyalakan komputerku dan menuju situs yang tertera di artikel tersebut. Sampai di depan halaman awal situs itu aku termenung, sedikit ragu untuk mendaftar. Aku tidak tau apa yang akan terjadi nanti, apakah para pemainnya ramah, bagaimana bila waktuku menjadi tersita karena permainan ini. Sempat muncul pertanyaan-pertanyaan seperti itu dalam benakku, jadi aku mengurungkan untuk mendaftar.

Hari demi hari aku semakin penasaran dengan permainan ini. Aku membaca lagi dan lagi artikel itu untuk meyakinkan keputusanku. Sampai akhirnya tanggal 26 Juli 2009 menjadi hari kelahiranku dan awal perjalananku di dunia yang baru ini. Dunia dimana impian bisa menjadi kenyataan. Dunia Erepublik.



Awal perjalananku cukup berat di dunia ini. Tidak mengenal siapa-siapa, tidak punya eayah dan eibu, tidak ada yang membimbing sehingga aku harus berusaha sendiri di sini. Aku mulai membaca-baca artikel yang ada untuk memberi gambaran tentang aktivitas yang sedang terjadi di eIndonesia.

Gaji awal yang aku terima dengan skill 0 sekitar 5 IDR. Setiap pemain baru dibekali lima buah roti Q1 untuk bertahan hidup. Roti tidak bisa dikonsumsi secara manual tetapi harus menunggu sampai pergantian hari dan secara otomatis terkonsumsi. Dulu istilah yang digunakan bukan energy, melainkan wellness. Wellness paling tinggi adalah 100, bila wellness dibawah 40 kita tidak dapat berperang. Dan bila wellness kita 0, kita mati.

Wellness kita mempengaruhi produktivitas dalam bekerja. Jadi kita harus mempertahankan wellness diatas 70 atau sebisa mungkin diatas 90 agar tidak dipecat. Terdapat beberapa tingkatan perusahaan mulai dari bintang satu sampai bintang lima. Semakin tinggi bintang tempat kita bekerja, semakin banyak pula jumlah wellness yang berkurang menggikuti jumlah bintang perusahaan tersebut.

Bidang usaha yang ada pun dibagi tiga, ada bidang maufaktur, ladang, atau konstruksi. Manufaktur terdiri dari makanan, senjata, dan tiket. Ladang terdiri dari produksi gandum untuk makanan, bijih besi untuk senjata, dan oli/bahan bakar untuk perusahaan tiket. Setelah itu ada bidang konstruksi yang memproduksi rumah sakit dan benteng pertahanan untuk sebuah region.

Setelah beberapa hari aku bermain aku mencoba untuk mengenal orang-orang di sini. Mulai bergabung dengan partai dan unit militer yang tersedia. Banyak pilihan, tapi akhirnya aku bergabung dengan Partai Kami Sama (PKS) dan Laskar Bocil (L😎. Di PKS aku mulai berkenalan dengan teman-teman di sana. Satu nama yang aku masih ingat adalah Lutfisnet, dialah orang pertama yang aku kenal di sini.

Lalu ada mantan presiden Masila. Aku sempat belajar tentang monex dari dia. Dia pulalah yang mengajakku ke sebuah tempat ngumpul anak-anak PKS yang bernama Lounge_PKS. Tempatnya menyenangkan, nyaman, dan orang-orang di sana ramah. Selain itu ada mantan presiden favoritku, Wonder Forward. Aku tidak mengenalnya secara langsung tetapi hanya dari tulisan-tulisan dan cerita-ceritanya yang begitu inspiratif. Dialah yang menerbitkan novel “Ketika Indonesia Menaklukan Dunia”, dan inspirasiku untuk membuat surat kabar ini.



Suatu hari aku mendatangi sebuah bar di Jakarta tempat para ekspatriat dan prajurit-prajurit IHA berkumpul. eIndonesia dan eHungary sangat dekat saat itu. eHungary sendiri sudah menganggap eIndonesia sebagai Big Brother mereka. Di dalam bar itu sangat penuh sesak dengan orang-orang berkebangsaan Hungaria. Setelah memesan minum pun aku bingung akan duduk di mana. Sampai ada seseorang berkebangsaan Hungaria memanggilku dari pojok bar,

Hey… Hey you !” dia sedikit berteriak dan melambaikan tangan kepadaku. Sepertinya dia melihat kebingunganku.

Hey, little man! Come, sit here.” tambahnya.

Aku akhirnya menerima ajakannya untuk duduk di sana. Namanya Tamas Horvath, dia salah satu prajurit IHA yang sedang mengambil cuti dinas di Jakarta. Orangnya sangat ramah, dia bercerita tentang keluarganya di eHungary sana dan selalu berterimakasih kepada eIndonesia atas bantuan kita untuk negaranya. Kita berbincang cukup lama dan menjadi teman baik sejak saat itu.

Dulu internet tidak semudah sekarang, dan belum semua orang punya internet. Untuk bermain aku masih menggunakan dial-up connection. Itupun kadang bisa kadang tidak, dan kalaupun bisa, sangat lambat. Jadi warnetlah pilihan terbaik yang tersedia. Setiap dua hari sekali sekitar jam satu siang setelah pulang sekolah aku pergi ke warnet. Work and Train (WnT) untuk hari itu, lalu menunggu sampai jam dua untuk pergantian hari dan WnT lagi.



Itulah salah satu strategi yang lazim digunakan para pemain saat itu. Dapat menghemat waktu dan uang jajan. Tapi pengorbananku tidak hanya itu. Aku sampai pernah kehilangan sendal di warnet dan harus pulang jalan kaki sejauh 200 meter. Sudah terlihat seperti anak layangan saja saat itu.

Kesulitan tidak hanya saat ingin bermain, dalam permainan pun juga banyak kesulitannya. Dalam bekerja dan bila ingin mendapatkan Hard Worker Medal, kita harus bekerja selama 30 hari BERTURUT-TURUT. Inilah yang sering membuat patah hati. Saat kita sudah bekerja selama 28 hari berturut-turut dan tidak sempat bermain hanya satu hari, kita harus mengulang lagi dari hari pertama.

Dalam pertempuran pun sangat sulit untuk mendapatkan Battle Hero Medal. Medan pertempuran dikuasai oleh prajurit-prajurit yang memiliki skill tinggi dan persenjataan canggih, sehingga membuat prajurit-prajurit baru kurang terasa kontribusinya.

Bila wellness diatas 90, dan tanpa menggunakan wellness box, kita hanya bisa bertempur paling banyak lima kali sebelum akhirnya harus pergi ke rumah sakit dan memulihkan tenaga kita. Tapi mendengar beberapa cerita dari senior-senior di sini, mereka sampai harus “puputan” mengorbankan diri untuk bisa memenangkan pertempuran.



Bulan demi bulan ku lewati perjalanan ini sampai pada akhirnya di tahun 2010 kesibukanku mulai bertambah. Memasuki kelas 3 SMA, aku harus lebih fokus untuk lulus Ujian Nasional dan mau tidak mau erepublik harus sedikit ditinggalkan. Adanya perubahan modul perang dari semula seperti tembok yang harus dihancurkan menjadi sistem catur dimana kita harus menguasai sebanyak mungkin area yang ada.



Aku sendiri kurang mengetahui cara bermain sistem ini. Dan internet dial-up conection pun tidak sanggup mengimbanginya. Mungkin itu menjadi pertanda buatku untuk lebih fokus dalam pelajaran dan berhenti dari permainan ini.


Akan ada lomba dan hadiah menarik yang akan dijelaskan di Part 2/2. So stay tune and don't forget to subscribe this newspaper.