Maknyus ED5# PLAYROLE : Sebuah Catatan Tentang Perang ....

Day 1,704, 18:56 Published in Indonesia Indonesia by Lada of McTree

Sebelum memulai edisi kali ini penulis terlebih dahulu akan memberikan gambaran tentang perbedaan MU Nasional dan MU Swasta dalam pandangan penulis.

TNeI adalah tentara resmi yang sebagai alat negara memiliki kewajiban untuk melakukan bela negara dan memiliki hak untuk mendapatkan gaji dari negara, dengan konsekuensi mematuhi sumpah dan kode etiknya sebagi seorang tentara professional. Dalam konteks saat ini pemberian gaji mungkin belum bisa dilakukan oleh negara. Oleh karena itu, bentuk reward kepada anggota TNeI bisa dalam bentuk subsidi yang berupa Logistik. Dalam hal turun ke suatu BF, TNeI mempunyai kewajiban untuk mematuhi order dari MoD sebagai perwakilan negara.

Idealnya, MU swasta merupakan bentuk prakarsa dari rakyat eIndonesia secara mandiri untuk melakukan bela negara, tidak terikat dengan sumpah dan dan kode etik tentara nasional sehingga tidak bisa didakwa dengan hukum militer, serta tidak pula berhak mendapatkan gaji dari pemerintah.

Pemerintah boleh saja mengadakan subsidi untuk MU swasta maupun rakyat yang berjuang secara perorangan melalui sarana Lograk (Logistik Rakyat). Dalam hal turun ke BF, MU swasta tidak harus mengikuti order dari MoD. MU swasta boleh saja turun di BF lain selama tidak turun di sisi lawan pada BF dengan order dari MoD. Simpelnya, MU swasta boleh saja tidak turun di BF dengan order MoD, akan tetapi tidak boleh turun di BF tersebut jika fight di sisi yang berbeda dengan order MoD. Setiap member di MU swasta tidak terikat dengan hukum militer yang berlaku, namun hanya terikat kepada aturan-aturan di dalam MU dimana yang bersangkutan berada.

Dalam hal ada MU swasta yang turun di side yang berbeda pada BF dengan order MoD maka hal-hal itu pun sah-sah saja. Bisa saja mereka dicap sebagai rebel/pemberontak dan hal ini adalah hal yang lumrah. Pertanyaannya adalah mengapa hal ini bisa terjadi?

1#Apakah dalam suatu negara semua orang harus nasionalis?

Dalam konteks bernegara, idealnya memang setiap orang harus nasionalis dan secara naluri setiap orang tentunya mempunyai hasrat untuk membela tanah airnya. Akan tetapi lebih dari itu, hidup dan kehidupan tidak hanya melulu dalam konteks kenegaraan. Masih ada konteks politik, ekonomi dan kepentingan.

Hal inilah yang mustinya menjadi renungan bagi pemerintah. Mengelola perang jangan disamakan dengan mengelola negara. Cara-cara birokratis tidak dapat diterapkan ke dalam konteks perang dan militer. Setidaknya ini yang bisa kita dapatkan di dalam Art of War. Kemampuan seorang “warlord” untuk memanfaatkan potensi orang-orang yang nasionalis bahkan chauvinis untuk berperang karena idealismenya, potensi orang-orang materialis yang berperang karena keuntungan yang bisa didapatkannya, potensi orang-orang awam yang berperang dengan keluguannya, potensi orang-orang narsis yang berperang dengan harapan bisa menambah pajangan di lemari koleksinya; Inilah yang harus dikelola untuk bisa mendapatkan keuntungan bagi negara yang sedang berperang.

Next, ada satu pertanyaan lagi..
2#Apakah semua orang harus berperang?

Dalam konteks perang dan peperangan, suatu pernyataan perang secara serta merta akan menyebabkan kas negara menjadi terkuras akibat persiapan perang dan perang itu sendiri. Selain itu, state of war akan menyebabkan harga-harga merangkak naik. Ini adalah salah satu sisi positif dari perang. Masalahnya adalah apabila semua orang ikut berperang maka secara otomatis kemampuan negara untuk membiayai perang menjadi semakin menurun.

Logistik memang tidak memenangkan perang, akan tetapi peperangan tidak akan dimenangkan tanpa logistik.

Slogan diatas menggambarkan bahwa sebenarnya partisipasi dalam peperangan bukan hanya direpresentasikan dengan memencet tombol Fight saja, akan tetapi bisa juga dengan bekerja keras dan membantu mempertahankan kemapanan ekonomi dan kas negara. Hanya orang-orang berpikiran picik yang mengatakan sumbangsih dalam suatu peperangan hanyalah berupa besaran damage yang diberikan saja.

So, kesimpulannya...

hendaknya apriori dan stigma yang selama ini terjadi dengan judge the book from the cover (baca: menilai seseorang dari page profilenya saja) harus dapat kita hilangkan.

Be wise, we dont need hero here, but we need company of heroes .

TNeI adalah tulang punggung negara dalam hal berperang, akan tetapi tidak serta merta seluruh tanggung jawab untuk memenangkan perang ada di pundak TNeI saja. Partisipasi seluruh golongan dalam negara adalah hal mutlak, baik itu sukarela maupun dikondisikan.

Berat memang tugas menjadi alat negara dan juga pemerintah, itu mengapa saya memilih untuk menjadi pengamat dan inilah bagian partisipasi saya. Bagaimana dengan anda ???



Lada of McTree

Merely an eIndonesian Citizen

PS : ini artikel telat terbit, tertunda beberapa hari karena ada kendala teknis di RL XD