Mengapa Perang?

Day 465, 14:11 Published in Indonesia Indonesia by wowox

Ketika perdebatan mengenai Pntagonia menghangat, beberapa teriakan yang sempat tersembunyi mengejawantahkan diri nya dalam bentuk tujuan negara, visi misi, dominasi militer, diplomasi, dan bahkan nasionalisme. Wacana yang silang sengkarut dan tidak akan pernah selesai dimanapun ada komunitas, ada sekumpulan individu, dan ada beragam kepentingan, wacana tentang tujuan, aturan, norma, nilai akan selalu berevolusi bersama komunitas tersebut. Bak cerita diri kita yang senantiasa berubah dan bertambah banyak mulai kita kecil sampai dewasa. Klise bukan?

Mari kita lihat di mana kita hidup. Sebuah dunia maya dengan sebuah game yang bernama erepublik. Jika kita renungkan kembali sungguh ajaib game yang penuh bug, tampilan web statis, fitur yang sangat terbatas, dan admin yang makin rakus, dan bug lagi mampu menyedot kehidupan kita dari dunia nyata. Dunia ini memang simulasi, bak monopoli, catur, sim city, AoE, Warcraft dll serta tak beda dari simulasi yang lain, dunia ini butuh sebuah achievement yang menjadi bahan bakar hasrat pemainnya untuk terus bermain. ‘KEMENANGAN’ kita semua berpacu untuk mendapatkan itu. Semakin besar tingkat kesulitanya, semakin rajin kita, dan semakin tersedot di dalam sebuah permainan. We love to score…

Pertanyaannya situasi seperti apa yang menjadi kondisi kemenangan game ini? Media mogul? Itu hanyalah achievement pribadi, hanya memperoleh 5 gold (please subscribe koran ku ini dong). Ekonomi? Jika anda memiliki beribu company di dunia, mampukah anda mendeclare war? Paling ya resistance war, buat apa? Politik? Pertarungan politik di erep hanya 3 kali dalam sebulan, itu pun hanya bermodalkan sapi dan ip dynamic siapapun bisa menang.

PERANG, ya perang. Karena dalam fitur inilah kekuatan sebuah komunitas di adu. Tak hanya kekuatan militer dari segi banyaknya populasi atau besarnya rata-rata str sebuah negara, di dalam perang ekonomi kita harus kuat untuk bisa membiayai perang, produksi negara harus di set pada titik paling optimal untuk bisa memenuhi konsumsi rakyat yang maju ke medan laga. Politik kita harus solid, paling tidak menghindari TO atau kalo perlu membuat To ke negara musuh. Diplomasi dengan luar negri menjadi menyenangkan karena diplomasi bagian dari war game. Media harus efektif dalam menyampaikan semua informasi militer, ekonomi, politik sebagai kunci komunikasi dan pengorganisasian. Perang adalah pertarungan tertinggi yang akan memberikan judgment/penilaian siapa yang paling unggul dalam permainan ini.

Berteman? Komunitas? Dengan perang pun bisa kok, saya berteman dengan beberapa personel atlantis walaupun kita berperang. Dalam dunia ini kemenangan dalam peperangan lah yang menjadi nilai final, tujuan akhir, nirvana. Sembari meraih tujuan akhir, gandeng lah siapapun yang kau temui baik teman maupun lawan, sapa mereka walau hanya sekedar basa basi dan anda akan berada di sebuah komunitas global.

Memang tidak ada akhir yang absolut, dan memang admin kampret itu sengaja membuatnya demikian demi kelangsungan hidup dapur mereka. Sekarang lah saatnya kita kalahkan mereka di dalam permainan mereka sendiri. Dan itu tidak mungkin tercapai jika semua fitur tidak bisa kita kuasai secara optimal baik itu ekonomi, politik, media, sosial, diplomasi dan banyak lagi fitur lainnya. Kunci kemenangan dalam peperangan besar adalah logistik dan komunikasi. Tanpa itu, sebesar apapun pasukan anda akan dapat dikalahkan dengan mudah.

Lalu bagaimana kondisi logistik negara kita? Jika kita lihat di pasar sebagai barometer yang transparan dan utama (andaikan kita harus perang sendiri tanpa subsidi dari pemerintah dan idealnya begitu) maka kondisi logistik negara sangat memprihatinkan. Tentu saja hukum sederhana ekonomi, supply and demand berjalan di sini. Namun ini tidak diimbangi dengan penghasilan seorang rakyat biasa. Harga weapon q3 di pasar Indonesia yang termurah adalah 31 IDR atau 0.707 Gold. Untuk seorang rakyat biasa bahkan pemilik perusahaan kecil sekalipun untuk bisa membeli 5 senjata q3 dalam sekali perang rasanya tidak mungkin. Dengan gaji maksimal di pasar buruh Indonesia yaitu 25,5 IDR per hari dengan wellness berkurang 6 point (perusahaan q5 di tambah training), maka jika kita kalkulasikan dalam perhitungan kasar perhari dia harus menyisihkan 10 IDR hanya untuk food q5 (dengan asumsi dia mempunyai rumah dari hasil menabung gold dari awal main) praktis perhari maksimal dia hanya bisa menabung 15 IDR, sebulan penuh 15 x 30 = 450 IDR.

Dengan jumlah tabungan tersebut, maka si rakyat hanya bisa turun 3 kali peperangan tiap bulannya (pastinya ada lebih dari 3 kali perang tiap bulan) dengan perhitungan 5 senjata q3 x 3 perang x 30 idr = 450 IDR. Benar ini hanyalah sebuah penyederhanaan, namun itulah gambaran kasar betapa ekonomi kita tidak produktif. Menurunkan harga juga bukan solusi mudah. Pasar di erepublik adalah pasar bebas, hanya tunduk dengan hukum pasar, permintaan dan pasokan ditambah daya beli rakyat. Semakin banyak pasokan, semakin tinggi tingkat persaingan, semakin murah harga barang. Semakin banyak demand, dan supply tetap maka niscaya harga naik. Sudah saatnya pemerintah atau jika ada sebuah komunitas kecil yang mau membuat kalkulasi berdasar jumlah populasi, skill rata-rata, jumlah konsumsi maksimal, jumlah produksi maksimal di Indonesia sehingga kita bisa membuat sebuah kebijakan yang menyeluruh mulai dari berapa perusahaan yang optimal bisa berproduksi di negara kita, berapa gaji yang harus di bayarkan kepada pagawai dan berapa jumlah barang perhari yang harus ada di pasar sehingga kondisi pasar stabil dan mendukung tujuan utama negara ini.

Pont ke dua adalah komunikasi. eIndonesia memiliki beberapa saluran komunikasi antara lain, media di erep sendiri, forum eI, IRC, konfrens di ym, bahkan melalui sms dan telpon. Namun jaringan komunikasi yang ada nyatanya belum di utilisasikan secara efektif. Lihat polemic tentang pantagonia, yang merupakan adik kandung polemik Australia dan lihat betapa sulitnya memperoleh informasi tentang bagaimana strategi perang, bagaimana mendapatkan senjata bersubsidi, bagaimana perkembangan diplomasi luar negri, intinya informasi tentang apa yang sedang dan akan terjadi sehingga seorang individu mampu membuat keputusan dengan efektif sejalan dengan tujuan kemenangan negara nya.

Menjadi pencari informasi yang aktif bukanlah sifat dasar kita, makanya media infomasi di RL dibanjiri iklan, ya permudah akses informasi untuk mereka yang susah mendapatkan akses, banjiri media dengan sosialisasi apapun untuk menggalang koordinasi, iklankan semua gerak langkahmu di erep, utarakan opini, ide, gagasan bahkan segala keluh kesahmu supaya kita bisa saling mendengar, saling berbagi, dan pada akhirnya saling memahami untuk bisa berkoordinasi dengan efektif dan efisien. Pada dasarnya kebutuhan informasi kita mungkin berbeda dan beragam, butuh beragam media untuk mewadahi itu, bukan jaringan komunikasi tunggal yang saya bayangkan namun jaringan komunikasi yang beragam dan saling berjejaring satu dan lainnya.

Kita tidak kekurangan visi, kita kekurangan teknik yang mampu mengoptimalkan potensi bangsa ini untuk menjadi pemenang dalam permainan dunia maya. Satu dua orang berkorban, sementara yang lain tidak bisa ikut berkorban semata-mata tidak ada teknik yang memadai, tidak bisa berkoordinasi tidak mampu lepas dari jeratan hukum ekonomi pasar bebas, dan berujung pada prasangka, dendam, dan lebih gawatnya lagi apatisme. Ya, saya pribadi sudah berpikir untuk meninggalkan game yang penuh bug dan bahkan semua gold saya hilang tanpa penjelasan dari admin. Bukan perpecahan yang saya takutkan namun apatisme massal. Dan sayangnya saya sudah sampai pada titik itu.