fakta dibalik konferensi meja bundar
agung_perwira
MUNGKIN tidak banyak yang tahu, jika ada perjanjian terselubung di balik Konferensi Meja Bundar (KM😎
. Siapa sangka, di balik peristiwa sejarah yang disebut-sebut menjadi tonggak pengakuan kedaulatan Republik Indonesia itu, tersembunyi perjanjian pembayaran utang-utang penjajah kolonial Belanda.
Fakta mencengangkan dari perjanjian yang digelar di Den Haag Belanda, 23 Agustus 1949, itu diceritakan Pengamat Ekonomi, Revrison Baswir, saat mengisi sebuah seminar di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Hal itu tak urung membuat peserta seminar yang umumnya mengaku tidak mengetahui fakta tersebut tercengang.
Menurut Revrison, untuk mengakui kedaulatan Republik Indonesia, pemerintah Belanda mengajukan beberapa persyaratan. Salah satunya, Indonesia harus mau mewarisi utang-utang yang dibuat Hindia Belanda, sebesar 4 miliar dolar AS. Indonesia yang saat itu diwakili Mochamad Hatta, menyetujui syarat tersebut.
"Sebelumnya, Hatta telah mendapat lampu hijau dari Soekarno untuk menyetujuinya. Indonesia menyetujui syarat tersebut untuk mendapat pengakuan kedaulatan. Namun, rencananya, Indonesia tidak akan membayar utang tersebut dan tetap membiarkannya menjadi tanggungan pemerintah Hindia Belanda," tutur Revrison.
Indonesia pun menjalankan rencana tersebut. Pada kurun waktu 1949-1965, Indonesia tidak membayar utang tersebut. Akibatnya, munculah Agresi Militer Belanda I dan II. Setelah berkali-kali mengalami kegagalan, akhirnya Belanda pun menyerah untuk memaksakan kehendaknya agar Indonesia membayar utang tersebut.
Namun, lanjut Revrison, Belanda tidak berhenti sampai di situ. Mereka mulai menyusun rencana lain, dengan cara lebih halus, antara lain dengan pembentukan Intergovernmental Group on Indonesia (IGGI). Dari sejarah, diketahui jika kelompok yang diketuai Belanda itu didirikan untuk membantu pembangunan Indonesia.
"Ternyata, di balik pendirian IGGI pun ada udang di balik batu. Logikanya sederhana. IGGI dibentuk, Belanda ketuanya, dengan syarat Indonesia harus mau membayar utang peninggalan Hindia Belanda. Akhirnya, pada 1967-1968, pemerintah kita yang saat itu dikepalai Soeharto, melakukan reschedulling pembayaran utang tersebut," ujarnya.
Ujungnya, lanjut Revrison, pada 1968 disepakati jika utang Hindia Belanda akan dicicil Indonesia dalam tempo 35 tahun. "Utang tersebut baru lunas pada 2003. Sekarang, utang Indonesia di luar utang Hindia Belanda bersisa 66,8 miliar dolar AS. Dengan utang sebesar ini, mau lunasnya kapan?" katanya.
Namun, terlepas dari utang yang saat ini dimiliki Indonesia, menurut Revrison, Indonesia telah lama dibohongi melalui penggelapan sejarah. Hampir setiap buku pelajaran sejarah di Indonesia, tidak ada yang mencantumkan perihal perjanjian pembayaran utang tersebut.
Comments
hmm mas agung.. ini terjadi di E republik atau di real indonesia??
ini srius??kok dmedia cetak ato elektronik indonesia ga rame yah??ada link bwt ke media internetnya??seperti detik.com ato liputan6.com...
oo ini linknya
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/032007/12/99apasiapa.htm
Tolong di beri tag [Non-EI] untuk berita yg tidak berhubungan dengan EI
damn...
dak...sabar yah dak...
ini non- EI..
buat tambahan wawasan aja...
jadi pada tahu setiap bangun pagi lu udah menanggung utang negara...
benar kata Bung karno; JASMERAH,Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.
selain itu perlu juga langkah tegas dan berani oleh bangsa/negara ini untuk segera keluar dari masalah yang saat ini dialami juga yang terkait masa lalu...
sepertinya ada beberapa fakta yang gak jelas, IGGI dibentuk untuk membantu negara-negara berkembang termasuk Indonesia, kemudian gagal dibentuk CGI. yang jelas hutang Indonesia dari bantuan tersebut...tetapi jika benar ada hutang sebesar 4 miliar dolar AS sisa 66,8 miliar dolar AS berarti para pejabat terdahulu tidak tenang di kuburan karena hutang...
Ada-ada saja, kita terjajah harus membayar hutang ke Penjajah????
Mohon maaf sedikit koreksi, yang terjadi bukan lah agresi militer 1 dan 2, pada tahun 1965 Presiden Soekarno melahirkan undang undang nomor 16 tahun 1965 tentang pemutusan dan penutupan penanaman modal asing di Indonesia. Tentunya IMF tdk senang atas hal ini dan di penghujung tahun 1965 yang terjadi adalah peristiwa G30S yang ditutup dengan turunnya Soekarno dibawah supersemar. Mari kita lihat apa yang terjadi pada rezim Soeharto? pembukaan modal asing sebesar-besarnya