House on Fire

Day 4,206, 15:52 Published in Indonesia Republic of China (Taiwan) by maling
"If she ever tries to fucking leave again. I'm a tie her to the bed and set this house on fire"
Eminem feat Rihanna - Love the way you lie


Sejak sdr. Rekayasa memposting mengenai Petisi Penurunan PPN House menjadi 1% dan membaca komen-komen dibawahnya, saya jadi tertarik untuk mencoba mengulas secara menyeluruh (dari beberapa sisi yang berbeda) mengenai perekonomian di eRepublik khususnya pada bidang Perumahan (House Company, VAT, dll).


Saya akan start dari sisi harga House Q1.

Secara spesifik, di bidang House Q1, terdapat 2 tycoon player besar yang merajai eRepublik.

Pertama adalah Marcel The Great dari USA, yang beberapa waktu ada artikel yang menulis tentang Marcel dan berapa keuntungan dia per hari



Kedua adalah LilyanaJenoTyel dari Philiphines.



Kedua orang tersebut, menjual house Q1 dalam jumlah yang sangat besar, (ketika artikel ini ditulis) Marcell menjual 1324 house Q1 dan Lilyana menjual 1011 House Q1. (dan entah karena janjian atau bagaimana) Keduanya menjual dengan harga yang sama, di kisaran 8,167.99 cc.





Harga dari kedua orang ini, menjadi semacam "Price Limit". Kalau pengusaha house Q1 ingin produknya laku, mereka harus menjual house Q1 dibawah harga 2 orang tersebut, tentunya dengan 1 konsiderasi, yakni adanya harga tiket sebagai pembeda.
Logikanya gini, orang kalau pengen house Q1 murah, tinggal pergi ke USA atau philipines (butuh 2 tiket PP).



Nah, pengusaha lokal house Q1, mencoba menawarkan opsi pada pengguna untuk membeli house Q1, tanpa harus terbang, dengan menjual House Q1 dengan harga sedikit dibawah harga Marcel dan Lilyana tapi ditambah harga 2 Tiket Q5 PP (sekitar 51.5 cc).
Atau kalau dengan harga sama, paling tidak mengurangi sedikit waktu untuk melakukan beberapa click, maka "Price Limit" harga house Q1 menjadi 8,270.99 cc harga ini didapat dari 8,167.99 cc + 2 * 51.5 cc.

Kemudian kita coba masuk ke ranah VAT house Q1.

Berapa sebenarnya selisih VAT 1% dan VAT 2%, dengan menggunakan "Price Limit" diatas sebagai acuan.
Cara menghitung VAT nya agak unik menurut saya, tidak mengkalikan langsung 1% dengan harga barang.
Tapi untuk mencari besar VAT 1% adalah mengkalikan Harga barang dengan 1%/(100%+1😵
Jadi VAT 1% adalah 8,270.99 * 1% / (100% + 1😵 = 81.8910
dan VAT 2% adalah 8,270.99 * 2% / (100% + 2😵 = 162.1762


(gambar diatas diambil dari eROC, VAT house di eROC 1%)

Selisih VAT 2% dengan VAT 1% adalah 162.1762 - 81.8910 = 80.2852

Angka tersebut adalah angka yang sedang diperjuangkan oleh teman-teman pengusung Petisi Penurunan PPN House.

Cukupkah angka ini? Coba kita lihat Penggambaran berikutnya.

Sekarang kita lanjut dengan, berapa sebenarnya perhitungan company house Q1. Apakah untung atau rugi?

Pertama yang harus dipahami, bahwa, company house Q1 itu, wajib hukumnya, Fardhu ain, berada di Holding yang memiliki bonus house 100%. (Saya tidak begitu hapal, negara mana saja yang bonus house nya 100%, setahu saya, lokasi holding saya yang bonus house nya 100%, ada di Spain, Asturias).

Jangan sampai, maksa, membuat company house Q1, di Indonesia, yang bonus Housenya cuma 10%. Dijamin hancur lebur.
Jangankan yang 10%, yang bonusnya 100% aja profit nya sangat tipis.

Begini hitungannya:



Sekali kerja, House Q1 (di Asturias, dengan pertimbangan faktor polusi) menghasilkan 39.7% produktifitas dengan menghabiskan bahan 3.97.

Asumsi Gaji: 1800cc dan harga bahan: 350cc




(gambar diambil dari eRepublik.tools)

Sehingga untuk menjadi 1 rumah (100😵, dibutuhkan

Gaji sebesar: 100% / 37% * 1800 = 4534.005
Bahan Baku: 10 * 350 = 3500
Total Cost = 4534.005 + 3500 = 8034.005

Jadi, harga dasar house Q1 (dengan asumsi gaji dan harga bahan baku seperti diatas), adalah 8034.005

Misal, company house Q1 menjual harga sama dengan "Price Limit" diatas dan VAT 2% (kondisi di eIndonesia), maka nilainya adalah sebagai berikut:

Nilai yang diterima pengusaha: 8,270.99 * 100% / (100% + 2😵 = 8,108.81

Profit nya dihitung dari, Nilai yang diterima dikurangi Harga dasar:
8,108.81 - 8034.005 = 74.805

Harus diingat, bahwa harga ini adalah sama dengan harga limit (sudah ditambah harga tiket).
Padahal harga pasar seringkali bersaing, sehingga profit yang didapat, seringkali dibawah angka tersebut.

Dari sini sebenarnya kita sudah bisa mulai mengambil kesimpulan mengenai VAT house Q1 dan berapa besarannya. Akan tetapi ada pertimbangan yang lain.

Saya coba berlanjut dengan besaran VAT (house) yang 2%.

Saya mencoba mencari dasar pijakan (asbabun nuzul) dari kenaikan yang diajukan oleh congress 4 bulan yang lalu.
Berikut link law nya: Law Proposal



Saya tergelitik, apa alasan dibaliknya kenaikan pajak. Di sisi yang lain, besaran treasury kita masih cukup besar.



Treasury kita sekarang, saya kira sangat cukup untuk membiayai concession kita dengan eAus (Tasmania) bahkan untuk sampai 2 tahun ke depan. Apalagi, kita mendapatkan 2 pemasukan dari TW dengan ePoland dan ePortugal, plus, masih ada pemasukan reguler baik itu dari VAT, worktax, dll.

Terus, apa dasar pijakan untuk menaikkan VAT tersebut.

Apakah kita mau perang? Apakah kita diserang? Apakah ada ancaman dari negara lain? sehingga kita merasa perlu untuk mengisi treasury.
Bahkan dengan program GOV yang tidak terlalu variatif seperti sekarang ini, Treasury kita saat ini, saya kira juga mampu untuk menopang GOV sampai 2 tahun ke depan.

Apakah kita mau menabung treasury untuk anak cucu kita?
Apakah kita juga masih main game ini 2 tahun lagi dan menikmati treasury yang ada?

Tanpa ada tujuan yang jelas kemana arah negara ini (saya sebenarnya sudah pernah menyindir sedikit tentang ini di artikel sebelumnya, cuma respon nya nihil), maka, VAT sebaiknya diposisikan di 1% semua.

Tidak ada kepentingan apapun dari negara, untuk menaikkan VAT lebih dari 1%, karena negara tidak punya tujuan sama sekali, mau digunakan sebagai apa, treasury yang ada.

Selama tak ada tujuan, tak perlu negara membebani warga dengan VAT diatas 1%.