HIKAYAT KADIROEN (15)

Day 3,016, 04:40 Published in Indonesia Colombia by kerikil

Ahai selamat siang kawan-kawan semua, sambil menemani malam minggu nan dingin ini tak ada salahnya membaca hikayat ditemani kopi pahit. semoga kalian masih tidak bosan membaca hikayat lawas ini.

"HIKAYAT KADIROEN"
KARYA : SEMAOEN


ceritera ini akan di update sampai tamat inshaALLAH setiap 2 hari sekali.

...maka saya akan membuka lebih jauh sejarah kehidupan di Hindia ini...

"Sekarang saya akan membuka sedikit sejarah di tanah Hindia. Terutama sejarah perikehidupan rakyat di sini. Zaman dahulu kala, sebagaimana cerita dalam buku-buku Jawa, dikatakan bahwa waktu itu Gupermen Belanda belum memerintah, sehingga semua urusan di Hindia menjadi gampang. Peraturan negeri gampang dilaksanakan. Namun, raja-raja Jawa gampang juga memeras rakyatnya sendiri. Tetapi, rakyat juga mudah menumpas raja-raja lalim itu dengan meminta tolong pada raja-raja Jawa yang lain, yaitu raja-raja yang suka menolong. Karena dengan menolong mereka lalu bisa membesarkan daerah kekuasaannya. Karena di Hindia banyak raja-raja kecil, maka dengan demikian sering terjadi peperangan, hal yang mana mudah membikin pecah belahnya tanah air kita. Di waktu Oost Indische Compagnie (O.I.C.) datang dan berusaha di Hindia, maka keadaan negeri ini sudah pecah belah sedemikian rupa dan semua manusia hanya mencari keuntungan sendiri-sendiri. O.I.C. memang sangat cerdik memanfaatkan keadaan perpecahan rakyat Hindia tersebut. O.I.C. bisa memihak sana, memusuhi sini dan selalu berbuat begitu; I.O.C. berusaha mendapatkan pengaruh besar dan bisa berhasil dengan baik. Sehingga tidak antara berapa lama Hindia jatuh ke tangan O.I.C. dan lama-kelamaan datang Gupermen Belanda. Gupermen Belanda datang ke Hindia dan lalu mulai mengatur negeri ini bersama-sama dengan pembesar-pembesar bumiputera yang ada pada waktu itu. Dan sifat pemerintahan Hindia lalu berubah-ubah.

Pada waktu itu hingga sampai sekarang tingkat kemajuan dan kepandaian datang dari penduduk bangsa Eropa, jadi termasuk bangsa Belanda juga. Kemajuan dan tingkat kepintaran itu di Hindia sangat tertinggal jauh. Sehingga membikin kalahnya negeri Hindia pada Belanda. Tetapi terbawa oleh kodrat, maka bangsa Hindia mulai maju terus dan meniru serta mengambil contoh kemajuan di negeri Belanda. Sehingga Tuan-Tuan yang berhaluan etis, seperti V. Deventer, memandang Hindia sebagai anak dan muridnya Belanda. Dan mau mendidik murid itu seperti orangtua atau guru. Di sini, dengan singkat saya akan menerangkan keadaan sejarah pemerintahan Hindia sampai waktu ini. Dari sejarah itu, kita bisa mengerti bahwa ada tiga tingkat kemajuan zaman. Yang pertama zamannya Hindia diperintah oleh bangsa Hindia sendiri; kedua, saat mulai diperintah bangsa Belanda dengan dibantu oleh raja-raja Jawa yang sudah takluk yang akhirnya diberi pangkat Kanjeng dan Regen; ketiga, zaman Hindia meniru sejumlah kepintaran, pengetahuan serta kemajuan bangsa Eropa, sehingga lalu ada yang mengumpamakan Hindia sebagai muridnya negeri Belanda.

"Sekarang harus dicari sebabnya mengapa sejarah pemerintahan Hindia bisa berubah ubah sedemikian rupa menurut hemat kami, sebabnya itu cukup banyak. Yang pertama-tama, sebab semua itu terbawa oleh cara penghidupan manusia dan usaha manusia untuk hidup di tanah air kita berhadapan dengan kehidupan bangsa-bangsa asing lainnya. Oleh karena itu, boleh kita pastikan, bahwa sistem pemerintahan akan berujud dan teratur, jika sesuai dengan keperluan manusia dalam negeri dan menurut bentuk hubungan dengan bangsa-bangsa lain atau penduduk negeri asing. Karena hal ini dipandang sebagai pokok atau asal mula urusan, maka saya akan membuka lebih jauh sejarah kehidupan di Hindia ini.

"Tadi Saya sudah menerangkan bahwa pada zaman purbakala, semua urusan menjadi gampang. Begitupun perikehidupan penduduk atau rakyat pada waktu itu karena tanah di Hindia sangat subur dan penduduknya masih sedikit. Hampir semua kehidupan penduduk dapat dipenuhi dengan mengusahakan pertanian, yaitu dengan menanam tanaman pangan. Sedangkan untuk keperluan itu, kerbau, sapi dan hewan piaraan lainnya dapat dipelihara dengan sungguh-sungguh dan piaraan itu pun bisa mendapatkan makanan atau rumput yang cukup. Begitulah, kehidupan rakyat serba mudah. Demikian juga urusan mendapatkan pakaian juga gampang, sebab saudara-saudara di rumah saja bisa menenun kain dan membatik sendiri. Jenis dan macam pekerjaan sangat sedikit. Demikian juga cara mereka bekerja tidak beraneka warna, sehingga mengatur negeri pun juga gampang.

"Tetapi, tidak semua rakyat dapat hidup dengan gampang melalui usaha pertanian. Seperti di daerah Jepara misalnya, tanahnya sering kebanjiran atau kekurangan air. Sebaliknya, di situ ada banyak pohon-pohon jati. Dan dari pohon-pohon penduduk di sana gampang membikin perabot rumah dan berbagai perhiasan yang indah-indah. Dan hasilnya bisa ditukar dengan bahan makanan di daerah-daerah lain yang banyak tanaman pangannya.

"Di pesisir laut, penduduk mudah mencari ikan lalu menukarkan penghasilannya itu dengan padi dari daerah lain di negeri ini. Begitulah, semua orang mempunyai pekerjaan sendiri-sendiri. Dan semua itu dapat berlangsung dengan gampang karena mereka bekerja sendiri-sendiri juga. Dengan pekerjaan sendiri itu, mereka dengan gampang menentukan cara serta waktu kerjanya. Hal itu menyebabkan rakyat merasa merdeka. Merasa merdeka artinya merasa hidup ayem-tentrem. Hanya karena banyak hutan yang harus dibuka dan karena hutan banyak binatang buasnya yang harus diusir dengan kekuatan, maka manusia berkumpul bersama-sama membuka hutan. Dengan berkumpul itu supaya mereka bisa kuat melawan binatang-binatang buas. Hal itulah yang menyebabkan berdirinya desa-desa. Dan supaya hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya dapat hidup rukun maka setiap desa dipimpin oleh tetua yang paling pintar dan paling kuat. Adapun orang yang terpilih disebut lurah. Di mana hutan dibuka secara bersama-sama, maka tanah yang terbuka itu, pada zaman dahulu kala, dianggap sebagai milik orang sedesa. Dan di tanah Jawa ini masih banyak aturan tentang hak milik sawah bersama-sama serupa itu. Begitulah asal mula maka rakyat hidup sendiri dan mengatur kehidupannya sendiri secara bersama-sama di masing-masing desa. Di sana ada sistem pemerintahan rakyat. Dan lurah menjadi wakil atau tetua yang terpilih. Jadi, pada waktu dahulu, kebanyakan lurah adalah orang yang terbaik. Di desa, hiduplah sistem pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat atau disebut sebagai demokratische regeeringsvorm.

"Tetapi, ada juga manusia yang mencari kekuatan dan kekuasaan untuk memerah hasil rakyat semata dengan cara yang sewenang-wenang. Karenanya rakyat ingin memiliki raja yang mau memerangi penjahat-penjahat dan dapat merukunkan manusia di seantero negeri. Pada saat itu juga, di tanah Hindia mulai didirikan kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh hulubalang-hulubalang dan balatentaranya. Raja-raja itu tidak semua baik; ada juga raja yang selalu ingin berkuasa sendiri dan berusaha melebarkan daerah kekuasaannya sehingga sering terjadi peperangan.
Bersamaan dengan zaman kerajaan dan zaman peperangan itu, maka manusia lalu bertambah juga cara usahanya untuk tetap hidup. Jenis pekerjaan pun menjadi kian bertambah. Maka dari itu, lalu ada petani, tukang kayu, tukang bikin bata merah, tukang berkelahi atau prajurit dan sebagainya. Bertambahnya jenis pekerjaan, akhirnya, menambah banyak pula macam penghasilan. Sampai di sini ramailah usaha perikehidupan rakyat, maka mulailah ada pasar atau tempat tukar-menukar penghasilan dan macam-macam barang, juga macam-macam hasil tanah. Adanya pasar juga menambah pekerjaan pula bagi manusia maka timbullah golongan saudagar.

Berikutnya lalu mulai terbuka zaman perdagangan. Mengingat sangat sulitnya melakukan tukar-menukar barang juga supaya perdagangan berjalan aman, supaya tidak banyak orang yang membegal dan sebagainya, maka memanglah perlu bahwa beberapa desa dikumpulkan menjadi satu kerajaan yang diatur serta dijaga oleh raja dengan balatentaranya, juga para priyayi dan sebagainya. Untuk keperluan itu, raja dan pegawainya mesti mendapatkan gaji sehingga rakyat lalu dikenakan pajak. Zaman dahulu, kalau adil dan rakyat merasa keberatan terhadap pajak maka mereka lalu meminta tolong pada raja lain. Oleh karena rakyat sering mengadu raja yang satu dengan yang lainnya, ditambah pula ada raja-raja yang nakal; mau melebarkan kerajaannya sendiri, supaya semakin kuat dan kaya, maka sudah barang tentu di Hindia datang zaman peperangan yang terus-menerus yang memecah tanah air kita ini.

"Pada zaman, di negeri-negeri lain seperti Arab, Tionghoa, Eropa dan sebagainya mulai menyerbu kepulauan Hindia untuk berdagang atau mencari penghidupan yang lebih baik daripada di negerinya sendiri-sendiri. Begitulah, maka Hindia lalu menjadi terbuka untuk tukar-menukar hasil dengan negeri-negeri lain. Karena berbagai hasil industri dari negeri-negeri lain yang dikirim dengan kapal itu sangat berbeda sedemikian rupa dengan hasil-hasil industri serta kerajinan di Hindia sendiri – jadi barang-barang itu dianggap aneh – maka dagangan itu bisa laku di sini sehingga perdagangan menjadi kian bertambah ramai. Tetapi semakin ramainya perdagangan dengan berbagai bangsa dan negeri-negeri lain, juga semakin menambah kerumitan untuk mengatur pemerintahan di Hindia. Karenanya Hindia harus kuat dan rukun kalau mau terus dapat mengurus pemerintahan negerinya sendiri.
Namun sebagaimana yang telah ditakdirkan Tuhan Allah, Hindia tidak begitu rukun, Hindia mulai tercerai berai sewaktu perdagangan itu mulai ramai.

Karena itu, O.I.C. bisa mudah mendapatkan kemenangan sebagaimana yang sudah saya jelaskan di muka. Begitulah, lalu bangsa Belanda dapat menghimpun kekuatan dan memerintah Hindia sepenuhnya serta membikin berbagai peraturan negeri yang sesuai dengan ramainya perdagangan dengan negeri-negeri lain; terutama Belanda mengatur bermacam hal di Hindia yang semakin menambah ramainya perdagangan dengan negeri Belanda sendiri. Sehingga, kekayaan di Hindia dengan gampang ditarik ke Eropa. Perbuatan semacam ini, waktu itu, dikatakan sudah menjadi kodrat sehingga waktu itu dianggap adil juga.

"Pada zaman itu, jenis dan macam perkerjaan serta usaha rakyat di Hindia juga semakin banyak macamnya. Mereka lalu mulai meniru kepandaian dan kemajuan bangsa Eropa.
"Tidak lama setelah Hindia diperintah bangsa Belanda, di Eropa ada perubahan besar kemajuan manusia yang juga membawa perubahan besar di seantero dunia yakni mereka bisa membikin mesin-mesin dan pabrik-pabrik. Lalu mulai berdiri pabrik kereta api, pabrik kain atau cita-cita. Pendek kata, sekarang adalah zamannya mesin dan pabrik yang digerakkan oleh tenaga air dan api alias stoom dan kemudian dengan sistem elektrik dan sebagainya.

"Keberhasilan-keberhasilan baru itu tidak saja membawa dampak perubahan yang besar di negeri Eropa, tetapi juga di Hindia. Karena kita berada di Hindia, saya akan menerangkan perubahan yang terjadi di Hindia saja. Pabrik-pabrik di Eropa dapat menghasilkan barang-barang perdagangan seperti kain, perabotan rumah, perhiasan badan dan sebagainya. Jumlah barang itu amat banyak sebab sebuah pabrik dapat bekerja dengan cepat dan bagus. Jadi, barang hasil produksi pabrik bisa sangat banyak jumlahnya serta murah. Begitulah dalam hal tukar-menukar penghasilan antara Hindia dengan barang-barang dari pabrik Eropa maka barang-barang produksi Eropa dapat mengalahkan barang-barang bikinan Hindia yang kalah baik dan kalah murah ketimbang barang hasil pabrik Eropa. Kain tenun, batik, nila Jawa dan sebagainya mulai digantikan oleh kain cap-capan, cat-cat pabrik Eropa dan sebagainya. Karena itu, berbagai pekerjaan bumiputera seperti menenun, membatik, membikin nila Jawa dan sebagainya mulai mengalami kemunduran.

"Semakin lama perdagangan bertambah ramai sehingga toko-toko dan gudang-gudang di kota bertambah banyak juga. Mundurnya beberapa jenis pekerjaan yang lama lalu diganti dengan berbagai macam pekerjaan-pekerjaan yang baru, seperti menjadi juru tulis toko, mandor, klerk, kuli dan lain-lain sebagainya.

"Adapun di Eropa orang-orangnya yang kaya terus saja mendirikan pabrik-pabrik baru. Dan begitulah sampai ada pabrik membikin peralatan pabrik. Semakin lama pabrik-pabrik ini kian bertambah banyak serta bertambah banyak pula mesin-mesin yang dihasilkan oleh pabrik. Akhirnya, di Eropa sendiri ada kesulitan lahan untuk mendirikan pabrik-pabrik baru. Sehingga, sangatlah perlu, mesin-mesin baru itu dijalankan juga di tanah Hindia. Semenjak itu, maka di Hindia lalu ada spoor atau kereta api tram, pabrik gula, pabrik beras dan sebagainya. Pabrik-pabrik di Hindia ini bisa menyewa tanah atau membeli hasil bumi buat diolah di pabrik. Karena itu, pekerjaan para petani lalu juga terdesak. Hal itu jelas mengurangi produksi padi atau beras. Kalau dibandingkan dengan pertambahan penduduk produksi itu tidak mampu lagi mengimbangi keperluan hidup rakyat di Hindia.

Bersambung....

(kamu orang harus tunggu dengan hati ikhlas dan sabar, karena saya tidak bisa konsisten menerbitkan ini cerbung hikayat kadirun 2 hari sekali...)

Sampai jumpa di episode berikutnya..