Masih Adakah Harga Diri Bagi Para Presiden di eRepublik ini?

Day 1,877, 18:24 Published in Indonesia Indonesia by Janisatya Dido Pranata
(Java, eIndonesia) Sebelum Anda membaca lebih jauh, ada satu hal penting dan mendasar yang perlu Anda pahami tentang saya. Walaupun saya tercatat sebagai anggota salah satu partai yang kebetulan menjadi pendukung Presiden saat ini, namun saya selalu berusaha melepaskan semua atribut kelompok dan kepartaian setiap kali saya menulis artikel. Semua itu saya lakukan demi menjaga independensi dan profesionalitas yang selalu saya junjung tinggi sebagai seorang jurnalis.

Barangkali sebagian besar dari Anda sudah tahu akan peristiwa besar yang baru-baru ini melanda dunia perpolitikan nasional. Jujur saja, tanpa bermaksud menyinggung pihak manapun, saya pikir hal ini adalah masalah remeh-temeh jika dibandingkan dengan masalah-masalah lain yang tengah dihadapi eIndonesia. Sebut saja tingginya tingkat pengangguran, pengaruh sekutu yang meraja-lela di sekitar kita, dan masih banyak lagi.

Setelah saya menelusuri lebih dalam tentang masalah ini, saya bisa mengambil kesimpulan, bahwa kekacauan tidak penting yang melanda eIndonesia ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya rasa tanggungjawab dari Warga Negara eIndonesia dalam menanggapi kebebasan pers yang sangat dilindungi di negara ini.

Koran sebagai wadah bertukar pendapat, memberikan saran dan menyampaikan gagasan, kini tak lebih dari sekedar tempat mencari-cari kesalahan orang lain dan ajang caci-maki. Dan lebih menyakitkannya lagi, tidak hanya Warga Negara eIndonesia biasa yang menjadi objek hinaan itu, tapi juga Presiden, yang menjadi Warga Negara Istimewa! Beliau adalah Simbol Negara, sarana pemersatu bangsa. Sudah seharusnya setiap Warga Negara eIndonesia memberikan penghormatan dan penghargaan yang layak kepada Beliau, tidak peduli apakah ideologinya dan dari partai mana dia berasal.

Saya, sekali lagi, ingin menegaskan bahwa saya tidak sedang membela siapa pun. Bukankah kampanye-kampanye negatif semacam ini juga sering menimpa Presiden-Presiden eIndonesia sebelumnya? Seolah-olah, tidak ada pencapaian apapun yang dilakukan oleh Beliau-Beliau yang terhormat selama menjabat.

Lantas, apakah itu berarti saya menyuruh Warga Negara eIndonesia untuk berhenti memberikan kritik dan menyarankan pembungkaman pers seperti yang pernah terjadi pada negara kita di dunia nyata? Tentu saja tidak! Saya adalah seorang jurnalis. Saya sudah mencintai dunia tulis-menulis (dan pers khususnya) sejak saya masih sangat kecil. Darah jurnalisme telah menghinggapi setiap sendi di tubuh saya.

Betapapun hebatnya suatu Pemerintahan, mereka tetaplah terdiri dari manusia-manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan dosa. Pemerintah yang tak pernah mendapat kritik dan saran dari rakyatnya hanya akan menjadi pemerintahan yang korup dan bobrok. Andalah, rakyat eIndonesia, yang menentukan baik tidaknya pemerintahan kita. Andalah sumber inspirasi bagi segala kebijakan Pemerintah.

Akan tetapi sungguh akan lebih elok jika sekiranya para pembaca dalam menyampaikan apapun dalam Koran lebih bertanggungjawab. Gunakanlah fakta yang cukup dan pengetahuan yang memadai sebelum memberikan pendapat akan suatu masalah, apalagi jika Anda adalah pejabat publik. Ayah saya pernah berkata, "Kamu tahu bedanya bayi dengan Mahasiswa? Jika bayi hanya bisa menuntut dan berteriak-teriak, maka Mahasiswa tidak hanya mampu berkritik tapi juga bisa memberikan saran dan nasehat."

Untuk Bapak Presiden yang terhormat, jika seandainya Bapak membaca artikel ini, saya ingin menyampaikan hal ini kepada Bapak, "Pemimpin yang dicintai oleh semua pihak adalah pemimpin yang hebat, tapi pemimpin yang dicintai sekaligus dibenci adalah seorang pemimpin besar." Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini. (jdp)