[PKS LOMBA] The Raid: Redemption 2011 - KEBANGKITAN FILM NASIONAL

Day 1,962, 07:20 Published in Indonesia Indonesia by Sang Jahus Jarzani




Tulisan ini dibuat sebagai media partisipan dalam perlombaan Artikel Ber-tema-kan "Hari Film Indonesia" yang diselenggarakan oleh PKS 'Partai Kami Sama'.



Bersatu dan bersama meraih Kemenangan . . .



Hail eIndonesia...!!!

Selamat Siang, Sore, Malam dan ataupun Pagi untuk eIndonesia . . .




Lagi lagi ikutan Lomba dari PKS, huehuehue....

Abisnya lumayan buat tambahan modal hadiahnya...



The Raid aka Serbuan Maut adalah film aksi seni bela diri dari Indonesia yang disutradarai oleh Gareth Evans dan dibintangi oleh Iko Uwais. Pertama kali dipublikasi pada Festival Film Internasional Toronto (Toronto International Film Festival, TIFF) 2011 sebagai film pembuka untuk kategori Midnight Madness, para kritikus dan penonton memuji film tersebut sebagai salah satu film aksi terbaik setelah bertahun-tahun sehingga memperoleh penghargaan The Cadillac People's Choice Midnight Madness Award.



Terpilihnya film ini menjadi pilihan festival film internasional lainnya, seperti Festival Film Internasional Dublin Jameson (Irlandia), Festival Film Glasgow (Skotlandia), Festival Film Sundance (Utah, AS), South by Southwest Film (SXSW, di Austin, Texas, AS), dan Festival Film Busan (Korea Selatan), menjadikannya sebagai film komersial produksi Indonesia pertama yang paling berhasil di tingkat dunia.

Belum lagi sederet keajaiban kepada Industri Perfilman Nasional, dimana Film The Raid diputar serentak di beberapa negara seluruh dunia. Scoring Music Film INI di Negeri Paman Sam sana yang mengerjakannya yaitu Mike Shinodanya Linkin Park with Joseph Trapanese (yang versi lokal Scoring Musicnya dikerjakan Aria Prayogi sama Fajar Yuskemal).

http://id.wikipedia.org/wiki/The_Raid



Sebelum dilanjut lihat dulu di sini http://www.imdb.com/title/tt1899353/

Ada Sequelnya Loh http://www.imdb.com/title/tt2265171/

Denger2 ini Film Trilogy.



The Raid adalah film garapan sutradara Gareth Huw Evans bercerita tentang Penggrebekan salah satu Bandar Narkotika yang bermarkas di sebuah Apartemen yang kumuh. Intinya ya hanya itu doang, gak ada embel-embel horor semacam di pojokan muncul tangan buntung, atau tiba-tiba dibalik pintu apartemen muncul Suster Ngesot.

Serbuan Maut mengambil /setting/ lokasi di jantung komunitas kumuh Jakarta.

Asli, Film ini Ektrim, Keras, Ganas, dan Keren.

Film The Raid dibuka dengan adegan Rama (Iko Uwais) yang lagi latihan dan harus meninggalkan istrinya yang sedang hamil untuk sebuah misi. Kemudian dilanjut ke adegan sadis dari Tama (Ray Sahetapy) pimpinan gembong narkoba.

Kemudian adegan pun beralih ke sebuah Van berisi Pasukan Khusus yang siap menyerbu sarang Tama, Sekelompok tim SWAT yang tiba di sebuah blok apartemen kumuh dengan misi menangkap pemiliknya.



Selanjutnya? Aksi.. Aksi.. dan Aksi.. Adrenalin penonton terus dipacu dengan rentetan adegan sadisme, bela diri yang mumpuni, serta sinematografi jempolan, semua tampil apik di Film ini.



Blok ini tidak pernah digerebek atau pun tersentuh oleh Polisi sebelumnya. Sebagai tempat yang tidak dijangkau oleh pihak berwajib, gedung tersebut menjadi tempat berlindung para pembunuh, anggota geng, pemerkosa, dan pencuri yang mencari tempat tinggal aman. Mulai bertindak di pagi buta, kelompok SWAT diam-diam merambah ke dalam gedung dan mengendalikan setiap lantai yang mereka naiki dengan mantap.

Suguhan Film Indonesia bergenre Action yang menghentak di tengah kerumunan film - film Lokal Lebay macam Pocong-pocongan dan sebagainya. Saya sendiri sebenarnya belakangan ini muak melihat perkembangan film - film nasional yang kebanyakan diproduseri orang India (katanya) berkutat dalam genre Horor-Komedi-Seksi Bohay, untunglah datang angin sepoy-sepoy dari "The Raid" (Serbuan Maut) yang meskipun Sutradaranya si Gareth Evans orang Bule, tak masalah, yang penting muka-muka lokal kita bisa tampil dari sisi yang lain dalam sebuah Film.



Penyergapan mereka terbongkar ketika gerakan mereka terpantau oleh kamera pengintai di gedung tersebut. Dari penthouse suite-nya, Tama memerintahkan untuk mengunci gedung apartemen dengan memadamkan lampu dan menutup semua jalan keluar. Terjebak di lantai 6 tanpa komunikasi dan diserang oleh penghuni apartemen yang diperintahkan oleh Tama, tim SWAT harus berjuang melewati setiap lantai dan setiap ruangan untuk menyelesaikan misi mereka dan bertahan hidup.

Adegan teknik bela diri sangat kental saat si Iko di lantai 6 dihadang dan dihadapkan oleh puluhan anak buah si TAMA, si Iko tak membawa pistol apalagi bawa nasi bungkus (gak sempet) hanya memegang tongkat yang biasa dipakai satpam itu lho, sedangkan musuhnya pakai Golok, Samurai, Belati dan mentimun (salah). Adegan bela diri dimulai, terlihat rapi dan ekstrim, tidak tanggung-tanggung samurai dan belati bisa direbut si Iko dan langsung ditancapkan di paha, dada dan leher musuh, ngeri.

Oia, saya ingat muka ndeso tapi sangar dan skill silatnya bisa diacungi jempol itu namanya adalah Yayan Ruhian memerankan sebagai MadDog, saya suka gaya melucu dan memamerkan teknik bela dirinya, saat berhadapan dengan sersan sebenarnya dia cukup melepaskan peluru di depan Otak sersan Jaka untuk membunuh, tapi dengan gayanya si MadDog mengajak kedalam kamar dan kamar dikunci (hayoo ngapain), peluru pistol dilepaskan di meja dan dia bilang kalo tak salah dengar begini "ini baru mantap" sambil tangannya meremes-remes jari-jari nya sendiri yang artinya dia ingin berkelahi secara Jantan.





Dalam film The Raid ini bisa dikatakan semuanya action, bahkan session hening dan dialog panjang nyaris tidak bisa di ingat, paling Cuma 4 kali kalau tak salah. Selebihnya mereka bermain silat dan membrondong peluru saling serang-menyerang.

Gareth evans selaku sutradara tidak memberikan ruang nafas bagi penontonnya. baru selesai adegan baku hantam dengan musuh, tidak lama kemudian datang musuh berikutnya yang seolah tidak ada habisnya.

Keinginan bertahan hidup, membuat Rama terus melaju mengalahkan lawan-lawannya. Dari satu lantai ke lantai yang lain, Rama bertemu dengan musuh yang berbeda-beda namun sama bengisnya. Sampai saat bertemu dengan Tama, Rama dibenturkan dengan ajudan setia Rama, Macdog (Yayan Ruhian). Berjuang sampai titik darah penghabisan, Rama menggunakan semua kemampuan beladirinya.

Tragis di Ruang penyiksaan, si Andy disiksa oleh rekannya sendiri, MadDog. Iko tahu kakaknya disiksa, Iko masuk, dan lagi-lagi MadDog dengan Gembelengnya menantang Andy dan Iko melawan MadDoG sendiri, 2 lawan 1. Lagi-lagi unjuk kebolehan teknik bela diri MadDog memukau dan lucu, tapi akhirnya MadDog wafat (what? Seekstrim ini pakek kata wafat?) dia ditusuk dileher nya dengan pecahan lampu hingga dalam. Ketika itu Iko hampir saja lehernya akan dipatahkan madDog, adegan saat ini sangat menegangkan.



Saya membagi cerita film ini tiga bagian: pertama, tentang alur cerita. Kedua, tentang aksi berantem. Ketiga, tentang efek-efek lain yang kita lihat di film.

Pertama, alur cerita. Film ini sebenarnya sederhana ingin bercerita tentang sekelompok polisi yang menggerebek sebuah komplotan mafia penjahat di sebuah gedung apartemen, dimana disinyalir sebagai markas utama mereka. Hanya itu, tidak ada cerita lain. Fokus cerita bagaimana sekelompok polisi tersebut mampu masuk ke dalam sarang penjahat, namun sayangnya tidak berhasil meluluh lantakkan semua kekuatan penjahat. Malah sebaliknya, pasukan polisi tersebut hancur karena sudah ketahuan oleh bos penjahat.

Secara umum, alur ceritanya mudah dipahami. Namun, sayangnya saya masih belum bisa mengerti mengapa si Letnan tersebut bisa dianggap sebagai tokoh “penjahat” utama dalam aksi penyerangan itu. Apa kontribusi si Letnan jahat tersebut kepada kelompok mafia ini. Ini yang saya tidak menemukan jawabannya. Meski si bos penjahat itu menyebutkan bahwa kalaupun si Letnan ini mampu menangkap bos penjahat maka karir dia sudah mati. That’s it. Soal lainnya adalah menyangkut harga diri antara polisi dan penjahat yang bersaudara ini. Ini pun saya tidak begitu paham, apa yang menyebabkan mereka sama-sama tidak bisa berkmpromi tentang ini.

Kedua, aksi berantem. Untuk bagian ini, saya berpikir inilah jualan dari film ini. Tanpa ada aksi tidak akan mampu menghidupkan suasana pertempuran ini. Satu sisi saya melihat ada hal lain yang ingin ditampilkan dari film Indonesia. Jauh lebih berani untuk menampilkan banyak adegan kekerasan sehingga tidak layak ditonton oleh anak-anak. Dari sisi ini saya ingin mengapresiasi. Namun demikian, dari segi aksi persilatan, saya merasa belum melihat ada yang khas untuk konteks Indonesia. Ok, yang ingin ditonjolkan ada bahwa ada bela diri dan silat sebagai medium pertengkaran dan perkelahiannya. Dan aksi-aksinya sangat baik menurut saya. Tetapi, saya melihat dimana konteks Indonesia, kalau memang beranggapan bahwa bela diri ini adalah silat. Meski kemudian kita kenal aktor utamanya adalah pesilat, tetapi pesan yang ingin disampaikan ke publik dalam konteks ini apa. Itu pendapat pribadi saya.

Ketiga, efek lainnya. Ini buat saya juga menarik. Emosi penonton berhasil dibawa dalam efek-efek yang ditancapkan dalam film ini. Meski terkesan kasar, keras dan tidak layak ditonton untuk anak-anak, tetapi sebagai film aksi yang bagus saya pikir menarik. Satu hal yang agak ganjil menurut saya adalah setting apartemennya. Kalau memang ini adalah film Indonesia, tetapi kok saya merasa setting-nya seperti di Hongkong ataupun Taiwan ya. Meski saya juga merasa tidak bisa mendefinisikan apa sih apartemen yang khas dari Indonesia. Kalau buat saya, ya rumah susun itu, tapi kalau apartemen saya kesulitan memang membayangkannya. Sehingga ketika melihat apartemen di film ini langsung diasosiasikan dengan di negara lain.

Tapi???



Menurut Anda????

Silahkan Ber-Imajinasi...





Semoga dunia perfilm Indonesia semakin bagus kedepannya, apalagi yang temanya action seperti ini, mungkin film The Raid adalah batu loncatan pertama agar film action selanjutnya semakin berkelas. Dan plis deh Stop Film yang Horor-horor yang menjual Kentucky (Paha Dada).





Salam Sejahtera

Sang Jahus Jarzani