the young dead soldiers

Day 2,076, 07:35 Published in Indonesia USA by Arctic Ray

THE YOUNG DEAD SOLDIERS DO NOT SPEAK

Nevertheless they are heard in the still houses: who has not heard them?
They have a silence that speaks for them at night and when the clock counts.
They say, We were young. We have died. Remember us.
They say, We have done what we could but until it is finished it is not done.
They say, We have given our lives but until it is finished no one can know what our lives gave.
They say, Our deaths are not ours: they are yours: they will mean what you make them.
They say, Whether our lives and our deaths were for peace and a new hope or for nothing we cannot say: it is you who must say this.
They say, We leave you our deaths: give them their meaning: give them an end to the war and a true peace: give them a victory that ends the war and a peace afterwards: give them their meaning.
We were young, they say. We have died. Remember us


[Archibald MacLeish]



the young dead soldiers yang kemudian disadur oleh Chairil Anwar sebagai karawang-bekasi

Karawang Bekasi
oleh Chairil Anwar 1949

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi



hari demi hari, hidup di medan peperangan ini
terasa bagai keseharian saja
musuh datang, maka berperanglah
tiada perang, maka berteriaklah

hari demi hari, kematian datang semakin dekat
prapto, teman satu kampungku gugur bulan lalu
ucok, komandan peletonku berpulang minggu lalu
bejo, teman seranjang satu tenda, meregang nyawa sore tadi

esok-lusa, mungkin giliranku akan tiba
hidup di medan perang, mati di medan perang
terkubur di medan perang

esok-lusa, mungkin aku akan menjadi tulang-tulang berserakan itu
entah apakah berarti atau tidak
tetapi semoga merah putih tetap, selalu berkibar
di atas darah kami, di atas tulang kami