-=AnB=- Jika Aku Menjadi... (Pemain eRepublik)

Day 1,603, 13:11 Published in Indonesia Indonesia by ijnapanji


Tiba-tiba saja, wacana tentang dualisme jabatan antara legislatif (Kongres) dan eksekutif (Kabinet) kembali menghangat seiring dengan pengumuman kabinet yang dirilis secara resmi oleh Presiden eIndonesia paling anyar.

Berbagai reaksi beragam muncul, dari sentimen dan fanatisme, hingga sinisme kembali menghiasi komentar artikel yang sengaja diciptakan untuk memanas-manasi keadaan, dengan tujuan baik tentunya.

Ketidakaktifan lembaga Kongres kemudian menjadi sorotan, yang kemudian disebut-sebut hanya memiliki fungsi untuk mengiyakan maupun menolak rancangan undang-undang yang diajukan melalui mekanisme game ini.

Erepublik memang telah mengebiri fungsi sejati lembaga legislatif itu, seperti halnya opini yang di kemukakan oleh Cutiechan dalam artikel perdebatan Mensospol.

"Masalah dualisme ini semua salahnya si ngademin, bikin fitur politik jelek begini, tugasnya pemerintah malah dipasang di parlemen," kata Cutiechan yang mengomentari beberapa fitur pemerintah yang ada di kongres, selain pemakzulan atau impeachment tentunya.

Sementara itu, XeparatTerhormat justru menilai isu dualisme merupakan salah satu hal yang membunuh kenikmatan pemain di dalam game ini.

"Setiap pemain, sapi sekalipun, berhak untuk menikmati game yang salah satunya dengan menjadi pejabat kongres atau pemerintah," tegas XeparatTerhormat.

Reaksi yang wajar, mengingat beberapa komentar lain juga menginginkan adanya sebuah pemerataan kesempatan bagi seluruh entitas eIndonesia untuk berbagi tugas dan peran di dalam permainan ini.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah ketersediaan waktu, apakah setiap pemain memiliki waktu luang yang sama untuk bermain erepublik, atau pun kemampuan dan pemahaman karakter itu sendiri terhadap mekanisme permainan.

Presiden silfumus 02 sendiri menilai lumrah rangkap jabatan ini dengan menjadikan beberapa kasus di negara tetangga sebagai acuan untuk praktik yang diharamkan oleh eKonstitusi ini.

"Dualisme sendiri sepertinya masih ada di luar negeri, contohnya dari negara ONE seperti Slovenia, Inggris, dan Hungaria," kata silfumus.

Dengan dalih keterbatasan sumber daya manusia yang mumpuni, Presiden kemudian menetapkan wakil presiden yang masih menjabat anggota kongres sebagai wakilnya, meskipun diketahui kemudian bahwa yang bersangkutan telah mengundurkan diri sebagai anggota kongres.

Keadaan ini kemudian dikuatkan dengan pendapat BadMail, yang menilai kondisi eIndonesia saat ini jauh dari harapan tentang tersedianya pemain yang cukup untuk berperan di setiap kesempatan.

"Kita bicara pada saat kondisi eIndonesia yang ideal, banyak player aktif yang mau berperan dalam gov, tapi liat kondisi dan keadaan eIndonesia sekarang, belum apa-apa sudah ada menteri yang mengundurkan diri," kata BadMail.

Tetapi hal itu menjadi sebuah tamparan bagi kita semua ketika kondisi yang dibicarakan BadMail bertolak belakang dengan jumlah komentar yang ada dalam beberapa artikel kontroversial beberapa waktu ke belakang.

"Kebanyakan hobi nonton dari jauh atau mengeritik, tetapi kemudian mundur teratur ketika dihadapkan dengan struktur kepemimpinan," kata seorang non partisan, Nurmillaty A.M.

Pernyataan Nurmillaty itu mungkin lebih masuk akal daripada alasan kurangnya sumber daya manusia yang ada untuk menempati posisi strategis di pemerintahan, yang sebetulnya sudah diungkapkan pula oleh Presiden silfumus.

"Sulit sekali menemukan orang-orang yang suka rela membantu eIndonesia melalui gov," kata silfumus.

Inkonstitusional
Dalam persepsi hukum tata negara sendiri, keberadaan dualisme jabatan di kabinet dan kongres justru merupakan hal yang bertentangan dengan Undang Undang Dasar eINdonesia, yang berarti negara berjalan secara inkonstitusional.

Mengutip pasal 15 ayat 4 UUD eI yang menyebutkan bahwa anggota Kongres Indonesia tidak diperkenankan masuk ke dalam struktur pemerintah, maka jelas keberadaan rangkap jabatan eksekutif-legislatif tentunya membuat keabsahan pemerintah dipertanyakan.

Pakar konstitusi, AvanT, mengatakan presiden telah bertindak inkonstitusional jika menempatkan anggota kongres ke dalam kabinet, sehingga sudah memenuhi syarat untuk dilakukannya pemakzulan oleh kongres terhadap presiden.

"Kalau kongres ngga mau impeach, tinggal dipertanggungjawabkan saja ke konstituennya," tegas AvanT.

Namun, masalahnya tidak sesederhana itu, kemunculan kembali dokumen Undang Undang Dasar yang telah disahkan pada Februari 2011 justru menimbulkan polemik tersendiri dalam hal penyelenggaraan negara.

Keberlangsungan pemerintah selama ini yang berjalan "apa adanya" seolah melupakan hasil keringat para anggota konstituante selama berbulan-bulan untuk menggagas sebuah konstitusi yang mendukung jalannya sebuah negara eIndonesia.

Mungkin sistem politik eIndonesia yang tidak jelas pun merupakan dampak dari hilangnya ingatan para pengelola eNegara ini akan jasa para pahlawan konstitusi di masa lalu. Siapa yang tahu?

Pastinya, kita semua menginginkan agar peran dan kinerja kita dalam game ini diapresiasi dan diterima dalam berbagai bentuk, dan setiap karakter lah yang menentukan caranya dengan memainkan peranannya dengan apik.

Terlepas dari etis atau tidaknya rangkap jabatan di kabinet itu, maka mutlak sebuah regenerasi dibutuhkan bagi jalannya sebuah negara yang modern, yang tidak mengandalkan peranan para tetuanya dalam menentukan arah ke depan, tetapi juga menghargai jasa-jasa para pendahulu kita.

Adanya sebuah sistem politik yang mapan dan masyarakat eIndonesia yang dewasa tentunya merupakan jaminan bagi terwujudnya iklim politik yang stabil, tanpa dendam dan berujung pada sebuah kedewasaan berperan dari setiap pelaku permainan.

Entah berapa lama lagi Erepublik akan bertahan, tetapi tetap saja eIndonesia harus siap dengan sebuah sistem itu, dengan kesepakatan bersama untuk saling memainkan perannya dengan cantik di eIndonesia, yang dulunya kita sama-sama cintai ini.

Inilah roleplay saya di eRepublik, bagaimana dengan anda? 🙂

P.S : Selamat untuk Demon War yang telah membuat saya tergelitik untuk akhirnya terjun mengomentari masalah ini pada waktu semua orang sedang terlelap di tempat tidurnya. 😑"



Salam Hormat,

Anies Baswedan