Panen Buah Kina : Fist, Peace dan kini Phoenix

Day 758, 04:10 Published in Indonesia Indonesia by pharaoh revival

Mungkin beberapa dari kalian masih ingat tentang harga diri bangsa dan penghargaan terhadap bangsa lain yang kuomongkan beberapa bulan yang lalu. Mungkin beberapa dari kalian masih kesal dengan tindakan kami. Kini apa yang kita hadapi sekarang adalah buah dari pohon kina yang kita tanam di halaman orang. Ketika waktunya berbuah, kita dipaksa untuk menelan semua butir kina sekaligus. Kita ditusuk dari belakang berulang-ulang hingga dehidrasi oleh Negara yang kita anggap teman.

Tulisan ini saya buat dalam nada non provokasi ataupun propaganda. Anggaplah ini saran dan masukan buat government. Anggaplah saya newbie karena saya kurang begitu memahami situasi politik domestic maupun internasional belakangan ini. Jadi apabila saran saya ngawur, ya abaikan saja. Tapi gak perlu ketus menanggapinya.

Kita dulu punya fist, kemudian bubar dan membentuk Peace yang seperti aliansi lain tidak berumur abadi kemudian dilupakan dan hancur berkeping-keping. Namun apa pelajaran yang bisa kita petik dari ambruknya aliansi-aliansi itu? Dari situlah kita bergerak agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama lagi.

Apa yang menyebabkan Peace ambruk? Penyebabnya kurang lebih sama dengan yang terjadi dengan aliansi kita sebelumnya Fist. Kurangnya ikatan kepada tiap anggota. Saya tidak membicarakan kontrak aliansi dan lain sebagainya. Semua itu bisa saja dilanggar karena lain pemerintahan, lain kebijakan, dan seperti yang kita ketahui pergantian pemerintahan cukup sering di erep ini, tiap bulan. Apa lagi yang bisa membuat Negara lain terikat? Jawabannya hubungan emosional.

Apa yang membuat Negara yang superior secara militer dan ekonomi merasa terbeban membantu Negara inferior dalam membela anggota lain dalam political take over dan invasi, padahal selama ini mereka berulang kali menjadi bumper dalam menghadang meluasnya battlefield dari aliansi seteru. Demikian pula sebaliknya, apa yang membuat Negara-negara inferior ini dengan mudah mengubah posisi mereka dalam konstelasi politik dunia sementara mereka selama ini dibantu secara politik dan militer oleh anggota yang lebih kuat? Kurangnya hubungan emosional.

Aliansi yang baik adalah aliansi yang membuat semua Negara anggota berkembang bersama, bukan beban bagi yang satu dan keuntungan bagi yang lain. Fist dan Peace telah berubah menjadi mesin perang dan politik yang hanya menyenangkan bagi Negara-negara super power. Bagi Negara yang tidak kompeten dalam mempertahankan diri, namun potensial secara ekonomi karena katakanlah memiliki resource yang tinggi di regionnya, atau baru saja mengalami baby boom, ini tidak berarti apa-apa bagi mereka, karena mereka lemah dari segi tenaga kerja maupun kekuatan militer. Mereka tidak memiliki peran yang lain selain hanya sebagai bumper. Di sisi lain Negara yang keseringan mendapat jatah membela Negara yang lain, walaupun pada awalnya senang karena mendapat pengalaman perang tambahan, mereka pada akhirnya akan kewalahan dari segi financial, sehingga lambat laun bantuan itu kemudian mengendor.

Kerja sama ekonomi adalah jawabannya. Sudah saatnya aliansi yang kita ikuti sekarang ini tidak hanya berperan dalam sector pertahanan saja. Kerja sama sector ekonomi dengan perjanjian-perjanjian tax impor ataupun income tax sudah seharusnya digerakkan. Saya tidak mengatakan bahwa selama ini hal tersebut tidak ada, namun tidak tertata dengan apik sehingga perlu direncanakan lebih matang. Dengan kerja sama ekonomi yang lebih baik, kita berharap bahwa Negara-negara minor perlahan-lahan dapat memodali pertahanan Negara mereka sendiri, dan dengan mapannya Negara-negara minor, ketergantungan mereka pada Negara yang kuat akan berkurang. Bagaimana seandainya mereka menjadi lebih kuat dan kemudian memisahkan diri dari aliansi? Itu pertanyaan yang dapat dijawab dengan gampang. Seandainya kita tetap memelihara harga diri bangsa dengan tidak menginjak harga diri bangsa lain, tidak perlu ada ketakutan seperti itu. Seandainya mereka berubah haluan tanpa alasan? Lagi-lagi pertanyaan mudah, kita jadi punya alasan untuk meratakan mereka bukan? Toh, Negara yang mengalami percepatan ekonomi bukan mereka saja. Kita juga diuntungkan dengan adanya perjanjian ekonomi yang mutualisme itu. Marilah kita bersama-sama menghilangkan pikiran menguasai high resource region itu dengan cara agresi. Ada cara yang lebih elegan dan tidak memiliki efek buruk jangka panjang seperti kebijakan kita selama ini. Marilah kita bersikap kooperatif dan saling menghargai untuk sebuah kepercayaan dan ikatan.

Nasi sudah menjadi bubur, tapi bubur masih bisa kita buat jadi enak. Jangan putus asa. Dulu Fist, lalu Peace, kini kita punya Phoenix. Pertanyaannya, masihkah kita mengulangi kesalahan yang sama? Kitalah yang menentukannya.



Pharaoh Revival