Penelusuran Eksklusif: Palawan

Day 1,917, 18:21 Published in Indonesia Indonesia by Janisatya Dido Pranata
(Palawan, eIndonesia) Selamat pagi, siang, sore dan malam. Inilah Penelusuran Eksklusif edisi pertama. Saya, Janisatya Dido Pranata. Pasca penguasaan eIndonesia atas Palawan, pemberontakan terus dilakukan oleh penduduk lokal yang tak bersedia berada di bawah pemerintahan eIndonesia. Hingga berita ini diturunkan, TNeI beserta Warga Negara eIndonesia terus menahan gempuran-gempuran tersebut. Bahkan bisa dikatakan, Palawan merupakan salah satu wilayah baru di negeri ini yang paling sering mengadakan pemberontakan. Hal ini bisa dipahami, sebab Palawan merupakan wilayah yang cukup strategis, baik dari segi geografis maupun sumber dayanya. Bersama dengan Sumatra, Palawan kini menjadi penyedia stok minyak nasional.



Meskipun Pemerintah telah menetapkan status darurat sipil atas daerah ini, dari rumah saya di Kota Puerto Princesa, saya tidak bisa merasakan ketegangan itu secara langsung. Sebab sebagai ibukota sekaligus kota terbesar dan terpenting di Palawan, Puerto Princesa sangat dilindungi oleh TNeI. Hampir di setiap sudut jalan, saya bisa melihat para tentara bersenjata lengkap tengah berjaga-jaga. Saya kemudian memutuskan untuk meninggalkan kota dan pergi ke selatan pulau ini, di Gunung Matalingayan, dimana diduga menjadi markas komando kaum pemberontak.



Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, jalan menuju ke sana begitu sulit dan memakan waktu. Jelas saya tidak mungkin bisa melewati jalan-jalan besar, karena di masa darurat seperti ini, penduduk sipil seperti saya tidak akan diperbolehkan meninggalkan kota. Apalagi saya adalah Warga Negara eIndonesia.

Akhirnya saya memutuskan diam-diam berangkat melalui jalur hutan dipandu salah seorang teman saya, seorang wartawan lokal yang tahu persis daerah itu. Tadinya saya ingin mengadakan wawancara kepada pemimpin pemberontak. Namun belum sempat saya tiba di tempat tujuan, perjalanan saya terpaksa ditunda karena lebih dahulu tertangkap oleh pasukan TNeI yang tengah berupaya merebut sebuah kota dari tangan pemberontak.



Sangat disayangkan, tentu saja. Tapi saya tahu bahwa mereka melakukan hal itu demi kebaikan dan keselamatan saya. Saya sendiri baru kali pertama ini mengadakan kegiatan jurnalisme di daerah konflik. Menegangkan, tapi juga sangat menyenangkan. Pengalaman ini merupakan pengalaman berharga yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. (JDP)