Cinta Segi Tiga di PeTA

Day 1,619, 10:25 Published in Indonesia Indonesia by Ardyaa

“koeprets masuklah, masuk angin kau nanti.”
“ah... sedang merasa tak nyaman didalam, biarlah kudinginkan pikiran ini dulu“

Kali ini sudah batang rokok yang ke empat yang diambil dan dibakarnya. Sambil menikmatinya dengan satu hisapan dalam dan mendalam, dan dihembuskannya secara perlahan namun seolah kekesalannya dihembuskannya juga bersamaan dengan kepulan asap rokok.

Pikirannya masih kacau, dan emosinya masih belum mereda. Entah karena memang merasa tidak terima atau sikap dari orang yang dicintai dalam diamnya yang menyulut api cemburu. Dirinya yang semenjak awal memang sudah dikaguminya, dan kemudian diam diam dicintainya. Namun apa daya jikalau kenyataannya tidaklah seperti apa yang dibayangkan sebelumnya. Sampai akhirnya berujung pada pagi hari ini, sebuah surat yang isinya sungguh bagaikan petir menyambar jelang hujan deras. Bukan surat penolakan, bukan pula surat peringatan, melainkan sebuah surat pemberhentian tugas, dan pencopotan jabatan yang cukup mentereng.

Tak bisa dipungkiri, keahlian dan kecakapan koeprets memang menjadikannya pantas untuk memegang jabatan comander dalam kesatuan tugasnya di PeTA. Namun terkadang satu sisi kelemahan koeprets yakni urusan hati yang acap kali membuatnya gelap mata, kali ini menjadi boomerang bagi karirnya. Tindakan yang diambilnya karena kecemburuan itulah yang menjadi awal mula kesialan bertubi bagi dirinya.

“woi prets, kemari lah kau, ngapain pula kau diluar sana?”

Kembali lagi sahutan suara itu terdengar dari dalam barack barisan PeTA, dan kembali lagi koeprets mengacuhkannya dan larut dalam lamunan dan penyesalannya sendiri.

“Dia memang lucu, pantas dicintai..., tapi kenapa harus theant?”

Pelan namun terdengar jelas dari mulut koeprets yang menyebutkan sebuah nama gadis yang selama beberapa bulan terakhir ini memang sering nampak di markas komado kesatuan PeTA. Gadis periang yang hampir tak pernah ada kata kesedihan ataupun keheningan jika ada dirinya. Bahkan koeprets pun mendapatkan sebuah panggilan khusus, yang awalnya tidak disukainya, namun lama kelamaan di terbiasa dengan panggilan itu.

“kumendan kuplet...”

Seminggu tidak ada lagi panggilan itu di hari hari koeprets. Satu hal yang sebenarnya koeprets rasakan mulai hilang sebgai bagian hidupnya. Padahal dirinya sendiri yang menjadikannya menghilang. Seminggu yang lalu, hanya karena rasa cemburunya dikeluarkannya theant dari kesatuannya. Dan kini dirinya mulai merasa menyesal telah melakukan sebuah kesalahan dalam mengambil keputusan.

Semuanya bermula dari suatu malam, saat dirinya baru saja menyelesaikan berita acara penugasan kesatuan. Begitu keluar dari ruangannya, dadanya terasa begitu sesak melihat apa yang terjadi di hadapannya. Dilihatnya theant dengan sikap cerianya tengah berduaan dengan salah seorang senior yang begitu dihormati dan dikaguminya, si_petung. Keduanya nampak begitu intim meskipun mereka hanya duduk bersebelahan dan mengobrol bersama. Theant dengan canda tawanya dan si_petung dengan pesona dan wibawanya.

Bisa dibilang kecemburuannya tidak beralasan, sampai saat ini pun si_petung dan theant masih belum ada kejelasan hubungan antara keduanya. Theant yang memang sangat mudah untuk dekat dengan siapapun mungkin juga akan berlaku sama pada orang lain, tak hanya si_petung. Namun koeprets tahu jikalau memang si_petung pernah mengakui dirinya menaruh hati pada theant. Keberadaan theant cukup memberikan perubahan warna pada keseharian kehidupan kesatuah PeTA. Hal inilah yang dijadikannya pembenaran niatannya untuk menjauhkan theant dan si_petung. Sampai pada akhirnya dirinya kalap untuk yang kesekian kalinya melihat theant dan si_petung berdua dan berakhir pada pemberhentian tugas theant yang dikeluarkan oleh koeprets secara langsung.

“APA YANG KAU LAKUKAN? ADAKAH ALASAN YANG LEBIH SERIUS DARIPADA INI HANYA KARENA ALASAN TAK MASUK AKAL MACAM BEGITU KAU KELUARKAN THEANT DARI KESATUAN? DASAR KEONG!!!”

Ruangan komandan yang biasanya sepi tiba-tiba terdengar suara bentakan, namun bukan suara keras koeprets, melainkan suara Si_Petung. Koeprets tak berani membantah, tak dapat menjawab, perasaannya kacau dan merasa tak terima, namun dikarenakan memang perbedaan senioritas menjadikannya diam.

“MULAI SEKARANG, TAK ADA LAGI YANG MEMANGGILMU KOMANDAN KOEPRETS! KESATUAN INI KUAMBIL ALIH KEMBALI, TAK PANTASLAH SEORANG PIMPINAN BERSIKAP MACAM KAU! KEMASI BARANG BARANG KAU SEGERA! KEMBALI KE BARAK, BERGABUNG DENGAN ANGGOTA YANG LAIN!!”

Koeprets pun tertunduk lesu, langkahnya gontai, namun sorot matanya menunjukan ketidak terimaan yang sangat. Dirinya masih merasa apa yang dilakukannya tidaklah salah. Dia hanya ingin si_petung seniornya tidak terlalu dekat dengan gadis yang bernama theant. Bukan karena koeprets menyukai theant, namun karena dalam diamnya koeprets mencintai si_petung senior yang sangat dikagumi dan dipujanya.

Aku tak akan pernah merasa sekacau ini jikalau kau memang hanya menginginkan jabatan itu tidak padaku lagi, namun karena seorang wanita kemudian kau membentakku, seolah merusak rasa kagumku padamu, menghentikan semua cinta yang kupendam untukmu, rasanya jauh lebih menyakitkan daripada tertusuk puluhan bayonet di bagian tubuhku. Aku tidak bisa untuk tidak mencintaimu...