[Cerbung-PKeI] S for September

Day 1,763, 22:56 Published in Indonesia Indonesia by Admiral Proudmoore

Pertengahan September 2010.
Sebuah daerah di selatan Jawa



Semilir angin malam berhembus dengan kencang di sisi gubug tua yang reyot tersebut. Suara gemericik air terdengar bersamaan dengan suara lelaki berumur yang terbatuk di selingi suara percakapan melalui telepon genggam.

“Awak sudah siapkan segalanya bersama dengan yang lainnya, sudah awak hubungi internazionale untuk mendukung rencana kita. “ ujar lelaki tersebut dengan dialek khas tegal nya.

“Tutup rapat-rapat segala info yang bisa menyebabkan kebocoran. Malam itu akan kita kobarkan darah di bumi pertiwi ini.” Terdengar suara khas intel terdengar di ujung telepon.

“Baiklah” Ucap lelaki itu di iringi dengan batuk yang tertahan.

Lelaki itu kemudian menerawang sambil melihat lambing palu arit. Menatap foto bersama dengan kamerad lainnya di depan gedung merah, matanya nanar melihat satu persatu rekan perjuangannya yang dihilangkan paksa oleh aparat dan pengkhianat di dalam gedung merah namun dia sadar ini adalah resiko perjuangan. Kembali laki-laki tersebut terbatuk dan kemudian dia merenung ketika dia sampai pada foto dirinya yang diapit oleh 2 rekan lamanya dan kemudian dia tersenyum, mereka menghilang dan mungkin akan tiba saatnya giliranku.

Ditatapnya tulisan dibawah foto tersebut, Nugeloblegug, dirinya dan kemudian Sjahrir. 2 hilang tak tentu rimbanya. Tanpa sadar tangannya mengepal dan dia berhasrat nanti ketika malam itu tiba maka pembalasan haruslah lebih kejam lagi, kemudian matanya melirik kearah tanggalan kusam dan dan kemudian bergumam lirih …….. 30 September 2010


===========================================================================

18 September 2012
Sebuah daerah pinggiran Djakarta.

Sebuah mobil tua melaju dengan cepat menuju sebuah rumah di pinggir Jakarta. Sesosok pria muda dengan muka gusar mengendarai mobil tersebut dengan tatapan mata tajam. Sebuah pertemuan dengan rekan kamerad lainnya untuk mendengar lebih lanjut cerita selama dia tidak berada di Jakarta. Satu setengah tahun lama nya dia mengembara dan terlalu banyak cerita dan kejanggalan yang ada.

Keringat bergulir di wajahnya walau AC menyala dengan kencang, pikirannya mengingat kembali sebuah pesan singkat yang diterima nya semalam.

Segera menjauh dari gedung merah. Tertanda Manyang

Singkat, Padat, namun bermakna dan menimbulkan banyak pertanyaan karena dikirim oleh kamerad yang dia tahu telah menghilang dari peredaran. Pikirannya berkecamuk dengan dahsyat.

Dirinya kemudian melambatkan laju kendaraannya ketika melihat rumah dengan alamat yang dituju. Dilangkahkan kakinya perlahan setelah dia memarkirkan kendaraan tua tersebut. Tak sabar rasanya dia mendengar cerita dan konspirasi selama dia berpetualang di negeri orang.

Diketuk nya pintu rumah tersebut namun tak ada jawaban. Kemana pikirnya orang yang baru ditemui nya beberapa hari lalu ini namun dirinya terkejut karena ternyata pintu tak terkunci.

“Woiii ada orang?”

Suasana sepi tampak terasa di rumah tersebut. Kemana ini orang tanya nya. Sebuah pintu tampak terbuka, dengan rasa penasaran di longok nya ke dalam ruangan tersebut dan betapa terkejut dia ketika sebuah pemandangan yang membuat nya lemas.

Sesosok pria sang penjual nasi, sang kamerad yang sedang menjalankan tugas undercover, dengan atribut militer Tentara Nasional eIndonesia, dengan mulut terbuka dan sebuah kertas berlambang palu arit yang ditusukkan belati menancap tepat di jantungnya disertai darah yang masih segar. Pria itupun merasakan lemas di kedua kakinya diiringi sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal ……

“Pengkhianat perjuangan bernama Strangers ini sudah awak basmi, Selanjutnya Cimporong …………”