Penaklukan yang Manusiawi

Day 1,878, 00:24 Published in Indonesia Indonesia by Janisatya Dido Pranata
(Java, eIndonesia) Saya selalu mengatakan bahwa tidak ada yang namanya Perang Suci, yang ada hanyalah Perang Kotor. Apa maksudnya? Di dalam perang, tak peduli di dunia nyata maupun dunia maya, selalu mendatangkan korban, baik berupa fisik maupun mental. Bagi saya, tak ada yang benar-benar diuntungkan dalam sebuah peperangan. Yang menang, tak akan begitu saja mendapatkan apa yang ia inginkan, karena pasti yang kalah masih akan berusaha mati-matian untuk merebut kembali apa yang pernah menjadi miliknya. Sementara itu, yang kalah harus kehilangan begitu banyak hal. Hal itu terjadi pula dalam eRepublik.

Di dalam permainan ini, para player akan saling berebut wilayah kekuasaan atas nama negara yang dibelanya. Yang menang, tentu akan mendapatkan wilayah baru, sementara yang kalah mau tak mau harus merelakan wilayahnya dicaplok oleh negara asing. Hal itu menjadi lebih emosionil karena game ini menggunakan subyek negara yang benar-benar ada di dunia nyata. Dan besar sekali kemungkinannya bahwa seorang Warga Negara di eRepublik ini benar-benar menjadi Warga Negara yang bersangkutan di dunia nyata. Jangan jauh-jauh, deh. Saya sendiri adalah Warga Negara eIndonesia dan benar-benar Warga Negara Indonesia di dunia nyata. Game ini, disadari maupun tidak, telah memanfaatkan rasa nasionalisme kita agar lebih tergugah dalam bermain.

Ambil contoh peristiwa yang baru-baru ini terjadi. Kita berhasil menguasai Sabah, yang secara tradisionil merupakan wilayah Malaysia. Bagi kebanyakan WNeI, hal ini tidak hanya sekedar kemenangan dalam permainan, tapi juga sebagai kemenangan emosionil dalam rivalitas Indonesia-Malaysia di dunia nyata. Dan sebaliknya, keberhasilan eIndonesia dalam menguasai Sabah pasti sedikit banyak juga mengusik patriotisme dan nasionalisme mereka.

Berhubung permainan ini sudah diset terdiri dari 70 negara dari sononya, maka sekali pun sebuah negara telah kehilangan seluruh wilayahnya, eksistensi mereka akan tetap terjaga. Tak hanya masih bisa menambah Warga Negara, pemerintahan mereka pun secara de jure tetap ada dan masih bisa mengadakan berbagai Pemilihan Umum.

Melihat karakter game yang demikian, maka pada kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan sebuah taktik perang yang saya sebut dengan "Penaklukan yang Manusiawi". Bagaimana caranya? Dalam taktik ini, strategisitas dan besarnya wilayah di dalam Peta Dunia Baru menjadi faktor yang wajib diperhatikan. Jika ingin menguasai wilayah, pilihlah wilayah yang sekiranya terlihat paling besar dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain di negara tersebut. Bila memungkinkan, kuasailah semua wilayah negara itu, tapi sisakan satu saja yang paling kecil.

Ada dua alasan mengapa hal ini perlu dilakukan. Yang pertama, semakin besar suatu wilayah di Peta Dunia Baru, semakin mudah pula perubahan wilayah kita dilihat oleh negara-negara lain. Dengan demikian, mereka pasti juga akan semakin menghargai kita. Di samping itu, besarnya wilayah yang berhasil kita taklukkan juga akan mempengaruhi kepuasan rakyat. Kata orang, "Makin gede, makin mantep" (Apa ini maksudnya, ya?)

Alasan yang kedua kembali pada keterangan saya sebelumnya. Sekalipun kita menguasai seluruh Dunia Baru, 70 negara itu akan tetap selalu ada. Ambil contoh yang terbaru adalah eUni Emirat Arab. Meskipun wilayah mereka telah berhasil dikuasai sepenuhnya oleh eTurki dan eIran, namun faktanya kita masih tetap bisa menjadi Warga Negara eUni Emirat Arab. Bahkan hingga detik ini, Pemilihan Umum tetap bisa dilaksanakan. Jika memang benar demikian, lantas apa bedanya antara kita menguasai seluruh wilayah dengan hanya menyisakannya satu?

Bagi saya akan jauh lebih bijaksana jika kita masih menunjukkan welas asih kepada musuh dengan membiarkan mereka memiliki satu wilayah yang paling kecil. Hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah konflik frontal yang mungkin akan terjadi di waktu-waktu mendatang. Anda bisa bandingkan perasaan Warga Negara sebuah negara di eRepublik yang tidak punya wilayah sama sekali dengan mereka yang setidaknya masih memiliki tanah sendiri. Tentu saja akan lebih agresif WN yang tak memiliki wilayah, kan? Because they have nothing to loose. Sementara WN yang masih memiliki wilayah akan bersifat lebih konservatif dan berhati-hati dalam mengambil sikap.

Demikian sedikit penjabaran taktik militer saya. Semoga pihak-pihak yang berwenang di eIndonesia membaca artikel ini dan mempertimbangkannya sebagai salah satu taktik militer nasional kita. (jdp)