REPOST

Day 2,639, 00:33 Published in Indonesia Indonesia by zbarata

BAGIAN 1

iseng aja repost dulu
masih sibuk RL projeck novel kedua masih tertunda hehhehe...

RAHASIA ANGSA HITAM
by Azil Sumabrata aka zbarata

PROLOG

Sekilas terlihat seorang laki – laki berpenampilan layaknya pengusaha turun dari sebuah BMW seri 7 terbaru sambil berlari kecil terburu – buru memasuki lobby Raffles Hotel terlihat dia melihat jam tangan Rolex yang melingkar di tangan kirinya
“I’m already late…” gumamnya.

Beberapa staf hotel menunduk hormat ketika dilalui oleh nya menunjukan bahwa dia bukan orang sembarangan, paling tidak merupakan Reguler Guest di hotel bersejarah yang dibangun masa pendudukan Inggris di Singapura.
“205…” gumamnya lagi saat dia menaiki tangga menuju lantai 2.

Saat dia sampai didepan pintu kamar 205, dia mengetuk dengan ketukan yang tidak biasa. Ketukannya lebih mirip sebuah kode rahasia daripada ketukan tamu biasa. Tidak lama kemudian pintu terbuka dan didalam terlihat 12 orang yang juga berpakaian Business Attire.
“Good evening brother 7, now we all here, let’s start the meeting, Please close the door”.
seseorang di ujung kamar menyapa Pria yang disapa dengan brother 7 tersebut membungkuk memberi hormat dan segera menutup pintu di belakangnya.
…………….
2 jam berlalu, tidak lama kemudian seseorang keluar dari kamar diikuti 12 orang lainnya. Mereka keluar tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Dari raut muka mereka terlihat bahwa pertemuan tersebut sangat serius dan rahasia sehingga tidak mungkin mendiskusikannya di luar ruang pertemuan. Mereka berjalan menuju lobby sendiri – sendiri seakan – akan mereka tidak saling mengenal. Setelah mereka semua berada di lobby hotel, mereka benar – benar berpisah dan hal itu pun dilakukan tanpa saling berkata – kata diantara mereka

Salah satu diantara mereka segera menuju car call dan meminta dipanggilkan kendaraannya. Dia terlihat sangat lelah seperti menanggung beban yang sangat berat. Tak lama kemudian sebuah mobil Mercedes S 500 hitam muncul dan diapun segera masuk dan menghempaskan dirinya di jok belakang.
“where we go now sir…” Tanya supirnya untuk memastikan tujuan.
“just go…” sahut si pria terkesan malas mengatakan tujuan selanjutnya.

Setelah kendaraan bergerak meninggalkan hotel dia lalu mengambil Blackberry nya dan segera menghubungi seseorang
“ini dengan Jalal…” terdengar suara dari seberang teleponnya…
Kejadian itu terjadi 2 tahun yang lalu…


HARI YANG ANEH

Sepertinya hari ini akan menjadi hari biasa, setelah day off satu hari, mulai lagi dengan tugas rutin menjelajah kota Jakarta.

oh ya nama ku Marzuki asli Betawi tapi sejak kecil aku tinggal di Balik Papan kebetulan ortu transmigran. Aku adalah salah satu korban kerasnya Jakarta. setelah selesai kuliah S1 Akuntansi aku di Jogja aku malang melintang di Jogja selama 5 tahun dan pada akhirnya aku mencoba peruntungan kembali ke kota kelahiran ku – Jakarta - untuk mencari pekerjaan.

Namun apa daya ternyata krisis global dunia juga melanda Jakarta akibatnya hanya 6 bulan saja aku bisa menikmati kerja di ruangan ber AC di salah satu bank swasta. Bank tempat aku bekerja di likuidasi dan sekarang menjadi masalah nasional.

Nampaknya peruntungan aku akhirnya menjadi supir taxi. Tapi nggak apa – apalah yang penting aku bisa terus hidup dan memang mungkin ini jawaban Tuhan atas doa aku yang selalu meminta agar dapat berkeliling Jakarta, he..he..he…

Teman – teman sesama pengemudi taxi lebih suka memanggil ku Pitung dan buat aku fine – fine aja. Kenapa mereka memanggil aku Pitung, mungkin karena ketika awal aku bekerja sebagai supir taxi, kira – kira 3 hari mulai bekerja, aku mendapat musibah. Taxi yang aku bawa mau di bajak oleh 3 orang. Dengan ilmu silat yang aku miliki (aku pelajari dari kecil untuk mengisi waktu. Bayangkan di Balik Papan yang minim kegiatan dan menjadi pelatih saat kuliah) aku berhasil menggagalkan pembajakan tersebut serta menangkap seluruh Begal tersebut. Semenjak itu aku dipanggil Pitung oleh teman – teman sesama supir.

Setelah berjalan kaki lebih kurang 15 menit (aku kost tidak jauh dari Pool Taxi aku) aku tiba di Pool. Sudah banyak teman – teman yang datang juga.
“Tung, semalem ada latihan ?”
tegur Fahmi. Fahmi adalah satpam pool. Setelah kejadian pembegalan itu seluruh satpam pool meminta aku untuk mengadakan latihan silat untuk mereka, walaupun ternyata pesertanya tidak saja hanya para satpam tapi juga rekan – rekan supir bahkan anak – anak mereka.


“eh Mi, iya khan, ente kemana?, kok nggak latihan?”,
“sorry Tung ane dapet proyek dadakan, gantiin sodara ane jaga toko di Benhil”.
Jawab Fahmi sambil menyeringai.
“asik dong banyak duit, Traktir ane dong, belum sarapan nih”
“atur Boss, pesen aja diwarung Jujun, bilang aja ane yang bayar”
“yok duluan ane mesti check taxi yang mau keluar nih, pesen aja”.
langsung aja aku ngeloyor ke warung Jujun
“Lumayan, hemat uang sarapan…” aku membatin.

Belum jalan 5 langkah menuju warung Jujun, tiba – tiba terdengar teriakan memanggil

“Marzuki… cepat kesini…!!”.
Ya … Mr Frans Hasibuan kepala Pool yang manggil,
“nggak boleh di suruh nunggu dia, bisa dapat SP nih”
secepat kilat aku berbalik dan berlari kearah Pak Frans.

“ya pak ada apa?”.
Tanyaku begitu tepat di hadapan Pak Frans.

“Juk, bos minta kamu jemput nyonya Bos di apartemen Wijaya terus anter ke Bandara pemberangkatan Luar Negeri, beliau mau tengok cucunya di Sydney. Untuk uang tolnya kamu minta ke Mila bagian keuangan.”
Perintah Pak Frans.

“Beliau bayar nggak pak…?” tanyaku menyelidik.

“minta dipecat kamu…!!! Ya jangan!, cepet kamu ke Mila sana, langsung berangkat ya ibu sudah nunggu tuh..”
jawabnya sambil ngeloyor masuk kedalam ruangannya. apes nih… mana jauh gratisan pula… gerutuku dalam hati sambil berlari ke Bagian keuangan.

Setelah menyelesaikan urusan pengambilan uang tol di bagian keuangan, aku berlari ke lahan parkir menuju Taxi ku, disana sudah menunggu mang Dadang teknisi pool yang tengah asyik menyiapkan taxi ku agar layak jalan.
“mang… udah siapkan… buru – buru nih harus jemput nyonya besar…”.

“beres Tung…, jemput nyonya besar? Pagi – pagi gini?, apes loe tung… ha..ha..ha..!”
katanya sambil tertawa lepas. Aku hanya bisa membalas dengan senyum kecut.

Segera aku melaju keluar pool. Tiba – tiba kendaraan ku di stop oleh Hari petugas Scrutineering di gerbang
“woi buru – buru amat check dulu Tung!”.
”cepet ya Ri, nyonya besar yang pesen nih…” jawabku sekenanya…
“jemput nyonya? Apes loe…, ya udah sana jalan…” ujar Hari sambil tersenyum lebar…

Segera aku meluncur ke Apartemen Wijaya. “bener juga apes nih pagi… nyonya bos khan terkenal pelit dan cerewet… nggak bakal dapet tip fulus nih, yang ada dapet tip ceramah… ya sudah lah kudu ikhlas nih, biar nggak berat di hati…” batin ku berkata.

Sesampainya di apartemen Wijaya, segera mencari tempat parkir dan menuju lobby untuk meminta petugas disana memberitahukan bahwa taxi nya sudah menunggu.

Singkatnya aku segera mengantar Nyonya Bos ke Bandara. Benar kata teman - teman, sepanjang perjalanan beliau selalu bicara dari mulai nasehat untuk bekerja lebih giat, jalan lebih cepat, pelan – pelan dan seterusnya dan seterusnya.

Penderitaan ini akhirnya berakhir saat tiba di Bandara. Saat si nyonya besar turun di terminal pemberangkatan Luar Negeri. hingga beliau menghilang masuk kedalam Bandara, aku menghela nafas lega sampai akhirnya taxi ku di gebrak security Bandara,
”Jalan !!… jangan ngetem”.
“sori Boss…” sahutku menyeringai.

Belum sempat aku menginjak pedal gas, tiba – tiba ada seorang Bapak berumur sekitar 50 an menyeruak masuk taxi ku. Dia hanya membawa sebuah tas hitam
“Hotel Sahid… Cepat!!”
segera aku injak gas dengan diiringi teriakan dari para pengemudi airport taxi yang mangkal. “masabodo, masa rejeki di tolak…”aku membatin.
“cepat..!!”
“iya pak ke Sahid kan?” jawabku,
“Iya Sahid…”. Waduh ada apa nih semua orang minta cepat – cepat semua…

Dari kilasan spion, aku melihat bagimana gugupnya si Bapak. Sekali – kali dia menengok kebelakang seperti memastikan tidak ada yang mengikutinya. Ingin rasanya bertanya tapi melihat raut muka si Bapak yang terlihat gugup dan panic segera aku urungkan niat untuk mengajaknya bicara.

Keheningan sepanjang tol Soedyatmo akhirnya terpecah ketika taxi memasuki tol dalam kota.
“dik.. dik Marzuki, maaf punya air mineral? Boleh saya minta?”
katanya memecah keheningan. Kebetulan memang aku selalu membawa air dalam botol air mineral (istilah kerennya refill sendiri he..he..).
“ada pak tapi air masak sendiri bukan air mineral” jawab ku
“Nggak pha – pha”.
Akhirnya saya berikan air mineral made in sendiri kepada bapak itu
“Terima kasih dik” jawabnya.

Turun semanggi dan taxi pun menuju Hotel Sahid tempat tujuan si Bapak. Masuk halaman Sahid si Bapak berkata
“dik muter kebelakang aja, kita keluar menuju Casablanca”

“ya pak” jawabku yang mulai bingung mau kemana sebenarnya si Bapak ini. Masuk jalan Casablanca saya pun bertanya
“kita kemana pak?”,
“ kita ke Shangrilla”,
ya ampun… muter balik dong… tapi apa boleh buat penumpang adalah raja
“jadi kita muter di depan ya pak?”.
“nggak usah kita masuk lewat manggarai aja”
buset dah muter – muter nih, tapi ya sudah namanya juga supir nurut aja apa maunya penumpang.

Menjelang jembatan kuningan, aku ambil kiri menuju setia budi. Didepan Gedung LandMark si bapak bicara lagi
”nggak usah ke Shangrilla, kita ke Apartemen Taman Rasuna aja”.
Bener bener nih penumpang kalau nggak mikir mau dapat uang udah diturunin di jalan nih gerutu ku dalam hati sambil melirik argo yang telah tembus angka Rp.250.000,-.

Akhirnya aku berputar kembali ke Sudirman dan kembali masuk Casablanca, kemudian berputar di Rasuna Said langsung masuk jalur lambat. Di samping MMC taxi berbelok kiri menuju ke Apartemen Taman Rasuna. Belum sampai digerbang apartemen. Si bapak bicara lagi
“maaf ya dik, kayanya kita ke TIM dulu”

karena sudah kesal aku hanya menjawab singkat
“ya pak TIM”. Taxi Segera berputar dan menuju TIM.

Sesampainya di cikini si bapak bicara lagi
“dik nanti di TIM nggak usah masuk, jalan pelan – pelan di depan gerbang, saya nunggu orang”.

Di depan gerbang TIM, taxi ku jalankan perlahan – lahan sesuai dengan instruksinya. GEDUBRAAAK… Tiba – tiba terdengar suara pintu terbanting. Segera aku menginjak rem dan menengok kebelakang. Ternyata si bapak berguling keluar taxi dan segera lari masuk menuju TIM. Reflek aku keluar dan berteriak Maling.
Orang – orang disekitar saya hanya melihat ke aku dan kembali ke aktivitas masing – masing.

Niat mengejar kedalam, tapi tidak tahu mengapa seperti nya hati ini melarang untuk mengejar. Jadinya aku urungkan niat itu.
Dengan lemas aku kembali masuk ke taxi dan melihat argo meter yang telah menunjukan angka 375.000. mimpi apa semalam… kok apes banget hari ini, sambil menyender lemas ke jok. Dari sudut mata sekilas aku melihat tas hitam yang di tinggal si Bapak dengan sebuah amplop putih diatas nya.

Penasaran ingin tahu identitas orang yang telah ngerjain aku walaupun ada rasa salutku bahwa bapak – bapak dengan seumuran itu masih lincah bersalto keluar taxi yang masih berjalan, aku memarkir taxi dan berpindah ke jok belakang dimana tas hitam dan amplop berada.

Tas hitam itu adalah tas dengan kunci nomor kombinasi, terlihat penuh setelah melihat – lihat tas tersebut, aku beralih ke amplop putih yang berada dekat tas hitam tersebut. Kaget aku melihat tulisan yang tertera di amplop tersebut:


UNTUK MARZUKI
SUPERCAB 4371

Itu kan nama ku dan nomor pintu taxi ku dari mana dia tahu pikirku. Aku tertawa sendiri ketika melihat kartu identitas pengemudiku lengkap dengan foto “keren’ku terpampang di depan. Semua orang juga akan tahu siapa namaku…. Dengan hati – hati aku buka amplop tersebut. Amplop terasa penuh dan dilem. Terlihat dari tulisan didepan dan lemnya secara tergesa – gesa sepertinya dia memang baru menulisnya di dalam taxi tadi.

Di dalam amplop itu ternyata ada setumpuk uang yang setelah aku hitung.. astaga… Rp.2.000.000,- cash. Terus ada surat yang ditulis tergesa – gesa:

Ini biaya taxi sy, tapi marzuki mau kan nolong sy lagi
Tlg tas ini di kirim dan serahkan ke Intan
Apartemen CasaGrande Room 1120
Thx, Widagdo

Waduh, tambah bingung nih aku membaca surat singkat itu,

“4371…4371… sedang bersama? Kalau tidak segera hubungi pool”
suara Meni operator Supercab terdengar di radio CB membuat ku kaget. Segera aku mengambil CB ku dan menjawab

“4371 tidak bersama, ada apa ya”, Tanyaku
“Tung, ada laporan kehilangan tas di taxi kamu, ada nggak tasnya?” Tanya Meni,
“iya nih ada yang ketinggalan tas” jawab ku,
“yang punya minta dibawain ke Apartemen Mangga Dua dengan pak Jalal kamar 1002, di tunggu”.

Tidak jauh dari di balik rimbunan pohon penumpang ‘gelap’ tadi mengintai gerak – gerik Marzuki “semoga firasatku tidak salah, dia dapat dipercaya…” dia membatin sendiri dalam hati...

BERSAMBUNG...

==========================================================================

PEDULI AMAT DENGAN POLITIK
TANPA MELIHAT PERBEDAAN
HANYA SATU TUJUAN...
...............................
BERJUANG BERSAMA
MENUJU KEJAYAAN NUSANTARA...!!!

zbarata
http://www.erepublik.com/en/citizen/profile/6226402