Kisah Pemuda teladan (2-habis): Handuk dan Pelayan Manis

Day 1,945, 07:10 Published in Indonesia Hungary by chestabudi

[img][/img]

Pengalaman menabrak perempuan muda pagi tadi membuat Warko tidak enak hati. Sempat terbersit dipikirannya, kejadian itu, jangan-jangan merupakan pertanda buruk bagi dia. Namun Warko segera menepis jauh-jauh pikiran itu. Bagi Warko yang terpenting, hari ini fokus menghadapi pelatihan yang bakal dijalani di ibukota provinsi.

Sekitar pukul 13.00 Warko berangkat bersama sahabatnya Pardisun menuju pendapa kabupaten. Disitu sudah menunggu empat orang perwakilan dari dua distrik yang masih satu kabupaten. Dari pendapa kabupaten mereka bertolak menuju ibu kota provinsi. Mereka diantar dua orang dari Dinas Pemuda dan Olahraga. Satu laki-laki setengah baya dan satu perempuan yang masih muda. Setelah berkenalan, diketahui yang laki-laki bernama Marsudi dan yang perempuan bernama Yuli.

Setelah menempuh perjalanan selama lima jam, mobil yang mereka tumpangi sudah memasuki jantung ibu kota provinsi. Meski suasana sudah malam namun tidak membatasi pandangan mata. Terlihat banyak gedung pusat perbelanjaan dan perkantoran yang menjulang tinggi diterangi lampu. “Mas jangan lupa Hotel G**** *****,” kata Yuli perempuan dari Dinas Pemuda dan Olah Raga mengingatkan supir travel.

Beberapamenit kemudian, mobil yang mereka tumpangi memasuki halaman hotel yang megah. Dan berhenti di depan lobi hotel. “Ayo turun. Bawa sekalian tas kalian, jangan sampai ada yang tertinggal di mobil,” kata Yuli. Mendengar perintah itu ketujuh orang itu segera turun dari mobil dan segera masuk ke lobi hotel.

Begitu masuk lobi hotel, terlihat ruangan yang megah. Pada sudut ruangan terlihat resepsionis cantik tersenyum ramah. Dengan cekatan Yuli segera menghampiri pelayan itu. Mereka terlihat asik ngobrol. Sesekali Yuli menuliskan sesuatu pada kertas yang disediakan pelayan itu.

Melihat ruangan yang begitu megah, membuat Warko merasa grogi. Tiba-tiba Pardisun berbisik ke Warko. “Hei..serius kita mau menginap di sini?,” bisik Pardisun.
“Ya iya lah. Tadi khan Yuli bilang kita mau menginap di sini,” kata Warko lirih
“Yang jadi persoalan biaya makan kita gimana. Bukannya harga makanan di hotel mahal-mahal. Pastinya uang kita ndak cukup,” bisik Pardisun.

Mendengar bisikan Warko dan Pardisun, laki-laki setengah baya dari Dinas Pemuda dan Olahraga yang berdiri tak jauh dari mereka tersenyum. “Mas, semua akomodasi pelatihan, mulai dari kamar hotel hingga biaya makan sudah ditanggung pemerintah. Jadi tenang saja, nikmati bermalam di hotel bintang lima,” kata Marsudi.

Mendengar jawaban ini Warko dan Pardisun tersenyum lega. Sejenak kemudian terlihat Yuli melambaikan tangan sebagai pertanda meminta mereka untuk mendekat. “Tolong keluarkan kartu identitas kalian. Bisa SIM atau KTP untuk ditukar dengan kunci kamar,” kata Yuli.

Mendengar perintah Yuli ini mereka segera mengeluarkan KTP. Segera menyerahkan ke resepsionis yang berdiri di meja lobi. Sejenak kemudian perempuan itu memberikan delapan buah kartu mirip kartu ATM.

“Ini dibagi satu-satu. Mohon jangan sampai hilang. Kamar bapak-ibu berada di lantai lima. Nanti ada karyawan dari hotel ini yang mengantar bapak ibu semua ,” kata pelayan hotel itu sambil tersenyum manis.
Setelah menerima kartu itu mereka segera bergegas mengikuti laki-laki berpakaian rapi yang merupakan karyawan hotel tersebut. Mereka segera masuk lift menuju kamar yang dituju.

“Oh ya jangan lupa kartu ini dipakai untuk kunci kamar. Jadi jangan sampai hilang. Ada yang belum tahu menggunakannya,” kata Yuli.
“Saya belum tahu mbak,” kata Pardisun jujur.
“Ya sudah nanti saya ajarin cara menggunakannya. Jangan lupa kalau mau ke lobi tekan G. Restauran berada di lantai satu dan ruang pertemuan berada di lantai sepuluh. Ingat-ingat itu,” kata Yuli.

Keluar dari lift mereka menyusuri lorong yang terang benderang. Kanan dan kiri terlihat pintu kamar bertuliskan angka-angka. Pada kamar nomor 37 mereka berhenti.
“Mas Warko dan Pardisun menempati kamar nomor 37 ini. Satu kamar di isi dua orang. Kalau untuk membuka pintu masukan kartu ke pintu,” kata Yuli menjelaskan dengan sabar sambil mempraktekan.

“Jangan lupa setelah mandi langsung menuju aula pertemuan. Satu jam lagi saya tunggu. Soalnya kita datangnya terlambat dan belum melakukan registrasi peserta,” kata Yuli.

Begitu masuk kamar, Warko dan Pardisun merasa kagum. Kamarnya terlihat bersih dan rapi. Berbeda dengan kamar tidur mereka yang sempit dengan ranjang yang lusuh. Pada meja kamar, terlihat TV layar datar ukuran besar dan parcel berisi buah-buahan. Di dekat pintu masuk ada kamar mandi. "Wah beruntung, kita bisa menikmati fasilitas hotel bintang lima, layaknya para pengusaha dan koruptor kaya di negeri ini. Hehehe," kata Pardisun

Setelah beres-beres pakaian. Warko segera masuk ke kamar mandi. Terlihat kamar mandinya yang bersih dari lantai marmer. Pada sisi kiri terdapat bathtube untuk tempat mandi. Dinyalakan segera kran dan dibiarkan airnya mengalir agar memenuhi tempat mandi tersebut. Terlihat asap mengepul pelan. Disentuhnya air itu dan terasa panas. Diatur pelan kran pada bak mandi untuk menyesuaikan tingkat kehangatan air. Setelah dirasa pas ia lantas berdiri. Sambil menunggu air penuh ia memilih menyikat gigi. Setelah selesai sikat gigi ia pun mandi dengan semangat.

Seusai mandi diambilah handuk pada rak kamar mandi. Terlihat ada delapan handuk berwarna putih bersih. Empat handuk berukuran besar dan empat lagi berukuran kecil. Karena tubuhnya kecil, Warko memilih handuk berukuran kecil. "Handuk yang besar tentu untuk turis asing nih. Karena badan mereka besar. Saya pilih yang kecil aja ah. Hemat adalah pangkal kaya," gumam Warko dalam hati. Setelah mandi Warko bergegas keluar dan gantian Pardisun yang mandi.

Acara mandi, bersih-bersih telah selesai. Mereka lantas menuju ke aula untuk mengikuti pelatihan. Hari pertama pelatihan di isi dengan perkenalan, ramah tamah dan kontrak belajar. Setelah itu balik ke kamar dan istrirahat. Selama tiga hari mengikuti pelatihan di hotel bintang lima tersebut tidak ada persoalan berarti bagi Warko dan Pardisun. Meski pelatihan itu menyita energi, karena dimulai pukul 07.30 hingga pukul 22.00 malam namun mereka berdua menikmatinya. Semua materi, baik itu materi teori maupun praktek bisa diserap dengan baik. Soal makanan juga tidak ada masalah, cocok dengan lidah dan perut mereka..

Hanya saja selama menginap dihotel berbintang lima itu ada satu hal yang mengganggu Warko. Yakni tiap pagi maupun sore, saat mau mandi, dia kerap menemukan handuk kecil yang ia pakai untuk membersihkan badan tergeletak di lantai kamar mandi. Awalnya dia cukup toleransi dengan kejadian itu. Sebab mengira itu ulah Pardisun. Warko cukup mengambilnya dan mengembalikannya pada rak handuk. Namun lama-lama mengganggu juga. Sebab kejadian ini sudah berlangsung selama tiga hari terus menerus

Seperti halnya pagi ini, saat mau mandi, dia kembali menemukan handuk kecil tergeletak di lantai kamar mandi. "Wah keterlaluan ini Pardisun. mentang-mentang stok handuknya banyak main buang-buang sembarangan. Kemproh bener..harus ditegur kali ini," tegas Warko dalam hati.

Seusai mandi ia pun mendekati Pardisun. Terlihat Pardisun tengah asik menonton TV. "Hei kang. Kamu itu jangan keterlaluan lah. Masa buang-buang handuk di lantai tiap hari," kata Warko
Yang ditegur hanya menoleh. "Maksudnya apa kang," tanya Pardisun.
"Kamu yang membuang handuk kecil ke lantai tiap pagi khan. Kamu tahu ndak ..kalau handuk kecil itu yang aku pakai untuk membersihkan badan setelah mandi," tegas warko.
Mendengar tuduhan Warko ini Pardisun hanya mengerutkan dahi. Sejenak kemudian dia membela diri.

"Enggak lah. Saya ndak pernah buang handuk kecil ke lantai. Saya juga menggunakan handuk kecil untuk menyeka badan dan muka," jawab Pardisun.
"Lho kalau bukan kamu, lantas siapa yang buang handuk kecil itu ke lantai. Waduh jangan-jangan kamar ini ada setannya," kata Warko.
"Sudahlah kang ndak usah dipikirkan. Ini khan hari terakhir pelatihan. Dan materi pagi ini kosong, nanti siang diajak berwisata. Lebih baik pagi ini bersantai aja dulu," kata Pardisun.

Tidak selang berapa lama terdengar ketukan pelan dari pintu kamar, kemudian terdengar suara perempuan menyapa dengan ramah. "Selamat pagi mas. Mohon izin masuk, ini layanan cleaning service,"
Mendengar suara ini Pardisun bangkit dan berjalan ke arah pintu. dan membuka pelan pintu itu. Terlihat perempuan muda dengan wajah manis tersenyum ramah. "Selamat pagi mas. Kami layanan cleaning service hotel. Mohon izin bersih-bersih kamar," kata perempuan itu.

"oh silahkan masuk mbak," kata pardisun tersenyum ramah. Dilihatnya perempuan itu dengan terampil mengganti seprai kasur. Dengan cekatan pula membersihkan lantai kamar dan membersihkan kamar mandi. Setelah membersihkan kamar mandi, perempuan itu kemudian mengambil handuk yang sudah kotor dan menggantinya dengan yang baru. Tidak hanya itu, ia juga mengambil handuk kecil dan meletakannya di lantai.

Melihat hal ini warko kemudian heran dan bertanya. "Mbak handuk kecilnya kok diletakan di lantai," tanya Warko
"Iya mas..supaya lantainya tidak basah," jelas perempuan itu
"Ohh jadi handuk kecil itu fungsinya untuk keset kaki,"tanya Warko.
"Iya mas handuk kecil ini, untuk pembersih kaki," jawab perempuan itu.
"Ohhh gitu," kata Warko dan Pardisun serempak

Setelah perempuan itu pergi pecahlah tawa mereka. "Kampretttttttt. Jadi selama tiga hari ini saya menggunakan keset kaki untuk mengelap wajah dan handuk-handukan," teriak Warko.
"Haduh..jangan-jangan wajah kita bisa tertular kutu air," tambah pardisun.