Indonesia mau Kemana?

Day 4,527, 01:16 Published in Indonesia Indonesia by S O E D I R M A N

Halo eIndonesia,

Saat saya melihat Ireland keluar dari CODE, saya jadi ingin mengutarakan apa yang dari dulu ingin saya tuliskan.

Saya salut dengan para pemain eIndonesia yang sudah bermain game ini secara aktif selama lebih dari 5 tahun tanpa vakum. Mereka pastinya sudah kenyang merasakan manis dan pahitnya game eRepublik beserta komunitas Erepindo ini. Padahal kita semua tahu game ini punya admin yang semakin hari semakin tidak peduli dengan teriakan para pemain yang memberi masukan agar game terus terasa segar dan menyenangkan. Akibatnya, bukan cuma di Erepindo, tapi di seluruh eWorld semua merasakan kejenuhan dan jumlah pemain yang terus berkurang. Banyak negara mencoba mengatasi hal ini dengan cara mereka masing-masing, untuk Indonesia sendiri, Indonesia mau kemana?




Erepublik di Masa Keemasan

Kita akan coba bahas sejarah sedikit. Dulu, pada akhir dekade 2000an dan awal dekade 2010an, game web dan game flash berada pada puncak popularitasnya, tidak terkecuali eRepublik ini. Saat eRepublik berada pada fase V1, game ini menjadi salah satu game paling populer di dunia, saya ingat ada lebih dari 500.000 active citizen saat itu (walaupun mungkin sebagian besar sapi). Kemenangan belum ditentukan oleh pack seperti sekarang, tapi ditentukan oleh kemampuan koordinasi dan jumlah citizen aktif yang mampu hit bersamaan sesaat sebelum day change, makanya saat itu Indo jadi salah satu negara paling kuat karena jumlah citizen yang banyak berkat babyboom dan para juragan sapi.


Battlefield eRep v1

Erepublik mendapatkan banyak sekali support dari para pemainnya, karena game ini adalah salah satu game terbaik yang pernah mereka mainkan. Tapi semua berubah saat admin mulai mencoba berinovasi, lahirlah eRepublik Rising. Di atas kertas, eRep Rising ini akan membuat permainan menjadi menyenangkan karena penuh fitur baru, sayangnya kenyataannya justru membuat eRepublik kehilangan daya tarik utamanya: simplicity.

Banyaknya protes akhirnya membuat admin merombak lagi game ini menjadi hampir seperti sekarang. Saya pikir insiden ini telah mengubah kelakuan admin menjadi seperti sekarang. Mereka trauma untuk membuat perubahan drastis dan hanya mau berinovasi perlahan dan sedikit-sedikit. Maka dari itu kita tidak bisa lagi mengharapkan admin untuk membuat game ini lebih menyenangkan dan tidak membosankan.



Indonesia dan Aliansi

Saya minta maaf sebelumnya pada para senior, tolong koreksi jika saya salah atau kurang benar. Saya tidak pernah masuk dalam lingkaran pemerintahan, juga tidak pernah menjadi bagian dari partai atau MU besar, jadi saya akan utarakan dari perspektif pemain awam.

Di game ini selalu ada dua aliansi besar yang menjadi rival. Saat ini ada Asteria vs. CODE yang mendominasi politik dunia. Dulu saya masih ingat betul saat Indonesia menjadi bagian dari aliansi PHOENIX, yang mempunyai rival EDEN. Setiap minggu dan bahkan hampir setiap hari selalu ada order dari koran MoD mengenai battle penting aliansi yang harus dimenangkan (sampai sekarang kalo saya lihat muncul order resmi di koran MoD saya masih merasa senang bukan main). Pemain biasa seperti saya bisa ikut merasa penting karena sering terlibat dalam pertempuran besar dunia, belum termasuk adrenalin yang dirasakan saat perang terjadi.


Phoenix

Semua itu berbeda dengan yang saya rasakan sekarang. Indonesia sekarang adalah negara netral. Menjadi negara netral itu ada enaknya, tidak ada yang mengganggu, tapi kita juga tidak bisa mengganggu siapa-siapa. Akhirnya kita seperti terpenjara di rumah sendiri, aman tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Hari demi hari dilewati dengan rutinitas yang sama, bagi yang bisa membeli pack masih bisa mencari kesenangan dengan berburu medal, tapi pemain gratisan hanya bisa menunggu sampai berkarat dan akhirnya pensiun. Saya masih ingat betul perkataan CP Perancis, netralitas itu destruktif, netralitas sejati itu tidak ada, sebuah negara hanya menggali kuburnya sendiri dengan bersikap netral.



Netralitas Indonesia

Saat ini, Indonesia mengaku sebagai negara netral, benarkah?

Masih banyak pemain Indonesia yang tidak melupakan teman lamanya seperti Hungary, Serbia, atau bahkan Makedonia. Banyak yang rela membantu mereka secara cuma-cuma untuk menunjukkan sikap persahabatan dari Indo. Itu adalah sikap yang hebat dan semakin menunjukkan kalau Indonesia adalah bangsa yang setia dan memiliki solidaritas tinggi pada teman mereka apapun yang terjadi. Sayangnya kadang hal tersebut bisa berakibat pada persepsi yang salah dari pihak lawan. Kecurigaan bisa timbul dari pihak Asteria apabila pemain Indo terlalu sering membantu Hungary, sebaliknya juga bisa terjadi apabila Indo terlalu memihak Serbia dalam perangnya melawan CODE. Walaupun kita berusaha mencari keseimbangan tetap saja mereka tidak akan peduli, mereka cuma akan mengingat saat kita melawan mereka dan akhirnya mengecap kita sebagai pro lawan.

Keadaan ini diperparah dengan kalangan mercenary yang walaupun jumlahnya tidak banyak tapi selalu membawa bendera Indonesia di profil mereka. Air battle yang seharusnya Asteria vs CODE malah menjadi Asteria vs Indonesia atau Indonesia vs CODE atau malah Indonesia vs Indonesia. Kalau sudah begitu pihak yang kalah akan selalu menuduh Indonesia memihak lawan, tidak peduli penjelasan apapun yang diberikan. Saya paham kalau mercen hanya bertujuan mencari uang, jadi tidak salah kalau mengambil kontrak yang nilainya paling tinggi. Menjadi mercen juga mungkin salah satu cara untuk menghilangkan kebosanan jadi tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Tapi karena masih memakai bendera Indonesia dan tidak semua pemain Indonesia adalah mercen, jadi pemain non-mercen terkena imbasnya juga.


Asteria vs Andes Indonesia vs Indonesia

Saya tidak akan terlalu jauh membahas mercenary karena itu bukan fokus utama artikel ini dan hanya akan menimbulkan debat kusir yang tidak menyelesaikan masalah. Intinya, selama kita memihak teman lama atau orang yang membayar lebih, maka itu sama artinya kita ikut campur dalam politik dunia. Hal itu berarti mementahkan sikap “netral” yang selama ini kita ambil, karena sekali ikut campur dalam politik aliansi yang kita bukan menjadi salah satu bagian darinya, maka kita tidak lagi netral. Kita hanya menggali kubur kita sendiri, bukan hanya kuburan kebosanan tapi juga kuburan Indonesia yang rata karena tidak lagi punya teman.



Indonesia dan Aliansi (2)

Jangan lupa kalau modul utama eRepublik ini adalah modul militer, jadi untuk menghidupkan semangat bermain paling efektif adalah dengan hal yang berhubungan dengan militer. Dari pembahasan sejauh ini, saya seperti ingin mengusulkan agar Indo masuk aliansi. Salah satunya memang itu, demi untuk menghilangkan kebosanan dan menghidupkan kembali komunitas. Tapi tidak hanya itu, sebenarnya ada langkah lain yang bisa dilakukan:

1. Masuk aliansi yang sudah ada.
2. Membuat aliansi baru.
3. Menginvasi negara netral lain.

Sekarang kita coba telaah satu persatu.

Saya mau menulis artikel ini sejak lama, tapi saya mau mengamati air damage Indonesia dulu, terutama para pilot naturalisasi di MU Maxdi yang memiliki air rank yang top, pilot resimen 8 TNeI yang sudah mulai menunjukkan taringnya, dan pilot senior AG yang sejak dulu konsisten menyumbang damage AB yang signifikan. Hasilnya damage pilot Indonesia selalu di ranking 15 besar dunia, sering masuk 10 besar, dan kadang 5 besar saat ada event atau kontrak mercen. Hal ini bisa menjadi daya tawar agar kita diperhitungkan negara lain dan tidak disepelekan dalam diplomasi. Untuk damage land masih menyedihkan, tapi itu justru menjadi argumen agar kita mencari teman yang bisa menutupi kelemahan kita.



Misalnya saja kita masuk salah satu aliansi besar, seperti Asteria, CODE, Pacifica, atau Hydra, maka tidak hanya Indonesia melainkan seluruh dunia akan hidup lagi. Dengan masuknya Indonesia sebagai air power netral non-aliansi terkuat, maka balance of power di dunia akan berubah. Walaupun damage land kita seperti tempe, tipis, tapi damage air kita bisa mengubah kekuatan aliansi yang kita masuki secara signifikan, karena kita bisa memastikan kemenangan di hampir seluruh air battle.

Saya mungkin terdengar naif, mungkin tidak bisa semudah itu kita diterima sebagai anggota baru di salah satu aliansi yang ada. Tapi damage pilot kita ini benar-benar tidak main-main, cuma perlu diplomator handal untuk mamaksimalkan daya tawar kita ini.

Masalahnya kita tidak bisa sembarangan masuk aliansi, kita juga harus mempertimbangkan kenyamanan bekerja bersama negara lain. Negara yang punya sejarah buruk dengan kita tentunya akan susah diajak bekerja sama. Terlebih lagi member pendiri aliansi dan member yang baru masuk tentu akan diperlakukan berbeda. Misal saja seperti Ireland yang adalah salah satu pendiri CODE saja bisa merasa dianak tirikan oleh aliansinya, apalagi member baru. Hal ini justru bisa menambah masalah baru.

Bagaimana kalau kita membuat aliansi baru? Kita bisa menjajaki kerjasama dengan sesama negara netral. Negara netral yang kuat misalnya Ukraina, Slovenia, Perancis, dsb. Tapi walaupun netral tetap saja mereka mempunyai afiliasi dengan aliansi besar, jadi itu bisa menjadi penghalang untuk menjajaki aliansi baru. Membuat aliansi baru juga lebih sulit kalau kekuatan militer kita tidak sepadan, terlebih di damage land kita yang terlalu lemah. Tapi kalau kita bisa sukses membuat aliansi baru, maka jelas lebih mudah menjaga posisi kita di dalam aliansi itu dibandingkan jika kita bergabung dengan aliansi yang sudah ada.

Menginvasi negara netral lain juga menjadi salah satu cara untuk menghidupkan lagi komunitas. Tapi invasi tanpa tujuan dan provokasi yang jelas hanya akan membuat perangnya garing. Seperti Januari kemarin saat kita meluncurkan air strike ke China, perangnya jadi tidak jelas. Kalau untuk membalas dendam atas pendudukan Agustus kemarin momennya sudah lewat terlalu lama sehingga semangat balas dendamnya sudah hilang. Kalau untuk merebut Sichuan demi food resources juga garing karena harus kebanyakan izin supaya tidak menyenggol CODE, sehingga tidak ada perasaan bertempur secara totalitas. Akhirnya kita lepas invasinya dan kembali lagi menjadi negara “netral”.

Begitulah nasib negara netral. Kita mau menginvasi negara yang sama-sama netral pun kadang harus berhadapan dengan aliansi besar, sehingga menjadikan kita seperti terpenjara di rumah sendiri. Bahkan malah kita bisa terjebak dalam perang aliansi seperti insiden TW dengan Italia kemarin yang akhirnya berujung dengan perang Indonesia vs Thailand dan dilanjutkan oleh China. Yang jelas, perang dengan sesama negara netral tidak akan se-seru perang antar aliansi, tapi bisa menjadi solusi sementara untuk menghilangkan kejenuhan. Kecuali kalo kita diserang balik sampai hampir diratakan maka akan menghidupkan lagi semangat komunitas ini, walaupun kita akan terlihat memalukan karena belagu memulai invasi tapi malah rata sendiri. Tapi sejak kapan sih erepindo kenal malu dan tidak belagu?



Mengapa Indonesia masih Netral?

Pastinya pembahasan ini sudah lama terjadi di kalangan gov yang silih berganti. Saya sebagai pemain awam akan coba telaah faktor apa saja yang membuat Indonesia sampai sekarang masih netral.

1. Land power yang lemah

Walaupun air power kita luar biasa, tapi sampai saat ini land power kita jauh sekali di bawah negara besar lain. Ranking damage land kita selalu konstan di urutan 30an, dibandingkan dengan air damage yang sering masuk 10 besar. Saat ini Indonesia memiliki 2 Legend XX dari total 34 Legend, dibandingkan dengan Ukraina yang sesama negara netral memiliki 5 Legend XX dari total 33 Legend. Kalau mau tambah sedih coba dibandingkan dengan Serbia yang memiliki 31 Legend XX dari total 162 Legend.


Para Legend Indo

Land power yang lemah ini hanya bisa diatasi dengan meningkatkan rank. Gov tidak bisa berbuat apa-apa soal ini, yang bisa dilakukan hanyalah menunggu munculnya pemain yang mampu membiayai full pack dan siap tanking setiap hari, tapi itu hal yang tidak pasti. Kecuali gov memiliki program untuk peningkatan land rank maka harapan untuk meningkatkan land power kita hanya akan terus menjadi harapan saja. Walaupun gov tidak bisa berbuat banyak soal ini, tapi adanya suatu program lebih baik daripada tidak sama sekali.

Tunggu dulu, ada satu lagi cara untuk meningkatkan rank para tanker tanpa harus membeli full pack, yaitu dengan adanya real war. Real war akan memaksa para pemain menghabiskan seluruh isi gudangnya (energy bars, gold, weapon, dissolve company) untuk memenangkan perang. Secara tidak langsung hal tersebut akan meningkatkan rank pemain secara drastis. Real war akan boros dan melelahkan, tapi bisa semakin memperkuat militer kita dengan menempa para pemain dalam bara api pertempuran (baptism by fire). Tapi kembali lagi, real war akan susah datang saat kita netral.

2. Trauma di masa lalu

Saya tidak mengalami sendiri, jadi tolong koreksi kalau salah, bahwa dari cerita-cerita yang saya dengar Indonesia keluar dari aliansi dan memutuskan untuk netral dikarenakan fokus aliansi yang jarang sekali menguntungkan Indonesia sendiri.

Sebenarnya hal seperti itu pasti dialami oleh hampir semua negara yang tergabung dalam aliansi. Seperti yang baru-baru ini terjadi saja Ireland yang adalah salah satu pendiri CODE bisa dianak-tirikan di aliansi yang dia dirikan. Atau kalau mau ambil contoh di RL, NATO jelas-jelas didominasi oleh USA, semua anggota NATO tunduk pada USA, lantas kenapa anggota lain masih mau tergabung dalam aliansi itu? Karena terkadang lebih aman berlindung di bawah ketiak negara lain yang lebih kuat saat menghadapi musuh yang lebih kuat daripada bersikeras berdiri sendiri. Kalau Turki yang sebenarnya punya militer cukup kuat menyatakan netral, maka yang ada hanyalah konflik berkepanjangan dengan Russia, karena Russia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk memanfaatkan letak strategis Turki.

Kembali lagi ke aliansi di eRepublik. Kalau misal saja kita satu aliansi dengan Serbia, kita tidak mungkin menuntut Serbia untuk membantu kita 100% saat kita kesusahan. Kekuatan udara kita hanya berkisar setengah dari mereka, jadi kalau kita tahu diri ya kita tidak bisa menuntut mereka 100% membantu kita, mereka memberi 50% damage kita saja sudah bagus. Belum lagi kalau bicara land, dimana Legend kita cuma 20% dari Legend mereka.

Lagipula kalau kita beraliansi kita harus tau porsi masing-masing dan tidak menuntut terlalu banyak. Saya ambil contoh Peru, negara Asteria yang dikelilingi aliansi Andes yang condong ke CODE. Jelas tidak butuh waktu lama mereka diratakan oleh Andes+CODE. Cukup lama mereka rata dan bantuan Asteria tidak juga datang, tapi mereka tidak lantas keluar dari Asteria. Saat akhirnya Asteria bangkit mereka bisa dibebaskan juga oleh pasukan gabungan Asteria. Masa Indonesia kalah dengan Peru dalam hal solidaritas?

Sekali lagi saya kurang paham betul alasan politis kenapa Indo masih netral. Intisari yang ingin saya utarakan adalah wajar kalau dalam suatu aliansi kita cuma dianggap anggota kelas dua karena damage yang bisa kita keluarkan tidak signifikan, tapi menurut saya pribadi masih lebih baik daripada hanya terus bersikap netral. Kalau dirasa sudah tidak menguntungkan ya keluar saja sambil membentuk aliansi baru bersama negara lain yang masih cocok dengan kita. Bukankah hal itu yang dilakukan negara-negara yang saat ini masih tergabung dalam aliansi? Tidak ada aliansi yang abadi, aliansi yang ada hanyalah hasil pilah-pilah dan bongkar pasang anggotanya.

3. Terlalu Banyak Pertimbangan

Kalau bicara aliansi tentu banyak pertimbangan yang harus dibahas, baik plus maupun minusnya. Tapi terlalu banyak pertimbangan hanya akan membuat negara jalan di tempat dan akhirnya tidak berbuat apa-apa.

Misalnya saja kalau masuk aliansi kemungkinan tidak ada keuntungan ekonomi yang didapat karena aliansi kita belum tentu mau membantu mencari region resource untuk kita, kalau sudah begitu memang lebih baik netral saja. Tapi aset suatu negara tidak hanya ekonominya saja. Ada juga aset kesehatan mental dan semangat para pemain yang juga harus dijaga. Jangan seperti presiden RL kita yang semua dilihat dari segi ekonomi saja, sehingga aspek lain dikesampingkan.

Kalau kita tidak punya musuh dari luar maka sudah naluri kita untuk mencari musuh di dalam. Konflik internal seperti ini akan membuat pemain baru merasa tidak betah, dan bisa membuat pemain lama jengah. Akhirnya mereka pensiun karena tidak ada perhatian atas kesehatan mental dan semangat para pemain.

Atau jangan-jangan pertimbangannya takut Indonesia diratakan(lagi)? Please, ini bukan Indonesia tahun 2011 yang tidak pernah rata. Ini adalah Indonesia yang sudah terbiasa rata. Tidak ada lagi yang perlu ditakutkan.

4. Kelesuan para pemain

Untuk mengambil langkah besar seperti masuk atau membentuk aliansi diperlukan energi yang cukup besar dari gov. Mungkin saja sampai saat ini kita masih netral karena belum ada yang mau repot-repot mengurus diplomasi yang rumit. Belum lagi congress Indonesia yang pasti akan galak kalau permasalahan berat seperti ini dibahas.

Kejenuhan dan kebosanan tidak hanya dirasakan Indonesia, bahkan di koran resmi CODE pun mengakui bahwa mereka kurang dalam komunikasi antar anggota karena sudah jenuh. Kalau sudah begini susah, karena para pemain senior enggan meneruskan tongkat estafet mereka pada para pemain yang lebih baru. Saya yakin sebenarnya di Indonesia sendiri masih banyak pemain yang mampu dan mau kalau mendapat bimbingan dari para senior. Demi regenerasi.



Indonesia mau Kemana?

Setelah saya bahas semua pro kontra kenetralan Indonesia dan langkah yang bisa diambil, yang jadi pertanyaan saya sekarang adalah: Indonesia mau kemana?



Mau menjajaki aliansi dengan segala plus minusnya?

Mau netral sambil mencari kesenangan sendiri dalam jangka pendek?

Mau tetap diam dan netral? Mencari aman, tidak berani menelan pil pahit, sambil perlahan menggali kubur sendiri?




Banyak yang saya rasa kurang lengkap dan kurang benar dari artikel ini, kalau perlu silahkan koreksi dan diskusikan.


Terima Kasih,



Mr NN
Speaking as an ordinary citizen, not as a Commander of any MU.