HIKAYAT KADIROEN (8)

Day 2,983, 17:47 Published in Indonesia Colombia by kerikil

selamat malam para pembaca sekalian,itu mamarika seneng banget sama kita indonesia sampai2 enggan untuk melepaskannya walau sekejap, ah apalah daya hamba yang berdaya juang rendah begini, tak banyak yang bisa hamba berikan buat negara tercinta (?),pun tak ada salahnya kita bernostalgia membaca cerbung hikayat kadiroen, selamat menikmati karya lawas dari seorang tokoh masa lalu.

"HIKAYAT KADIROEN"
KARYA : SEMAOEN


ceritera ini akan di update sampai tamat inshaALLAH setiap 2 hari sekali.

....“Siapakah dia?" pertanyaan itu terus-menerus tidak mau pergi dari ingatannya.
Tengah malam Kadiroen baru bisa tidur. Lalu bermimpi seperti sedang naik kuda lagi, pergi ke Desa Meloko. Dan persis seperti kejadian sesungguhya yang ia alami paginya. Di dalam impian itu ia bertemu lagi dengan orang: “Siapakah dia?” O, tetapi betapa bahagianya hati Kadiroen mendapat impian yang luar biasa. Sebab dalam impian itu, orang yang selalu menjadi pertanyaan hatinya "Siapakah dia?" yang berbicara dengannya. Ya, berbicara, itulah sebabnya Kadiroen menjadi sangat bahagia.
“Siapakah dia?” Dialah seorang perempuan. Pembaca yang terhormat memang di suatu ketika dalam hidup manusia, ada saat-saat yang menghidupkan jiwa manusia, ada saat-saat demikian luar biasa. Yaitu saat seorang bujang mengungkapkan perasaan cintanya kepada orang lain. Yakni pemuda kepada pemudi atau sebaliknya. Inilah kodrat Tuhan Allah. Dan oleh karena itu, mulai saat itu Kadiroen menaruh perasaan cinta kepada seorang perempuan.
Pagi tadi ia baru sekali melihat perempuan yang sedang berangkat ke pasar. Tetapi, anehnya seterusnya ia tidak bisa lupa kepadanya. Tidak tahu, siapa perempuan itu. Ia hanya baru tahu wajahnya saja. Tetapi wajah perempuan itu sekarang sudah tidak bisa pergi dari ingatannya. Perempuan itu adalah seorang gadis muda. Usianya 21 tahun. Tadi pagi ia berangkat ke pasar. Pakaiannya tidak menunjukkan sebagai orang kaya. Tetapi bersih dan rapi. Tetapi wajahnya sangat cantik sekali. Perawakannya sedang. Penampilan dan tingkah lakunya tampak lembut, begitu menarik hati, berwajah cantik, dengan rambut hitam mengkilat menambah sempurna kecantikan wajahnya. Yaitu wajah yang berkulit kuning bersemu putih serta halus, sehalus sutera layaknya. Hidungnya mancung dan indah. Mulutnya kecil dengan bibir yang memerah indah. Pipinya padat berisi. Dagunya kelimis, alis atau keningnya bersemu hitam manis ayu dengan bulu mata yang lebat dan panjang. Dan matanya, O, matanya, begitu elok-tajam, begitu terang. Bola matanya tampak hitam mengkilat jika sedang memandang orang. O, Kadiroen tidak bisa melupakan pada keindahan yang begitu menarik jiwanya. Yang mengikat jiwanya sampai sakit, menyenangkan.
Esok harinya, sedikit agak siang, Kadiroen berangkat lagi ke Desa Meloko. Dalam perjalanan ia selalu melihat bayangan perempuan yang ia cintainya. Kadiroen sangat berharap supaya ia jangan bertemu lagi dengan perempuan itu. Karena ia tidak ingin jiwanya tergoda. Ia berusaha menindas perasaan cintanya. Akan tetapi celaka, di dekat Desa Meloko, ia bertemu lagi dengan perempuan itu. Berjalan sendirian di jalan yang sepi, baru pulang dari pasar. Di punggungnya ada gendongan rangking atau kemarang yang penuh berisi. Rangking itu tampaknya amat berat. Karena perempuan itu berjalan pelan-pelan dan sebentar-sebentar berhenti untuk memulihkan tenaganya. Ia bermandi keringat.
Demi melihat itu, Kadiroen menjadi amat belas kasihan. Hatinya seraya hancur laksana air. Ia tidak ingat apa-apa lagi seraya turun dari kudanya dan berkata:
“Mbakyu, saya kasihan kepada Mbakyu. Berikanlah sebagian isi rangking itu padaku, biar agak ringan. Saya bersedia menolong membawakannya”
Perempuan itu terkejut. Wajahnya terlihat sedih, sehingga Kadiroen tambah kasihan. Dengan suara nyaring dan ringan molek menjawab:
“Terima kasih banyak Tuan. Tetapi karena rumah saya sudah dekat. Jadi saya kuat membawanya sendiri, meskipun berat.”
Kadiroen menjadi heran dan memuji keteguhan si perempuan, tidak suka ia ditolong, meskipun kelihatan sudah amat lelah. Kadiroen tidak berani memaksa menolong sebab ia belum kenal kepada perempuan itu. Dan lagi, ia merasa perbuatannya sangat aneh. Hatinya menyesal, sebab tidak berpikir dahulu. Ia merasa ia turun dari kuda bukan hanya karena perasaan sangat belas kasihan semata. Tetapi karena dorongan rasa cinta. Kadiroen toh harus bisa berpikir bahwa seorang perempuan yang pulang dari pasar tentu tidak mungkin berani menitipkan barangnya kepada seorang priyayi, Asisten Wedono. Meskipun ia seorang Asisten Wedono yang tidak suka meninggi-ninggikan derajat dan pangkatnya. Kadiroen merasa perbuatannya tidak dipikir panjang lebih dahulu. Tetapi sebaliknya, ia membetulkan perbuatannya dengan alasan, ia tidak bisa berpikir panjang ketika melihat ada seseorang yang mesti ditolong seketika itu juga. Ia tidak punya maksud lain selain hanya ingin menolong semata. Dan siapa pun orang yang mau menolong tentu tidak ingat apa pangkatnya. Kadiroen lalu ingin segera naik ke atas kuda lagi. Tetapi tertarik oleh perasaan cintanya maka ia seperti dipaksa oleh kekuatan rahasia sehingga ia pun bertanya:
“Siapa namamu Mbakyu?”
“Ardinah,Tuanku!”
Hari itu Kadiroen mendapat sedikit keterangan, mengapa penduduk Desa Meloko tidak bisa kaya sebagaimana desa-desa lain. Tetapi keterangan itu belum cukup menjadi bukti untuk menindak bagi yang bersalah. Karena itu esok paginya Kadiroen hendak kembali lagi ke Desa Meloko. Dalam perjalanan pulang lagi-lagi bayangan Ardinah terus menyusup dalam hatinya. “Ardinah, o, Ardinah," katanya dalam hati."Apakah dosa kini aku sekarang telah bertemu denganmu dua kali, lalu menjadi tergila-gila tidak bisa melupakanmu?" Setiap kali Kadiroen berusaha menindas perasaan cintanya kepada Ardinah, setiap kali itu juga justru semakin bertambah ingat Ardinah. Kadiroen menjadi sering heran mengapa jiwanya begitu tergila-gila hanya ingat pada seseorang. Sedangkan ia baru bertemu dua kali. Kadiroen merasa ia sangat menaruh rasa cinta. Dan perasaan cinta itu telah mengikat jiwanya pada Ardinah. Karena itu dalam benaknya ia berpikir untuk kawin dengan Ardinah.
Begitulah kenyataannya manusia itu. Pada suatu saat di dalam hidup manusia, ia akan kedatangan perasaan cinta. Dan setelah itu datang kehendak untuk kawin. Dua hal ini tidak mungkin disingkirkan. Karena keduanya merupakan suatu yang telah dikodratkan Tuhan Allah sebagai suatu kepastian. Ada siang ada malam, tidak mungkin bisa dilawan manusia. Kadiroen yang sudah berumur 24 tahun dan sudah sering ditanya ayah dan ibunya apakah ia telah ingin menikah, selalu menjawab: “Tidak, sebab saya tidak mau terikat dengan perempuan. Saya mau merdeka terus.” Tiba-tiba, sekarang dengan kuasanya sang kodrat, maka mau tidak mau ia sangat suka terikat dengan Ardinah. Dan ia lalu berpikir tentang perkawinan. Apakah Kadiroen tahu betul siapa itu Ardinah? Buat Kadiroen, nama itu berbunyi seperti judul gending atau lagu gamelan yang terbaik. Kadiroen berpikir, tidak peduli itu anaknya siapa. "Saya mencintainya, maka tentu akan saya kawini. Saya mencintai Ardinah, tetapi ah...." ia tidak berani meneruskan pikirannya. Ia menjadi takut. Hatinya amat sedih. Ia berdoa jangan sampai Ardinah tidak mencintainya dan tidak mau kawin dengan dirinya. Dalam hati ia menangis, "O, Ardinah. Ampunilah aku, berikan cintamu kepadaku, sebagaimana aku mau memberikan cintaku kepadamu.” Lalu timbul lagi dalam pikiran Kadiroen, bahwa ia orang baik-baik, masih muda ia sudah berpangkat tinggi. Ia masih bujang perjaka sejati. Oleh karena itu, kalau ia datang ke rumah orang tua Ardinah, pasti ia diterima sebagai menantunya. Tetapi sebaliknya ia berpikir: “Orangtuanya umpamanya memberi izin, tetapi jika Ardinah tidak mencintai saya. Oh, mau apa saya?" Orangtua bisa memaksa Ardinah, itu tidak melanggar adat. Tetapi apa perlunya saya kawin dengan orang yang dipaksa mencintai saya. Sedang ia sendiri tidak mencintainya. Dalam masalah ini, tentu sayalah yang berdosa, sebab sayalah penyebab awal sehingga orang memaksa orang lain untuk menyerahkan hidupnya seumur-umur kepada saya. Sedang ia merasa susah terus-menerus. Orang yang terpaksa seperti itu, pasti hatinya teramat susah. O, saya tidak suka membikin susah manusia. Apalagi susahnya Ardinah. Saya hanya mau kawin dengan orang yang betul-betul saya cintai. Begitupun sebaliknya, ia juga mencintai saya dengan sungguh-sungguh. Begitulah dalam hal ini sikap adil yang harus diutamakan oleh Kadiroen. Tetapi, sebentar-sebentar perasaan Kadiroen berubah-ubah. Manakala ia berpikir Ardinah juga mencintainya, ia bahagia tetapi sebaliknya ia menjadi sangat susah manakala terpikir Ardinah tidak mencintainya. Sungguh, jiwa Kadiroen sangat tergoncang, sebentar ia teramat senang, sebentar susah. Jiwanya seperti dipermainkan oleh perasaannya sendiri, antara senang dan susah. "Ardinah, Ardinah, ampunilah aku, berikan cintamu kepadaku. Saya sanggup memberikan seluruh hidup dan cintaku kepadamu." Begitulah, tiap menit ia selalu memuji-muji Ardinah. Sungguh manusia dalam situasi semacam itu, jiwanya menjadi sangat tergoncang. Dan kalau rasa cinta itu tak terpenuhi, sementara orang itu tidak kuat memikul beban itu, maka celakalah ia. Ia akan gampang menjadi gila. Itulah sebab yang menjadikan adat orang-orang Islam di tanah Jawa mengawinkan anak-anaknya pada usia masih muda sekali. Supaya pada saat perasaan cinta menjelang ia kawin. Sehingga saat cinta datang, maka kebanyakan lalu ia akan mendatangi istrinya yang sudah bersama dengannya dan juga sedang jatuh cinta. Demikian pula seorang perempuan yang berhadapan dengan lelaki. Kawin dahulu, baru mencintai. Itulah yang kemudian menjadi adat. Padahal menurut kodrat, mestinya cinta lebih dahulu, baru kawin. Adat semacam ini sepertinya melawan kodrat. Karena itu maka sering terjadi, adat berbuah kebusukan. Yaitu, sudah kawin tetapi sama-sama tidak saling mencintai. Sehingga mereka hidupnya mengalami kesusahan terus-menerus, dan akhirnya bercerai. Atau menikah lebih dari satu perempuan atau bahkan berzina. O, sungguh hal-hal yang tidak baik seperti ini sering terjadi di tanah Jawa. Kodrat tidak bisa diatur oleh adat. Demikianlah pikiran-pikiran itu menerawang dalam benak Kadiroen. Dan baru tengah malam ia bisa tidur.

Bersambung...

sampai jumpa 2 hari kedepan....(kalo tidak sibuk dengan RL 😛 )
terimakasih