cerbung "RAHASIA ANGSA HITAM" bagian 19

Day 1,782, 11:52 Published in Indonesia Indonesia by zbarata


yuk di lanjut ceritanya...
VCS and Donate nya ditunggu sesukarelanya ya 😃
... abis - abisan nih, kembali kismin se kismin - kisminnya...


[img][/img]

BAGIAN 19

RAHASIA ANGSA HITAM
by Azil Sumabrata aka zbarata


==============================

THE CHASE…

“Jadi kita harus bagaimana Zuk…?”
Tanya Intan tak lama Setelah Inge keluar dari restoran.
Terus terang aku tidak siap memberikan solusi mengenai keadaan yang teah terjadi, aku sendiri masih bingung harus berbuat apa.
“… terus terang intan saya buntu nih…”

Tiba – tiba terdengar musik klasik karya Strauss…

“buntunya bukan karena abis lihat Inge khan…”
sambar Intan tertawa tertahan sambil tangannya segera mengambil IPhone nya diatas meja
Ada perasaan aneh menjalar dalam diri Intan setelah berbicara tadi, seperti ada perasaan tidak terima…
“Pak Amir…” Intan memberitahuku siapa yang menelepon.

Terdengar suara pak Amir, setelah berbicara sebentar, Intan menyerahkan IPhone kepada ku dan dengan isyarat kepala memintaku untuk menceritakan apa yang terjadi. Akupun menerima I Phonenya dan mulai menceritakan apa yang terjadi.

Tidak terdengar suara apapun dari pak Amir, sepertinya dia menyimak dengan sangat serius,

Setelah aku selesai bercerita, masih tidak terdengar suara jawaban dari pak Amir, malah terdengar sepertinya dia berbicara dengan orang lain…

“Pak Amir… bapak dengar saya khan…”
aku ingin memastikan beliau medengar seluruh ceritaku

“ya Zuk, saya denger, tapi sebentar, tunggu sebentar ya… jangan di matikan HP nya…”
jawab pak Amir sepertinya sedang tetap berbicara dengan orang lain…

terus terang aku bingung digantung seperti ini, apalagi Intan terus menatapku tajam meminta hasil pembicaraan ku dengan Pak Amir.

Setelah cukup lama di gantung, akhirnya terdengar jawaban. Tapi… sepertinya bukan suara pak Amir.
“Hallo, ini Kolonel Reizal, dengan siapa saya bicara…” terdengar suara tegas ala militer.
“oh… dengan Marzuki pak…” kaget aku mendengar nya ,

“Baik Marzuki, saya putra Bapak Amir, ikuti perintah saya, SEGERA KELUAR DARI DARI SITU… anda mendengar saya…?” Terdengar perintah ala militer
“eh… baik pak, tapi kami harus kemana…?” jawab ku kaget mendengar perintah ala milter ini.

“segera menuju tempat ‘tukar tempat’ kemarin…SEKARANG” lanjutnya menjawab pertanyaan ku…
Dan hubungan HP pun terputus.
tempat ‘tukar tempat’ kemarin…?, terus terang aku bingung dengan perintah itu… ada apa ya kemarin? Aku memejamkan mata menguras daya ingat ku akan kejadian kemarin…

“bagaimana Zuk, apa kata pak Amir..?
Intan mendesak ku, meminta hasil pembicaraan ku dengan pak Amir.
Aku menceritakan pembicaraan dengan kolonel Reizal kepada Intan, Intan terlihat hanya bengong. Tapi terlihat dari wajahnya muncul rasa takut.

“jadi kita harus kemana sekarang Zuk…?”
tanya Intan, terdengar suaranya bergetar takut…
“Tenang Tan,…sebentar…”
aku terus coba berpikir keras mengenai kejadian kemarin, dan….

“Tempat tukar tempat itu… jalan… oh ya Tulodong atas 1…!!!”
hampir terlompat aku mendapat jawaban nya…

segera aku membisikan kemana kita harus bergerak kepada Intan, dan dia mengangguk mengerti sambil terus menatapku…

dengan cepat aku merengkuh tangan Intan dan mengajaknya segera menuju tempat taksiku terparkir.

Sekilas aku melihat Intan memberikan tanda ke Mariana untuk memasukan tagihan kopiku ke dalam rekeningnya…
Saat menuju lobby, tiba – tiba aku melihat sebuah kendaraan yang sangat aku kenal…
ya Tuhan…
AVANZA HITAM ITU !!…
berhenti tepat didepan lobby dan dari dalamnya turun 2 orang yang… ya yang aku lihat saat dia berlari mengejar mobilnya Intan dan juga di “benteng” tadi.

“gawat…!!!”
Aku segera ,membisikkan sesuatu ke Intan untuk berjalan dengan menunduk. Intan memandangku dengan penuh tanda tanya, tapi dia tetap mengikuti perintah ku untuk berjalan menunduk.

Aku melepas gandenganku dengan Intan dan membiarkan Intan berjalan di tepat dibelakangku.

Salah seorang dari Avanza Hitam itu segera berlari menuju Receptionist sehingga tidak memperhatikan ku dan Intan.
“selamet..selamet…” aku membatin dalam hati.

Yang seorang lagi berjalan santai, dan akhir dia tepat berada di disampingku. Dan dia melihatku sambil menyeringai, mungkin dia beranggapan lucu supir taksi berkeliaran di Lobby apartemen mewah.

Intan tetap berjalan menunduk dan bergerak cepat ke samping kiri ku saat orang itu tepat berada di sebelah kanan ku… terus terang aku merasa deg – degan dengan kondisi saat ini.

Setelah aku melewati orang tersebut dan Intan tepat berada di sisi kiri depan ku. Ku lihat dari sudat mataku orang itu berhenti dan seperti berpikir…

Tiba – tiba….

“Itu Intan khan…??!!!”
Teriaknya ke arah temannya di Receptionist sambil menunjuk ke Arah Intan.

Segera aku renggut tangan Intan dan menariknya berlari menuju tempat parkir.
Kulihat temannya yang di dalam mobil membuka pintu untuk keluar dari dalam mobil mencoba menghalangi aku dan Intan.
Secara reflek aku meloncat dan menendang pintu Avanza Hitam itu sehingga si teman orang itu terbanting masuk kembali ke dalam mobil.

Suara keras tendangan ku menghantam pintu mobil cukup membuat perhatian para Security di Area Parkir.
Seorang Security yang berada tak jauh dari ku mencoba menghalangi lari ku, hampir aku melompat menendang nya, tapi terdengar teriakan Intan…
“mereka mengejar kami…”

Security tersebut langsung mengurungkan niatnya menghalangi lari kami, rupanya dia mengenal Intan sebagai Tenant di Apartemen Casablanca dan berbalik mencoba menghalangi para pengejar kami.

Sampai di taksi dan Intan duduk di sebelahku, aku langsung memundurkan taksi ku dengan kecepatan tinggi dan langsung menjejak gas sedalam – dalamnya, ku lihat para pengejarku berputar dan berlari kembali menuju Avanza Hitamnya.

Untung, petugas pintu pemeriksaan membantu kami untuk segera keluar dari Apartemen tersebut sehingga saat aku melewati pos pemeriksaan, portal pemeriksaan sudah terangkat, jadi dengan mudah aku keluar dari kompleks apartemen itu.

Keluar dari apartemen aku langsung berputar balik, terdengar decit suara ban ku di paksa berbelok dengan kecepatan tinggi.
Sekilas ku lihat Avanza Hitam itu menghantam portal pemeriksaan yang sudah diturunkan oleh petugas pemeriksaan dan terus mengejar ku.

Aku terus menjejakkan kakiku di pedal gas hingga mentok dan berharap bisa lari dari kejaran mereka. Saat ini tujuan ku Cuma satu… LOLOS

Aku lihat Intan duduk meringkuk di samping ku, rupanya kejadian tadi membuat nya stress, terlihat dia menahan tangis.

“Intan… telpon Pak Amir… pake speaker ya…”
Tanpa memandang Intan aku memintanya untuk menghubungi pak Amir, mataku tak lepas dari jalan di depan dan kaca spion… terlihat Avanza Hitam itu masih terus mengejar walaupun terlhat bemper yang hancur karena menabrak portal penjagaan …
untung taksi ku ini dalam kondisi fit, sehingga bisa membuat jarak yang lumayan jauh dengan para pengejarku…

Intan segera mengambil IPhone dari sakunya dan mendial nomornya pak Amir, tak lama kemudian terdengar suara… bukan suara pak Amir tapi Kolonel Reizal.

“ya… ada apa Zuk…?” terdengar suara tegas ala militernya Kolonel Reizal.

Ku lihat Intan sempat menunjukan raut muka bingung dan kaget mendengar suara yang tidak dia kenal, tapi kemudian terlihat dia sedikit tenang melihat aku sepertinya sudah mengenal suara itu…

“anaknya pak Amir…” bisikku memberitahu Intan…

“begini pak ada masalah… “
dan aku pun menceritakan kejadian yang baru saja kami alami…
selesai aku bercerita dnegan disana – sini ditambahkan oleh Intan… de ja vu… kembali hening, tidak terdengar jawaban dari Kol. Reizal…

BOOOMMM… tiba – tiba taksi ku oleng di hantam dari belakang, intan sempat terdorong ke depan, untung dia memakai sabuk pengaman sehingga tidak terpelanting kedepan…

Rupanya karena aku asyik bercerita, tanpa ku sadari aku mengurangi kecepatan sehingga Avanza Hitam tersebut sekarang tepat berada di belakangku.
Sekali lagi ku injak sekuat tenaga padal gas sehingga mentok… terdengar raungan mesin taksi ku yang melejit cepat meninggalkan Avanza Hitam yang terlihat kesulitan bergerak setelah bemper depannya hampir lepas dan menghambat laju mobil nya.

“apa itu Zuk…!!!” terdengar suara Kol. Reizal kaget.
“mee..reeekaaa. menabrak kiitaa..” Intan menjawab penuh ketakutan dan panik.
“Tenang mbak Intan… calm your self…, Marzuki, Change Plan segera menuju sentul… nanti saya hubungi lagi…”
“mbak, can you give me a favour? Saya minta anda foto Marzuki dan anda seluruh tubuh, kami butuh informasi anda memakai baju apa…, juga foto kendaraan yang mengejar anda… saya tunggu satu menit!”
Kol. Reizal memberi perintah seperti layaknya seorang komandan.

Belum sempat Intan menjawab kembali hubungan telepon diputus…

Intan menatapku, tapi aku tidak sempat membalas tatapannya, aku terlalu sibuk mencoba ’melarikan diri’ dari Avanza terkutuk itu.

Sekilas ku lihat Intan memfoto ku dan memfoto dirinya dan mengirimkannya ke Kol. Reizal, kemudian menengok ke belakang untuk memfoto mobil pengejar kami.

Terlihat pengejar kami sedikit kerepotan dengan bemper depan yang menjulur kejalan, ternyata bempernya belum lepas seluruhnya dan benar – benar menghambat kecepatannya. Terlihat dia sedikit mengurangi kecepatannya.

Melihat hal itu, aku tidak ingin menyia – nyiakan kesempatan untuk ‘lari’ sejauh – jauhya darinya.

“Juk… cepat dia masih mengejar kita…!!” intan setengah berteriak memberitahu ku.
Aku segera melihat kaca spion ku, dan kulihat bempernya sudah terlepas

Menjelang underpass kuningan, aku dihadapkan pilihan
Lurus ke Casablanca karena memang aku sudah berada dijalur kanan tapi dengan resiko akan tertahan macet di depan Mall Ambasador
Atau aku nekat memotong masuk jalur ke arah HR. Rasuna Said.

“What the Hell..” maki ku, aku segera membanting stir ke kiri, bersiap dengan resiko dihantam kendaraan di jalur kiri.
aku segera memotong dari jalur kanan ke kiri untuk mengambil jalur ke jalan HR Rasuna Said, terdengar decitan rem kendaraan – kendaraan di jalur kiri, ditambah decitan dan raungan mesin ku dipaksa kerja keras membantu tuannya melarikan diri…

Tindakan ku cukup membuat avanza itu kesulitan karena dia sudah mengambil jalur kanan,

Untungnya aku berhasil lewat tanpa tertabrak kendaraan lain, tapi juga membuat ku dimaki – maki oleh beberapa mobil dan pengendara motor.

“dia hilang… zuk… dia hilang…” teriak Intan… sedikit terdengar perasaan lega Intan melihat sipengejar sudah tidak terlihat lagi. Akupun menarik nafas lega…

Tapi perasaan lega itu tidak berlangsung lama ketika 2 buah Harley Polisi mendekatiku dan memerintahkan ku untuk menepi dan berhenti

Malang rupanya, tindakan ku memotong jalur dekat under pass Casablanca itu menarik perhatian petugas polisi di dekat situ, dan sepertinya dia menghubungi rekannya.

Didekat Hotel Melia aku menepi dan polisi tersebut memarkirkan mogenya di depan dan belakang taksiku, kulihat polisi yang parkir di depanku mendatangi ku

“selamat sore pak, bisa surat – surat…”
sapa si polisi yang kulihat di name badge nya bernama Hendra.
“oh iya pak…”, kata ku sambil menyerahkan surat – surat ku.
“Bapak tahu kesalahan Bapak?” lanjutnya sambil memeriksa surat – surat.

“zuki… dia…” Intan menyentuh tanganku sambil menunjuk kebelakang, segera aku menengok ke belakang dan kulihat Avanza Hitam itu sudah berada dekat dan berjalan perlahan – lahan…

Ketika Avanza tersebut berada tepat di sisi ku terlihat seseorang mengeluarkan sesuatu ke kaca…
“Ya Tuhan, Pistol…” aku segera dengan reflek berbalik ke kiri dan merangkul Intan dan menunduk…

DEEP…DEEEP…” terdengan suara aneh dan aku melihat polisi Hendra terkulai bertumpu ke pintu ku. Surat – surat ku bertebaran di lantai taksi ku dan peluru melesat diatas kepala kami dan bersarang di samping pilar B kiri taksiku.
Aku bangun dan melihat Avanza hitam itu berhenti didepan moge polisi, aku menengok kebelakang berharap bantuan dari rekannya Polisi Hendra…
“Ya Tuhan…” kulihat polisi di belakang pun sudah terkapar di samping motornya.

“Zuki… dia datang….” Teriak Intan ketakutan
Kulihat dua orang keluar dari Avanza berjalan tenang ke arah taksi ku, sepertinya mereka yakin tembakan mereka sudah mengenai kami berdua atau mungkin untuk menghindar kehebohan di situ… sekilas kulihat Baretta dengan Silencer di tangan mereka.

DEEP…DEEP.. terdengan suara itu lagi, kali ini kaca depanku dan sandaran kursi ditembus dua peluru dan bersarang di jok belakang.

Segera menyalakan mesin taksi dan memasukan gigi mundur untuk mundur dengan kecepatan tinggi. Sulit melakukan hal ini dalam keadaan menunduk.

Intan terduduk dilantai dengan menutup mukanya, sedangkan aku sibuk mengendalikan kemudi tanpa dapat bangun.
GRAAAKK…
terdengar sura benturan taksiku dengan moge di belakang, segera aku banting stir ke kanan dan memindahkan gigi maju, ku injak pedal dalam – dalam, dan meluruskannya,
terdengar lagi
BRUUK…
rupanya taksiku menabrak pembatas di kanan jalan segera aku banting kiri lagi dan pelan – pelan aku bangun untuk menstabilkan mobil.

Aku berhasil kembali ke jalur, aku segera bangun dan kupaksa mesin taksi, sekilas kulihat para pengejarku berlarian kembali ke mobilnya.

Intan masih terduduk di lantai mobil, dia memandangi aku dengan matanya yang berlinangan air mata, pandangan nya seperti berkata “tolong selamatkan ku…”.

Menyetir seperti orang kehilangan kewarasan aku berbelok masuk ke Kompleks Patra di samping Hotel Melia tanpa mengurangi kecepatan, kembali suara ban taksiku berdecit keras menyerut aspal panas. Avanza Hitam itu muncul dan terus berusaha mengejar kami…

Aku melihat Intan yang masih terus memandangi ku dengan mata yang berlinangan air mata… walaupun sulit , aku berusaha tersenyum mencoba menenangkannya, terus terang aku sendiri sudah tidak terlalu yakin bisa selamat mengingat ternyata mereka bersenjata api…

Tangan ku segera meraih IPhone Intan yang berada di tempat duduk dan memencet tombol redial, besar harapan ku kol Reizal dapat memberikan solusi.

“ya Marzuki… “ terdengan suara Kol. Reizal,
Aku segera menceritakan kejadian yang baru saja terjadi. Karena menggunakan Speaker mode, Intan juga dapat mendengarkan semua pembicaraan antara Aku dengan Kol. Reizal.

“jadi kami harus bagaimana pak… mereka bersenjata dan sudah ada korban…” tanyaku meminta jalan keluar.
Kamu dan Intan bagaimana…?” tanya Kol. Reizal
“”Alhamdulillah pak, kami baik – baik saja… tapi Intan seperti shock berat…” jawabku sambil kembali melirik Intan.
“baik, tetap lanjut ke tujuan semula, tapi Marzuki, kali ini saluran ini tidak boleh terputus, aktifkan terus ok?!” jawab Kol. Reizal tegas…
“Baik Pak…” aku segera meletakan IPhone itu dekat Argometer agar lebih mudah terpantau.

Kejar – kejaran terus berlanjut, pengejar kami benar – benar sepertinya ingin menuntaskan pekerjaannya. Terus terang aku diuntungkan dengan bentuk mobilku yang nota bene sedan sehingga lebih mudah dikendalikan dan stabil dibandingkan mereka, para pengejar ku.

Akhirnya aku mulai masuk ke dalam Tol Jagorawi, AvanzaHitam sepertinya mulai tertinggal lumayan berjarak. Aku tetap menekan gas dalam – dalam dan dengan nekat melakukan zig zag menghindari kendaraan – kendaran di Tol Jagorawi ini. aku harus buat jarak semakin jauh, tapi rupanya si Avanza Hitam itupun melakukan hal yang sama.

Akhirnya didepanku tampak gerbang tol Cibubur yang seperti biasa banyak kendaraan yang mengantri…

“Mati aku…” aku pun melambatkan taksi ku, kulihat Avanza Hitam itu mengambil 4 jalur berbeda dikiri kami dengan kami, asumsi ku dia akan berusaha memotong karena sepertinya antrian di jalur dia lebih pendek dari pada jalur kami.
Sepertinya mereka tidak berusaha ‘menghabisi’ kami disini mengingat ramainya area pintu Tol Cibubur ini. “Terima Kasih Tuhan…” aku bergumam sendiri sambil terus memperhatikan Avanza Hitam itu…
“Ada apa Zuk..” tanya Intan, suaranya bergetar, aku hanya tersenyum getir…
Sedikit kekhawatiran ku muncul ketika sebuah bis tentara menghalangi pandangan ku ke Avanza Hitam itu, dan saya yakin mereka para pengejarku juga akan merasakan hal yang sama.

Tiba – tiba pintu bis depan dan belakang terbuka dan kulihat se-seorang berperawakan tegap berdiri di tangga pintu…
Dan dari pintu belakang bis muncul tiga orang, 2 laki – laki dan 1 perempuan yang… haaah… berpakaian mirip aku dan Intan.

Mereka mengendap ke sampingku dan mengetok pintu. Dia memberikan kode agar aku membuka pintu…
Intan tambah ketakutan, akupun demikian pada awalnya, sampai aku melihat pak Amir di belakang orang yang berperawakan tegap tadi melambaikan tangan sambil tersenyum.

“tenang Intan… mereka orangnya pak Amir…” kataku sambil memegang tangan Intan.

Kubuka Pintu dan orang yang berpakaian mirip Seperti ku menarik tangan ku keluar, karena aku memegang tangan Intan maka Intanpun ikut tertarik keluar.

Mengendap – ngendap aku dan Intan menuju Bis yang berjalan berdampingan dengan taksi ku dan mencoba menggapai pegangan di pintu bis itu.
Tangan ku disambut oleh si “tegap”, kulihat wajahnya, dia tersenyum sambil berkata
“Reizal…”

Dan dia pun menarikku dan Intan ke dalam bis dengan memberi tanda untuk tetap menunduk.
Sekilas ku lihat ke 3 orang tadi menggantikan posisiku dimana yang perempuan di posisi Intan dan yang satu lagi menjadi “diriku” sedangkan yang satu lagi berbaring di jok belakang yang kulihat sepertinya memegang senjata.

“M 16…” gumamku. Reizal berbalik melihat ku sambil tersenyum
“semoga mereka tidak tahu ya…” kataku kepada Kol. Reizal.
Kol. Reizal menepuk bahuku agar tetap menunduk
“tenang Zuk, Kapten Grenard dan Letnan Luna dan letnan Hopesa mereka ahlinya menyamar..”

Antrian terus berjalan, aku mencoba mengintip, dan aku melihat taksi ku sudah keluar dari pintu tol dan segera melaju kearah Bogor. Tidak lama kemudian kulihat Avanza hitam itu pun keluar dari pintu Tol dan terlihat mengejar taksi ku.

Aku menarik nafas lega, dan kulihat Intan duduk meringkuk disalah satu kursi, tubuhnya di selimuti oleh jaket militer. Intan pun melihatku dan dia tersenyum, terlihat senyum lega mengembang di bibirnya.

Bis militer itu pun akhirnya melaju di Tol Jagorawi,

Di pintu keluar Sentul, bis pun berbelok keluar jalur tol dan bejalan menuju daerah Hambalang.

Terlihat Intan seperti kebingungan, kembali dia menatapku, aku mendatanginya dan duduk di samping nya sambil merangkulkan tanganku dipundaknya untuk menenangkannya. Intan pun menyandarkan kepalanya ke dadaku dengan badan yang semakin merapat ke diriku.

Tidak lama kemudian Bis pun masuk kedalam sebuah area, yang terlihat seperti Area Militer.

Aku baru teringat area militer Hambalang yang belum lama ini diresmikan Presiden, tapi aku tidak menyangka sedemikian luasnya.

============================================================================
Jika ada yang merasa nama Chart nya digunakan dalam Cerbung ini adalah kesengajaan sebagai apresiasi terhadap mereka yang setia membaca cerbung ini ....
+++++++++++++++++++++++++++++++++

buat anggota Independent harap dapat mengisi form di bawah ini:
http://goo.gl/QydC1

dan ikuti INDEPENDENT ARTIKEL CONTEST dan REFERRAL QUEST
http://www.erepublik.com/en/article/independent-contest-2131668/1/20

JOIN US...


[img][/img]

==========================================================================

TANPA MELIHAT PERBEDAAN
HANYA SATU TUJUAN...
...............................
BERJUANG BERSAMA
MENUJU KEJAYAAN NUSANTARA...!!!

zbarata
http://www.erepublik.com/en/citizen/profile/6226402