cerbung "RAHASIA ANGSA HITAM" bagian 20 (The end)

Day 1,783, 23:41 Published in Indonesia Indonesia by zbarata

[img][/img]

Akhirnya cerbung ini berakhir
maaf jika dipost lebih panjang
mohon masukan baik dari cerita maupun penulisan atau apapun...
selamat menikmati...


[img][/img]

BAGIAN 20 (tamat)

RAHASIA ANGSA HITAM
by Azil Sumabrata aka zbarata


==============================

SAFE HOUSE

Akhirnya bis berhenti di dekat sebuah bangunan yang sepertinya merupakan Markas Besar.

kulihat Kol. Reizal memberi tanda meminta kami untuk turun. Kugandeng Intan berjalan menuruni tangga bis dan memasuki bangunan tersebut. Kulihat pak Amir sudah berjalan didepan kami. Sepertinya dia sudah akrab dengan lingkungan di kompleks militer ini.

Sesampainya di lobby Intan diminta oleh Kol. Reizal mengikuti seorang perwira wanita yang telah menunggu di situ, sedangkan aku diminta mengikuti Kol. Reizal naik ke lantai 2.

Dilantai 2, aku diminta menunggu di dalam sebuah ruangan tunggu
Perabotan dalam ruangan itu hanya terisi 5 buah kursi, 2 buah sofa panjang, satu meja besar dan sebuah TV serta jendela besar yang menghadap lapangan dibelakang gedung.

Pak Amir rupanya juga ada diruangan itu. Dia duduk sambil memainkan remote. Sepertinya dia mencari saluran berita.

Dia berpaling menatapku saat aku masuk ke dalam ruangan dan tersenyum
“tenang dik Marzuki… semua dalam kontrol…” sapanya menenangkanku, mungkin karena dia melihat ku seperti orang kebingungan.

Aku pun tersenyum walaupun sedikit dipaksakan karena aku benar – benar bingung, akhirnya aku mengambil tempat duduk disamping pak Amir.
“pak… sebenarnya kita ini dimana ya…?”
walau aku sudah tahu ada di sekitaran Hambalang, tetap aku ingin tahu kepastiannya.

“saya tahu ini di Hambalang tapi dimana tepatnya ya pak…”
lanjutku meminta penjelasan lebih mendalam dari pak Amir.

“kita nonton berita dulu ya dik…” segitu saja jawaban pak Amir.

Tiba – tiba pintu ruangan terbuka, dan Voila… Intan masuk dengan memakai baju militer. Rupanya dia diminta mengganti bajunya dan membersihkan diri. Intan terlihat segar dan dimataku Intan terlihat manis dan cantik.

Intan tersenyum manis, dan diapun mengambil kursi tepat disebelahku, dia menggeser kursi kearah ku sehingga kursi kami berdekatan. Tangannya menggandeng tangan ku.

“wah.. udah seger Non Intan…, kita nonton berita dulu ya…” sambut pak Amir melihat Intan. Intan mengangguk…

===========
“BREAKING NEWS…
Tadi siang sekitar jam 14.30 telah terjadi usaha pemboman sebuah apartemen mewah di bilangan casablanca Jakarta, usaha ini digagalkan oleh para security apartemen. Sayang nya mereka berhasil melarikan diri.
Pengejaran pun dilakukan dan terjadi baku tembak yang mengakibatkan tewasnya 2 polisi Briptu Hendra dan Briptu Suhendar saat mereka melakukan pengejaran.
Terlihat mereka menuju tol jagorawi dan pengejaran pun masih dilakukan…
Kepala Humas Polri ketika di konfirmasi mengenai kejadian ini mengatakan…..”

============

Aku dan Intan saling bertatapan bingung… terdengar suara tertawa Kol. Reizal, rupanya dia masuk kedalam ruangan saat kami asyik menyimak berita TV tadi…

“Kok bisa pak…???” tanyaku ke Kol. Reizal sambil menunjuk kearah TV.
“Itu permainan intel Zuk… tidak semua informasi lapangan dapat di konsumsi umum…” jawabnya sambil terus tertawa, dia berjalan dan mengambil kursi di sebelah pak Amir.

“False Flag …” aku bergumam lirih.

“Zuk, kamu dan Intan sekarang berada di Markas Besar Contra Terorist yang di biayai dan dukung oleh 5 negara besar, Anak bapak ini, Kol. Reizal, adalah Perwira BIN yang ditempatkan di Marinir. Dia juga perwira penghubung antara BIN, CIA dan MI6…”
Pak Amir akhirnya menjawab pertanyaan ku sambil menepuk – nepuk pundak Kol. Reizal menunjukan kebanggaannya.

“ah Bapak…” terlihat lucu muka Kol. Reizal mendapat tepukan bangga dari ayahnya.
“Bapakku ini juga agen lapangan BIN juga lho… Cuma udah pensiun, tapi pemikirannya masih kita butuhkan disini…” Kol. Reizal menjelaskan ke kami menutup rasa malunya di puji – puji ayahnya.

Akhirnya terjawab sudah pertanyaan yang selama ini berkecamuk di otakku… mengapa pak Amir bisa sedemikian tenang saat kejadian di kantor Intan tempo hari.

Aku melihat Intan, terlihat lucu muka Intan mulutnya terbuka bengong, rupanya dia pun baru mengetahui bahwa supir kesayangan papanya dan juga supir pribadinya adalah seorang agen rahasia.

“pak Amir… tahu kabar papa…?” tanya Intan, sepertinya dia ingin kepastian mengenai nasib papanya.

Senyum Pak Amir dan Kol. Reizal tiba – tiba menghilang, mereka saling berpandangan cukup lama.

“jadi… bagaimana dengan papa? Dia ada disini juga khan…?” tambah Intan sambil memandang pintu berharap pak Widagdo masuk ke dalam ruangan.

“Maaf Mbak Intan, hingga sekarang kami belum dapat menemukan keberadaan pak Widagdo…”
Kol. Reizal menjawab, sepertinya penuh dengan penyesalan.
“Bapak (Widagdo) terlalu ahli untuk bersembunyi… dia salah satu agen lapangan terbaik BIN …”
Tambah Pak Amir sambil menatap Intan dalam – dalam…

Mendengar itu Intan tertunduk sedih, walaupun dia tidak terlalu dekat dengan papanya dan sudah sangat lama tidak berjumpa fisik, dimana komunikasi dilakukan hanya melalui Telepon dan SMS, tapi ke khawatiran akan nasib pak Widagdo tetap muncul, bagaimana pun juga Pak Widagdo adalah ayahnya...

Melihat itu aku mengencangkan genggaman tangan ku untuk menenangkan nya.

Tok..tok..tok… terdengar pintu diketuk “Masuk…” Kol. Reizal menjawab ketukan itu.
Dari balik pintu muncul seorang Perwira wanita berpangkat Mayor membawa Tas Hitam.

“itu kan tas hitam yang…” aku setengah berteriak.
Mendengarku berteriak Intan mengangkat wajahnya dan melihat tas hitam yang dibawa oleh Perwira Wanita tadi…

“Kok… bagaimana bisa ada di sini…??” Intan pun ikut berteriak.

Kol reizal mengambil tas hitam itu dan membalas hormat dari si perwira Wanita tadi yang segera keluar dari dalam ruangan.

“bagaiman tas ini bisa ada disini…?” tanya Intan lagi menuntut penjelasan dari Kol. Reizal.

“maaf Mbak, kami menyelinap masuk ke Unit Apartemen Mbak…” penjelasan dari Kol.Reizal yang benar – benar singkat.

Sepertinya Intan tidak terima unit apartemennya di geledah seperti itu. Aku segera memeluk pundaknya untuk menenangkannya.
“Udah… yang penting benda itu sudah ditangan yang benar… dan kita selamat” bisikku ke telinga Intan.
Intan menatapku tajam, dan akhirnya dia tersenyum mengangguk.

“hei… ada berita lanjutannya nih…” kata Pak Amir sambil menunjuk TV memecah ketegangan antara Intan dan Kol. Reizal.
“ok, saya izin untuk menganalisa koper hitam dan isinya, Marzuki, Mbak Intan santai aja ya…” Kol. Reizal pamit dan segera berjalan keluar ruangan.

Aku dan Intan tersenyum ke arah Kol Reizal dan kembali melihat TV…

===========
BREAKING NEWS…

“Pengejaran terhadap para pelaku rencana pemboman di Apartemen mewah Casablanca berakhir dengan tewasnya seluruh para pelaku di bilangan daerah perkebunan sekitar sentul…
Menurut saksi mata, terjadi baku tembak antara petugas aparat Densus 88 dengan para pelaku, yang akhirnya mengakibatkan petugas menembak mati para pelaku.
Humas Polri menyatakan bahwa tindakan ini harus diambil mengingat nyawa para petugas terancam karena selain menolak untuk menyerah mereka juga memiliki menembakan senjata api kearah petugas….”
Para pelaku teridentifikasi sebagai pengedar narkoba yang rupanya merasa kesal dengan Apartemen tersebut yang menolak mereka untuk menyewa di salah satu unit yang akan digunakan sebagai lokasi pesta narkoba salah satu klien besarnya…”

=============

Aku menghela nafas, melihat Fals Flag di depan mata, selama ini belum pernah aku tahu mengenai pembalikan bahkan rekayasa kejadian… tiba – tiba pikiran melayang mengenai kasus – kasus…

“Zuk, ada apa..” tanya Intan khawatir..
“ahh… nggak apa – apa Intan…” jawabku sambil tersenyum

Intan memelukku
“Terima kasih zuk…”
Aku hanya tersenyum, sambil mencoba membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya…


RENCANA SELANJUTNYA…

Senja menggantung di Hambalang, malam pun sudah mendekat, lampu – lampu ruangan sudah menyala Pak Amir sudah izin keluar ruangan dan Intan tertidur di Sofa, sepertinya dia kelelahan setelah kejadian tadi siang.

Sebenarnya aku juga lelah, tapi otak ini tidak mau diistirahatkan,aku masih bingung akan kejadian beberapa hari ini tapi aku yakin, ini akan sangat berdampak pada kehidupanku selanjutnya.
Terus terang aku tidak siap menghadapinya namun, aku harus bisa kuat apapun yang terjadi.

Aku menatap jendela, melihat lampu – lampu di rumah penduduk yang mulai menyala
Kelelahan akan kejadian hari ini dan hari – hari sebelumnya serta melihat suasana tenang di daerah hambalang membuat ku kangen Balik Papan, kangen bersenda gurau dengan adik ku Fatimah, menikmati masakan ibu dan berdiskusi panjang semalam suntuk dengan ayah. Ya aku kangen mereka… aku ingin memeluk mereka dan berkata aku baik – baik saja, terima kasih atas doa – doa yang mereka kirimkan kepada ku.

Tak terasa mataku menjadi basah

Terasa ada sentuhan lembut di pundak ku, yang kemudian memeluk pinggangku dari belakang.
Aku menengokkan kepala dan kulihat Intan memeluk pinggang ku dia melihatku sambil tersenyum

Senyumnya hilang melihat mataku basah, terlihat di khawatir raut wajahnya.

“Ada apa Zuk…” bisik Intan..
“nggak pha – pha Tan…, Cuma tiba – tiba kangen sama keluarga di balik papan…” jawabku tersenyum
Intan tambah merapatkan tubuhnya ke Aku, sepertinya dia ingin membalas perlakuan ku selama ini… mencoba menenangkan ku…

Akhir nya kami berdua menatap pemandangan yang sangat menakjubkan hilangnya siang ditelan malam dengan pikiran masing – masing menerawang jauh, aku dengan Balik Papan ku dan Intan dengan pikirannya sendiri.
TOK..TOK..TOK…
Kudengar suara pintu diketuk. Aku segera menuju pintu di ikuti oleh Intan

Dibalik pintu kulihat seorang Bintara berpangkat Kopral memberi hormat ala militer kepada ku dan Intan
“Bapak Marzuki dan Ibu Intan diminta Kolonel Reizal untuk keruang 116…” katanya sambil berdiri sempurna.
“terima kasih kopral… Bima…” jawabku sambil melihat papan namanya.
Kopral Bima kembali memberi hormat militer dan pergi dari hadapan aku.

Aku membalikkan badan dan melihat Intan di belakangku
“Intan, kita…”
“iya Zuk… saya juga dengar kok…” jawab Intan sambil tersenyum kearah ku…

Kami pun berjalan ke ruangan yang ditunjukkan tadi sambil dalam hati bertanya- tanya…

Aku mengetuk pintu ruang 116, dan terdengar suara dari dalam,,

“Masuk…”
Kubuka pintu perlahan dan kulihat ada beberapa orang di dalam ruangan yang sepertinya merupakan ruang kerja Kol. Reizal. Kulihat Kol. Reizal duduk dibelakang meja besar, pak Amir duduk di depannya, lalu di sofa duduk seorang orang ‘bule’ laki – laki dan satu orang lagi… ya aku ingat, Kapt. Grenard yang menggantikan posisi ku di Taksi siang tadi. serta seorang lagi yang sepertinya perempuan yang duduk membelakangi pintu sehingga wajahnya tidak terlihat

“oo… Marzuki dan mbak Intan… masuk.. masuk….” Kol. Reizal mempersilahkan kami masuk ke dalam, seluruh mata dalam ruangan itu menatap kami.

Kol. Reizal berdiri dan berjalan kearah ku dan merengkuh pundakku mengajak ku masuk ke dalam, Intan mengikuti ku dari belakang.

“perkenalkan, Ini Kapt. Grenard, sudah pernah ketemu khan…”
Kol. Reizal tersenyum sambil memperkenalkan Kapt. Grenard karena dia berdiri paling dekat denganku.
Kapt Grenard mengulurkan tangannya untuk bersalaman dan aku menyambut dengan hangat.
“dan ini Ray Hansell, Field Operator NSA, sahabat saya…”
Ray Hansell menganggukkan kepalanya sambil tersenyum
“dan ini… Field Operator CIA… Miss Anabelle ‘Silver Fox’ Steele…”
Si Perempuan berdiri dan membalikkan badan menghadap aku dan Intan dan berkata..
“Hai Intan…” sapanya tersenyum manis.
“HAH… Anna… You….”Jerit Intan melihat si Perempuan bule ini dan keduanya saling berpelukan

“Wah rupanya, Intan dan Anna sudah saling mengenal…”lanjut Kol. Reizal melihat kedua wanita itu saling menyapa…
“We are best friend since in University…” Anna menjawab sambil melepas rangkulan nya
“But I don’t know you are a secret agent… until now, I know you just as an International Merchandiser… ”
lanjut Intan sambil menatap tajam Anna menuntut penjelasan…

“sorry Intan… as an International Merchandiser is my best cover up…” Anna mencoba menjelaskan

“baik… begini mbak Intan dan Marzuki, Ray dan Anna ini langsung datang ke sini setelah sayamenelepon CIA untuk meminta data tambahan mengenai operasi The Black Swan di Indonesia…”potong Kol. Reizal.

“yes, me and Silver Fox rushed to fly here because…”
Ray Hansell melanjutkan perkataan Kol. Reizal.

“In Bahasa Please…” Intan dan Anna hampir bersamaan memotong perkataan Ray Hansell…

“oh, sorry…, kami, saya dan Anna ‘Silver Fox’ Steele langsung terbang ke Indonesia karena melihat situasi yang amat sangat penting…”
Ray Hansell menjelaskan dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang sangat – sangat fasih…

“Lancar amir bahasa Indonesianya…” aku bergumam sendiri…
Kapt. Grenard memandangku.
“iya, di NSA dan CIA bahasa Indonesia jadi perhatian khusus untuk di kuasai setiap agennya… nggak tahu kenapa…” bisik kapt. Grenard sambil mendekatkan kepalanya ke aku. Rupanya dia mendengar gumaman ku…
Aku menganggukan kepala., “ooh… begitu ya…” bisikku ke Kapt. Grenard…

Terlihat Kol. Reizal menengok dan menatap Kapt. Grenard dengan tajam, sepertinya dia menuntut Kapt. Grenard untuk tutup mulut…
Terlihat kapt. Grenard salah tingkah dan aku hanya tersenyum tipis melihat hal itu.

“…. Sepertinya setelah sekian lama ‘Black Swan’ ini hanya ‘bermain’ di level private company sekarang rupanya mereka mulai melebarkan sayap untuk menguasai Government Company…”
Ray berhenti sejenak mengambil nafas.
“dan sekarang sasarannya beberapa negara di Asia…termasuk Indonesia…” lanjutnya lagi.

“ok,… mengingat kondisi yang terjadi di sini, and you Intan… kamu berperan dalam menghambat gerakan mereka, Indonesia sudah bukan lagi tempat aman buat kamu…” Anna ‘Silver Fox’ Steele memotong penjelasan Ray Hansell sambil berpaling menatap Intan.
Ray Hansell mengangguk setuju…

“pagi ini juga, kamu harus kembali bersama kami ke State…” Anna melanjutkan.

“tapi… saya khan di tugaskan di Indonesia oleh kantor… saya tidak bisa begitu saja kembali ke State…” Protes Intan, sambil menatap ku.
Aku hanya bisa membalas tatapannya dengan perasaan tidak karuan…

“How about Marzuki…?, is he will join me to State…?” tambah Intan sambil tetap menatapku…

“Intan…, You are USA Citizen, is our obligation to safe you and bring you back to State safely…”
Ray Hansell mencoba menjelaskan alasannya, sedangkan Anna merangkul Intan yang kelihatannya seperti keberatan meninggalkan Indonesia.
Dia melepaskan rangkulan Anna dan berlari memelukku.
“Bagaimana dengan Zuki… dia juga khan…”
Sahut Intan dengan nada putus asa.
Mata Intan berkaca – kaca sambil terus menatap ku, terus terang saat itu perasaan ku sangat campur aduk.

“Masalah keselamatan Marzuki, serahkan pada kami, mbak Intan…”
Kol. Reizal mencoba menjelaskan.

‘Ok…, Bagaimana kalau Marzuki Ikut ke State? Dia bisa tinggal dengan saya…”
Intan dengan keras kepala mencoba meyakinkan orang – orang di dalam ruangan itu.sedangkan aku… sudah tidak dapat lagi berkata – kata… bingung, sedih, marah bercampur aduk di otak dan perasaanku saat ini.

Kol. Reizal menatap Ray Hansel dan Anna ‘Silver Fox’ Steele secara bergantian menanti jawaban mereka.
Ray dan Anna bertatapan, dan sepertinya Ray meminta Anna menjawab pertanyaan Intan tadi…

“Intan… Marzuki is not USA Citizen… we can’t bring him to State, itu akan seperti penculikan, we can not jeopadize our relationship with Indonesia…”
Anna menjelaskan dengan bahasa gado - gado , sepertinya dia mulai sedikit kehilangan kesabaran menghadapi keinginan Intan.

“tapi… saya masih bisa ke Indonesia dan bertemu dengan Marzuki khan…”
Intan tetap ‘ngeyel’ memaksakan kehendaknya

“I’m Afraid no… it’s for you and Marzuki safety… and you can’t go to Indonesia any more” Ray menjawab pertanyaan Intan..
“At least for 5 years… and if you go to Indonesia after 5 years, you still cannot meet Marzuki…”
Tambah Ray…

“WHAAAT…???” Intan menjerit tertahan…
Terlihat jeritannya sudah bercampur dengan tangis

Aku mengusap kepala Intan, dan membawanya duduk di sofa.
Aku bersimpuh di depannya sambil memegang tangan. Intan menatap ku dengan mata basah…

“Intan… mereka profesional, mereka tahu apa yang harus mereka lakukan…”
“tapi Zuk…”
Aku meletakan jari telunjukku di bibir mugil Intan sambil menggelengkan kepala pelan, memintanya untuk tidak mendebatku
Intan tersenyum sedih memandangku, akupun demikian
“Orang Tua dan adik saya di sini Intan, di Indonesia, kalaupun saya diizinkan ikut kamu ke Amerika, mungkin saya yang akan berat… Intan tega?”
Intan menggeleng lemah, senyum penuh kesedihan terlihat di bibirnya.
Intan bergerak memeluk leher ku dan berbisik di telingaku…
“I know,kita bertemu sangat singkat… tapi saya tahu ‘you are my man’ I love you Zuk…”

Terus terang aku sangat kaget mendengar itu, tambah campur aduk perasaan ini antara senang, marah, kecewa dan bingung…
“saya juga Intan…” aku mencoba tegar
Intan tambah erat memelukku… dia menangis, aku mencoba untuk kuat.

Dibelakang ku, Kol. Reizal, Kapt Grenard, Ray Hansell dan Anna ‘silver Fox’ Steele sepertinya sedang mendiskusikan sesuatu. Sedangkan ku lirik pak Amir sedang mengusap matanya. Rupanya Beliau terharu melihat semua ini.

Tidak lama kemudian Intan melepas rangkulannya dan mengusap air matanya.
Dia menatapku sendu sambil tersenyum
Tiba – tiba dia mengecup pipiku dan langsung berdiri

“Ok… lets do it… what shall I do…? Cukup lantang suara Intan di tengah keheningan ruangan

“Good… Kol Reizal, we must go now back to embassy to coordinate this, only me, Intan and Anna…”
Ray Hansell langsung meminta izin untuk kembali ke Kedutaan begitu mendengar suara Intan.

“ok, capt Grenard will escort you…” Kol. Reizal menjawab dan dengan gerakan tangan meminta Kapt Grenard untuk mengawal mereka.
Ray, Anna dan Intan segera bergerak keluar ruangan dengan kapt Grenard yang dengan gesit sudah bergerak ke pintu dan membukakan pintu.

Sebelum menghilang di balik pintu, Intan membalikkan badan dan memandangku sendu.

Tiba – tiba Intan berlari kearah ku dan merangkulku erat, seperti tidak ingin melepaskan akupun membalas pelukannya.
Kami sadar ini adalah pertemuan terakhir kami dan kami tidak akan pernah berjumpa lagi.

Terdengar suara Anna lembut “Intan… come… we must hurry…”

Intan melepas rangkulannya dengan enggan dan berjalan mundur kearah pintu sambil terus menatapku.
Sebelum menghilang di balik pintu terlihat Intan mendesiskan kata – kata “I love you zuk…”….
Kami berdua sadar, ini pertemuan kami terakhir kali, dan tidak akan pernah bertemu lagi…

Aku hanya dapat tersenyum getir, pertemuan singkat dengan Intan sangat berbekas di hati ku ini
Aku terus menatap pintu terbuka yang sudah kosong se kosong pikiran ku…

Terlintas cepat saat – saat pertemuan ku dengan Intan, ketegangan bersamanya, canda gurau di apartemennya… tidak terasa mataku berair….


NGUNGSI

Terasa tepukan lembut di pundakku, mengembalikan ku ke kesadaran, kulihat pak Amir di sebelahku, dia tersenyum hangat sambil memberiku Tissue.
Aku membalas senyumnya dan mengambil Tissue dari tangannya dan menghapus air di mataku.
Pak Amir mengajakku untuk duduk di sofa dimana kulihat Kol. Reizal sudah duduk di kursi kerjanya dibalik meja besar sambil berbicara di telepon.

Aku duduk di sofa sambil menatap pak Amir dan Ko;. Reizal bergantian menuntut rencana selanjutnya.

“mmhh… maaf pak Amir dan Kol. Reizal, kalau memang semua nya sudah berakhir, saya izin kembali ke Pool saya…”
Aku berinisiatif membuka pembicaraan dengan meminta izin untuk pulang sambil mulai berdiri.
Terbayang tagihan yang harus aku lunasi ke manajemen taksi dengan kehancuran taksi ku…
“alamat rodi nih…” pikiran ku membayangkan taksi ku…

Mendengar Aku, pak Amir menatap anaknya Kol. Reizal yang terlihat masih sibuk dengan teleponnya.
Kol. Reizal dengan menggunakan tangannya mengisyaratkan aku untuk bersabar dan kembali duduk.
Akupun kembali duduk dengan perasaan bingung.

Tidak lama kemudian kol. Reizal pun menutup teleponnya dan menatapku
“Zuk… kamu tidak bisa kembali kerja sebagai supir taksi… terlalu berbahaya…”

“laaah… terus aku harus bagaimana…? Masa jadi pengangguran lagi…” aku membatin dalam hati.

“terus… bagaimana dengan taksi yang saya bawa pak dan tanggung jawab saya ke manajemen…?”
Aku mencoba mencari jawaban dari Kol. Reizal.
“soal itu sudah di atasi…”singkat jawaban Kol. Reizal.

“baik, kami akan memberi karir pengganti buat kamu Marzuki…” lanjut Kol. Reizal
“kamu akan kami relokasi di tempat lain dengan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan kamu …”
“saya harus ganti identitas gitu..?” potong saya terlintas keluarga di Balik papan yang harus aku tinggalkan, wah berat nih…

Kol. Reizal tersenyum…
“Nggak Zuk, nggak sampai harus begitu, Cuma relokasi tempat, jauh dari jakarta…” lanjutnya.

Aku menghela nafas lega… nggak sanggup deh kalau harus kehilangan semua orang – orang yang aku cintai… sekilas muncul wajah manis Intan….

“yah, kalau itu yang terbaik…”

“baik kalau begitu, besok kamu dan Kapt. Grenard akan berangkat, semua sudah di atur. Sekarang kamu istirahat, biar pak Amir mengantar kamu…”

Pak Amir berdiri dan mengajakku keluar
Aku berdiri
“Terima kasih Kol. Reizal…, terima kasih banyak…” aku membungkuk memberi hormat ala jepang
Kol Reizal hanya tersenyum dan kembali mengangkat teleponnya…


AKHIR PETUALANGAN…

Malam ini, dengan diantar Range Rover discovery, aku dan kapt. Grenard menuju Bandara Sukarno Hatta untuk menuju tempat relokasi ku.

Padang, Sumatera Barat… itu lokasi tujuan ku.

Entah bagaimana, aku diterima di sebuah Bank Nasional besar di cabang Padang sebagai Internal Auditor, juga entah bagaimana aku mempunyai sebuah mobil Mazda Ertiga, dimana sekarang aku memegang BPKB dan STNK serta kuncinya… semua atas nama aku…

Selain itu HP ku yang diambil oleh Kol. Reizal telah diganti dengan Blackberry terbaru, benar – benar di luar imajinasiku memiliki HP smart secanggih itu…
Dan yang mengejutkan…
Juga sebuah sertifikat rumah tipe 72 di salah satu real estate di kota Padang yang juga sertifikatnya sudah atas nama aku, tersimpan aman dalam ransel ku…

Seperti sebuah mimpi yang menjadi kenyataan… terlintas wajah senang kedua orang tua ku, tersenyum aku membayangkannya.
Tiba – tiba senyum ku hilang setelah sekilas muncul wajah manis Intan, gadis manis yang tidak akan pernah aku jumpai lagi..

“sedang apa kamu Intan…? I’m already miss you…” pikiran ku melayang.
Kapt. Grenard melirikku dan tersenyum simpul.

Tidak lama kemudian, aku sudah di duduk di pesawat yang menuju Padang, Flight Terakhir hari ini.
Selamat tinggal Jakarta…
Selamat tinggal pak Frans, Mang Dadang, Helmi, Meni dan rekan – rekan lainnya…
Apa kabar kamu, Intan…
Gadis Manis yang merubah seluruh jalan hidup ku
I miss you…

=== TAMAT ===

============================================================================
Jika ada yang merasa nama Chart nya digunakan dalam Cerbung ini adalah kesengajaan sebagai apresiasi terhadap mereka yang setia membaca cerbung ini ....
+++++++++++++++++++++++++++++++++

buat anggota Independent harap dapat mengisi form di bawah ini:
http://goo.gl/QydC1


dan ikuti INDEPENDENT ARTIKEL CONTEST dan REFERRAL QUEST
http://www.erepublik.com/en/article/independent-contest-2131668/1/20


JOIN US...

[img][/img]

==========================================================================

TANPA MELIHAT PERBEDAAN
HANYA SATU TUJUAN...
...............................
BERJUANG BERSAMA
MENUJU KEJAYAAN NUSANTARA...!!!

zbarata
http://www.erepublik.com/en/citizen/profile/6226402