PERSATUAN DALAM ISLAM

Day 1,078, 02:40 Published in Indonesia Indonesia by Muhammad Akbar Basith

Hadirin sebangsa setanah air yang kami hormati

Persatuan adalah tiang penyangga daya suatu negara. Kemajuan atau kemunduran suatu negara ditentukan oleh persatuan dan kesatuan bangsanya, Bangsa yang makmur adalah bangsa yang bersatu, bangsa yang hancur adalah bangsa yang berseteru. Pantas, hujjatul Islam Imam Al-Ghazall menegaskan bersatulah seperti dua tangan ini, jangan bercerai seperti dua telinga ini. Ketika tangan kanan ke depan, tangan kiri he belakang. Ketika tangan kiri ke depan, tangan kanan ke belakang, Akhirnya, kita jalan lenggang kangkung. Tapi, kalau dua-duanya ke depan persis vampire laksana Satria Baja Hitam.

Ilustrasi tersebut menggambarkan betapa pentingnya menjaga kesatuan dan memupuk persatuan diantara kita sebab perbedaan yang muncul dari keragaman di negeri ini, tidak mustahil menjadi pemicu lahirnya panatisme buta, persaingan tidak sehat, perselisihan, gontok-gontokan, perpecahan yang bisa meluluh lantahkan nilai-nilai kebersamaan, merapuhkan persatuan dan tidak mustahil membawa derita dan kehancuran bangsa kita. Na'udzubillah tsuma Na'udzubillah min Dzalik.

Lalu bagaimana Pandangan Islam tentang Persatuan dan Kesatuan? Sebagai jawabannya persatuan dalam Islam adalah tema syarhil qur'an yang kami sampaikan pada kesempatan ini dengan landasan al-Qur'an surat Al-Hujurat, ayat: 13



Wahai manusia! Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan. Kami jadikan kamu berbagai bangsa dan berbagai puak, supaya kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu bagi Allah, ialah yang paling takwa di antara kamu. Sungguh, Allah Maha mengetahui. Maha sempurna pengetahuan-Nya .



Hadirin wal Hadirat yang kami hormati



Dari segi balaghah, firman Allah tadi bersirat Kalamul Khabar, mengandung misi informasi, sedangkan secara histories sosiologis, menurut Ibnu Asy-Syakir dalam Kitabul Mubhamat, yang bersumber dari Abu Bakar bin Abu Dawud, ayat tersebut diturunkan sebagai teguran kepada Bani Baydhah yang menolak dinikahkan oleh Rasulullah saw. kepada budak mereka yang bernama Abi Hindin. Pada saat itu, datang Jibril menyampaikan wahyu surat: al-Hujurat ayat 13 tadi, bahwa Allah menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan, bercorak suku, dan berlainan bangsa. Semua memiliki harkat, derajat dan martabat yang sama di hadapan Allah Swt, fungsinya:



agar kamu saling mengenal, menjalin komunikasi harmoni, menebarkan cinta kasih yang tiada pilih kasih serta menyemaikan rasa sayang yang tiada pandang sayang. Demikian penjelasan Imam Alil ash-Shabuni dalam Shafwatut Tafasair.

Dengan kata lain, ayat ini merupakan landasan, theologies yang sangat strategis membangun ukhuwah wathaniyah sebagai pilar persatuan dan kesatuan di negeri tercinta ini. Langkah awalnya, kita harus saling mengenal, bukan saling menutup diri, melecehkan, menghina membanggakan kelompok, suku bangsa, adat-istiadat maupun daerah masing-masing. Sebab sikap seperti itu hadirin merupakan virus-virus persatuan, penghambat persatuan, bahkan penghancur persatuan bangsa. (betul?)

Saudara-saudara, apakah rela bangsa besar yang yang dibangun dengan susah payah oleh para pendahulu kita, dengan genangan air mata? cucuran keringat bahkan kocoran darah para syuhada ini harus porak poranda hanya gara-gara kepentingan kelompok, suku dan golongan? Tentu tidak. Ingat Rasul bersabda:



Bukan golongan kita, orang yang membangga-banggakan kesukuan dan bukan golongan kita orang yang mati karena \membela, mempertahankan dan memperjuangkan kesukuan.

Oleh karena itu, kepada saudara-saudaraku se-bangsa dan se-tanah air, kami menghimbau untuk memperkokoh persatuan diantara kita. Wahai saudara-saudaraku orang eBetawi, Kita samuanya bersaudara; Wahai saudara-saudaraku orang-orang eMadura: taretan-taretan sadije, sampean kabe sadejena satareta; Wahai saudara-saudaraku orang eJawa: Kito sedoyo sedulur; Wahai saudara-saudaraku orang eAceh: getanyo Bandum Mesodare Barme Pake-pake; Wahai saudara-saudaraku orang ePapua Irian Jaya; napire kobe oser, ipar-ipar, pace-pace, nobe-nobe katorang samoa basudara. Kita perkokoh persatuan, kita bina kebersamaan dan kita junjung tinggi semangat bhineka tunggal ika, berbeda-beda tapi satu jua. (setuju?)

Allah Swt. mengisyaratkan agar saya, saudara, dan kita semua memperkokoh persatuan dan kesatuan, serta melarang bercerai berai. Ini terangkat dalam penggalan Surat Ali-Imran ayat 103:



Dan teguhlah sekaliannya berpegang kepada tali Allah. Janganlah berpecah belah antara kamu, Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu, Ketika kamu saling bermusuhan, Lalu kami padukan hati-hatimu, Sehingga dengan karunia-Nya kamu manjadi bersaudara. (QS. Ali Iraran: 103)



Hadirin yang kami hormati

Demikian penegasan Allah tentang pentingnya memperkokoh persatuan dan kesatuan yang diisyaratkan pada kalimat:



Allah menyuruh bersatu padu dan melarang bercerai berai.

Dengan demikian, semangat yang harus kita tumbuhkan adalah semangat bersatu bukan berseteru, semangat integrasi bukan disintegrasi, dan semangat kompetisi bukan semangat berkelahi. (betul?). Sebab merupakan "Shighatun Nahyi". Sedangkan kaidah mengatakan:



Suatu larangan pada asalnya adalah harram.

Dengan demikian, haram bagi kita berpecah belah, bertingkai pangkai, dan bercerai-berai apalagi dengan sesama insan beriman, satu aqidah, satu Tuhan, dan satu agama, kita harram berpecah belah dan bersengketa. Kenapa? Karena setting sosial turunnya ayat ini, menurut riwayat al-Faryabi dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas adalah berkenaan dengan pertentangan antara kaum Aus dan Khajraz. Sampai-sampai tatkala rasulullah sedang sakit, tiba-tiba terdengar pertentangan antara kaum Aus dan khajraz. Mereka terus terlibat ke dalam bentrokan fisik dengan cara-cara Jahiliyah. Meski dalam keadaan sakit parah, sambil berjalan sempoyongan, beliau berusaha untuk melerai pertengkaran. Nampak tubunya lemas, wajahnya pucat-pasi, air mata berlinang membasahi pipi, bibirnya kering bergetar. dengan suara parau terputus-patus beliau bersabda:



"Apakah kamu akan kembali ke dalam tradisi jahiliyah (berpecah belah) setelah datang penjelasan-penjelasan dan aku masih hadir di antara kalian"

Nampak suasana hening mencekam, sementara kaum Aus dan Khajraz, mereka menundukan kepala tanda hormat, berbalut malu kepada baginda rasulullah SAW karena mereka berseteru. Sikap Rasul ini hadirin, merupakan realisasi ukhuwah Islamiyah QS. ali-Imran ayat 103 tadi, yang harus kita teladani. Kenapa? Karena perpecahan antara kaum Aus dan Khajraz merupakan simbol bibit-bibit perpecahan internal Islam eIndonesia. Realitas sering menunjukan, terkadang cuma gara-gara perbedaan pendapat furu'iyah berlainan organisasi yang dipengaruhi oleh kepentingan pribadi dan kelompok lantas pisah partai, putus silaturrahmi. Na'udzubillah min Dzallik. Padahal bukankah sesama muslim bersaudara, bukan sesama mu'min ibarat satu bangunan, bukankah sesama insan beriman bagaikan satu tubuh, yang satu sakit yang lain harus merasakan derita kepayahan. Sebab mayoritas bangsa eIndonesia beragama Islam, jika internal muslim berseteru maka persatuan bangsa akan terganggu.

Oleh karena itu mulai detik ini, kita samakan langkah, seragamkan gerak, satukan persepsi, berat sama dipikul ringan sama dijing-jing. Kuntulpis holopis kuntul bar is rawe-rawe rantas malang-malang putung, perbedaan jangan melahirkan perpecahan tapi dengan perbedaan harus saling melengkapi dan menghargai.

Alahmdulilah kita patut bangga dan bersyukur kepada Allah SWT., karena seiring dengan semangat gotong royong seirama dengan spirit bhineka tunggal ika, pebedaan-perbedaan yang timbul dari keragaman di negara kita ini, dipandang masih dalam kerangka fastabiqul khairat. Amin ya Rabbal alamin, jika berbagai perbedaan dilandasi dengan Iman diorientasikan menimba amal kebajikan dijadikan sebagai iner power bagi kita terciptanya perdamaian. Allah menjamin bangsa, kita memperoleh pahala dan ampunan dari Allah. Sebagaimana terangkai dalam al-Qur'an surat al-Maidah ayat: 9



Allah telah berjanji kepada orang fang beriman dan beramal kebaikan, bagi mereka ampunan dan pahala berlimpahan. (QS. al-Maidah: 9)



Hadirin sebangsa dan setanah air yang kami hormati

Dengan berakhirnya bacaan firman Allah tadi, syarahan ini dapat. disimpulkan bahwa persatuan dan kesatuan merupakan syarat utama dan pertama membangun bangsa, Oleh karena itu dalam memandang pentingnya merajut kebersamaan dan merangkai persatuan di erepublik ini. Caranya adalah dengan memantapkan ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah Islamiyah.

Bila upaya Ini kita lakukan, kami yakin persatuan bangsa akan terbina, keutuhan NKeRI akan lestari, dan eIndonesia akan jaya . .Amin Ya robbal Alamin.

Bayangkan kalau ini terjadi di eIndonesia, maka tidak ada yang bisa menghentikan eIndonesia walaupun kita Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Dio, dll. Tapi dengan semangat kesatuan insyaAllah, Allah SWT. akan memberikan kejayaan bagi eBangsa ini. Sekarang camkan dalam hati anda tiada lagi diskriminatif, tiada lagi perlakuan spesial dari kalangan senior ataupun nubi, tiada lagi saling serang antar partai, karena kita hanya bernaung d satu tempat yaitu NAUNGAN MERAH PUTIH!!!

Allahuakbar!!!
Allahuakbar!!!
Allahuakbar!!!
Jaya eIndonesia!!!