Kisah Pemuda Teladan (1): Baju, Sentuhan Perempuan dan Keberuntungan

Day 1,942, 08:07 Published in Indonesia Hungary by chestabudi

[img][/img]

Hari ini Warko tidak bekerja. Bukan karena malas atau sedang sakit, namun dirinya memang diberi izin oleh mandornya untuk tidak bekerja selama empat hari. Penyebabnya ia terpilih menjadi pemuda karangtaruna teladan tingkat distrik. Berstatus sebagai pemuda teladan, dia bakal mendapat pelatihan tingkat provinsi bersama pemuda teladan dari kabupaten lain. Dari Dukuh Petai dia bakal berangkat bersama koleganya, Pardisun.

Meski tamatan SMA dan berstatus sebagai buruh proyek, Warko cukup aktif di desanya. Bahkan dia dipercaya menjadi ketua Karangtaruna Dukuh Petai. Begitu pula Pardisun. Meski berkerja sebagai petani kecil, Pardisun terbilang aktif di organisasi kepemudaan. Soal selera dan gaya dia tak kalah dengan mahasiswa di kota-kota besar. Punya komputer dan PC tablet. Makanya dia terpilih sebagai sekretaris Karangtaruna

Mendapatkan kepercayaan untuk mengikuti pelatihan, Warko sangat gembira, namun juga dibuat pusing tujuh keliling. Dalam hidup dia tidak pernah memperhatikan soal penampilan. Namun hari ini berbeda, sebagai salah satu perwakilan tingkat kabupaten, dia harus berpenampilan rapi.

Warko pun berencana pergi ke Pasar Pahing yang jaraknya tak jauh dari tempat kerjanya, di kota kecamatan. Karena jaraknya dekat ia memilih mengendarai sepeda.

Dikayuh sepeda itu dengan santai sambil berfikir baju apa yang cocok ia kenakan. Saat melamun itu, tiba-tiba ada seorang perempuan muda terburu-buru menyeberang. Ini membuat Warko terkejut dan coba menghindar dengan membanting stir sepeda othel miliknya. Namun kepalang tanggung, karena jaraknya sudah dekat, akhirnya bress...grubak.. roda sepedanya menyenggol pantat perempuan itu lantas menabrak trotoar. Perempuan yang tertabrak jatuh tersungkur sedangkan Warko jatuh terjengkang.


Merasa bersalah, Warko buru-buru bangkit dan mencoba menolong perempuan itu. “Mbak ndak apa-apa?..,” tanya Warko sambil memapah perempuan itu.


“Ndak apa-apa dengkulmu..lihat nih..gara-gara kamu sikutku lecet dan rok ku sobek..di taruh dimana matanya mas?,” jawab perempuan itu dengan sewot.

“Lha ya ada di muka saya..dan mata saya masih utuh..mbak bisa lihat sendiri..mbak nya yang nyeberang terburu-buru,” jawab Warko membela diri. Mendengar jawaban Warko, perempuan itu diam saja.

“Mbak beruntung kok hari ini..,” kata Warko dengan santai untuk mencairkan suasana.

“Beruntung katamu..,” kata perempuan itu dengan nada tinggi.

“Iya lah beruntung..sebab setiap hari saya bekerja sebagai supir buldoser..hari ini, karena saya cuti, jadi naik sepeda..,” jawab Warko dengan tersenyum.


Mendengar gurauan warko, perempuan itu malah melotot. Tiba-tiba “plak” tamparan keras mendarat di muka Warko. “Kalau bercanda lihat situasi mas..dah jangan pegang-pegang tangan saya,” jawab perempuan itu sambil ngloyor pergi.

(karena terlalu panjang tek penggal jadi dua. bersambung ke bagian 2, dua hari lagi)