[STORY] MIMIN AND THE COW Part 1

Day 1,022, 15:51 Published in Indonesia Indonesia by Nurmillaty A.M

Laut Erepuru , Wilayah Manamanasia

Matahari sangat terik.
Sementara angin laut bertiup-tiup tak peduli , membuat sekelompok nelayan terpaksa harus melaut saat itu juga. Atau layar mereka akan kehabisan asupan wellness dari angin sebelum kapal sampai di tile yang diinginkan.
Di wilayah tongkrongan para nelayan itu tinggal 4 bersaudara yaitu Maman, Mimin, Mumun, dan Momon, yang berprofesi sebagai nelayan pula. Pendidikan mereka semua berhenti sampek SD dengan alasan bosan jadi pengangguran (?). Siang ini, mereka semua masih pulas, kecuali Mimin yang gak sengaja bangun gara-gara dengkuran ketiga sodaranya.

“BANGUN WOOIII ... WAKTUNYA MELAUT...!!!” Mimin menggedor-gedor pintu kamar Maman, sementara kakinya menginjak-injak kaki Mumun, dan tangannya menampar-nampar Momon.
Ketiga saudaranya segera merespon dengan penuh ketulusan, Maman molat-molet tak peduli.
Mumun balas nendang kaki Mimin tanpa membuka mata. Dan Momon buang gas beracun.
Mimin menghela nafas dalam-dalam...
Kasihan sekali dia.

Mimin mengambil kuda-kuda sejenak sambil menyebut Bunga Citra Lestari tiga kali, sampai akhirnya...
JDAK ! JDAK !! JEDUAKK!!
-adegan dilakukan oleh profesional, don’t try it at home-

Berkat peragaan Smekdon penuh keanggunan a la Mimin, ketiga sodaranya bangun dan memandang Mimin dengan sebelah mata –karena mata sebelahnya memar kena tonjokan Mimin.
Singkat cerita, akhirnya kapal mereka mulai meninggalkan daratan.
Ombak memainkan kapal itu, serong ke kanan serong ke kiri lalalalalalalala, sementara penghuninya berusaha melek setengah idup. Mimin menghitung kecepatan layar dan memutuskan bahwa tile target akan mereka apeli setelah dua jam. Mendengar Laporan Mimin, ketiga saudaranya pun langsung tidur dengan damai.
INNALILLAHI WA INNAILAIHI ROJI’UUN.
X(
Semoga mereka diterima di sisiNya :'(

Mimin yang melihat ketiga saudaranya sudah teler, cuma bisa mendoakan agar mereka cepat dikembalikan ke jalan tol. Ia mengambil teropong dan mulai mengawasi sekeliling. Mula-mula ke kiri dan ke kanan. Ngebor di tempat. Lalu ngesot-ngesot sambil headbanging.
Akhirnya ia bosan.
Ia menggeletak di atas dek , meneropong ke atas.

“Tumben mataharinya jaoh banget.”

Ketika asik membayangkan praktisnya manggang ikan di matahari, Mimin menangkap sesosok hewan berkaki empat melayang-layang jauh di atasnya. Ia segera mencubit telinganya untuk mengetes apakah dia sedang tertidur.
Sakit.
Mimin terpana melihat sosok hewan berkaki empat itu... ia menerka-nerka... kerbau? Sapi? Kambing? Dengan iseng Mimin memperkirakan lima menit kemudian hewan itu akan menghantam dek. Ia berencana untuk mengayuh kapal pada dua menit terakhir agar kapalnya sudah berpindah tempat pada saat itu dan...

KRAAAAAGKK ! BYUOOORRR ...
Mimin tergagap-gagap kaget karena binatang itu sudah menghantam deknya, bahkan sebelum ia sempat memutuskan akan move ke tile mana.
Barulah ia menyadari bahwa teropongnya terbalik.
Air mulai membanjiri seluruh dek, sementara ketiga sodara Mimin terbangun karena hidung mereka kemasukan air dengan sukses.

“KOK ADA AER MIN?”
“ADYUH BECYEK, GA ADA OJYEK, NYANG ADA SYAPI...”

Mimin terdiam. Matanya nanar.
Ia terduduk di atas lututnya sambil memandang lobang berdiameter satu meter itu, bibirnya bergetar, sementara matanya mulai berkaca-kaca.
Momon berteriak histeris,

“HUJAN... ADA HUJAN SAPIII... OH NOOOOO!!!”

Mumun buru-buru naik ke pundak Momon.
Maman bingung, tapi akhirnya ikutan teriak juga,

“HUJAN SAPIII ... ! ! DIJUAL TANK Q5 HARGA BISA NEGO!!!”

Sementara Mimin...
Oh tidak...
Pembaca... jika Mimin terharu karena bisa menyaksikan hujan sapi –walo cuma njatuhin seekor sapi aja- dalam hidupnya... apakah Mimin salah...? Apakah Mimin salah...?

Sementara Sapi itu sudah menghilang dipeluk lautan... dan...

-to be continued-

Edisi Depan : Rahasia mengapa Mimin begitu membenci Sapi , dan mengapa Mimin beralih profesi menjadi penjagal Sapi TERUNGKAP ! –jangan lewatkan–

/me tidur lagi