[VOS] Prolog

Day 833, 09:56 Published in Indonesia Indonesia by sjahrir

Day 833 of the New World

Hampir 5 hari lewat setelah kekisruhan yang kunyalakan "ignitiate". Setelah kekecauan tersebut dimana situasi politik antar partai yang semakin memanas, saya dipanggil oleh jajaran petinggi partai saya (anda pasti tahu). Saya dihadapkan pada forum dimana semua mata kader-kader partai menatap hanya pada satu arah, diri seorang Sjahrir. Dan suara palu pun diketuk. Saat itu saya pun sadar bahwa saya dihadapkan pada sebuah sidang penghakiman....

Tanpa adanya seorang pembela yang menemani, saya diminta menjelaskan alasan mempublish artikel yang memuat diplomasi luar negeri yang ngawur sama sekali. Artikel yang membuat bung n3m0 pun ikut bersuara dalam salah satu artikelnya. Bahkan menimbulkan kekisruhan dimana masing-masing anggota partai saling menyerang anggota partai lain. Ya....flame war di tiap komentar atas artikel yang menyebutkan isu politik saat itu.

Dalam hati, aku hanya terhibur oleh satu hal. Bahwa ada rekan sesama kader, yang lebih membuat heboh dengan strategi propaganda yang salah sasaran. Dan rekan tersebut masih mengantri untuk giliran penghakiman berikutnya. Mulutku pun tersenyum mengingat "kebodohan" rekan yang tak pernah hentinya kontroversial.

Yap, hatiku sudah mantap saat itu. Setelah semua pertanyaan selesai dihujamkan pada diriku ini, akupun berdiri. Dan berkata, "tidak ada pembelaan dari saya." Lanjutku, "saya mengakui bahwa semua itu adalah perbuatan saya dengan motif pribadi tanpa ada satupun menjatuhkan nama partai saya, maupun partai lainnya."

"Saya hanya mendukung kebijakan sang presiden saat ini. Bahwa sebagai warga negara eIndonesia, saya harus mendukung punggung sang presiden. Semua itu semata-mata karena saya mendukung pencalonannya dan memilih dia saat menjadi presiden."

"Inilah sumpah saya: bahwa saya tidak akan menjadi tikus yang lari dari kapalnya yang akan tenggelam. Sebab seorang Sjahrir di RL adalah panutan bagi seorang Sjahrir di erep."

Para petinggi itupun terdiam. Bahkan kader-kader yang lain juga ikut terdiam. Dalam benakku, apakah mereka tidak punya komentar atas perkataan saya atau perkataan saya ini tidak pantas untuk dikomentari....

Tiba-tiba datanglah sosk figur yang familiar. Sosok itu tiba-tiba saja masuk ruang sidang dan melangkah menuju panggung. Sosok besar yang selama ini menanggung harapan seluruh warga dan telah berkorban banyak untuk mencapai tujuan kita bersama. Sang Boncos. Dia pun menatap diriku ini. Matanya yang merah akibat selalu bergadang, tertuju pada mataku ini.

Tanpa ba bi bu, dia langsung berkata, "Kamu menyesali semua perbuatanmu??"

Hemph.....tanpa pemikiran panjang apapun, aku dengan bangga berkata, "SAYA TIDAK MENYESALI SEMUA PERBUATAN SAYA, sebab terlepas dari kebenaran maupun etika politik, tidak ada yang tersakiti dengan perbuatan saya. Apalagi terbunuh."

Tanpa ada sorakan ataupun tepuk tangan, sayapun melangkah menuju sosok Sang Boncos. Uluran tangannya saya sambut dengan jabat tangan. Setelah itu, saya melangkah keluar dari ruangan persidangan meninggalkan semuanya. Dan menghirup udara yang segar.

Sayapun melangkah meninggalkan gedung besar partai. Dan menyalakan rokok, yang sudah menunggu untuk dihisap. Akupun berpikir, bukankah mereka juga menikmati saat-saat itu. Dimana artikel-artikel koran bersliweran, memenuhi semua kios koran yang ada. Tanpa adanya perangpun, adrenalin kita ikut bergejolak akibat situasi itu semua. Bahwa bensin yang selama ini mengalir, hanya membara begitu besar akibat nyala api kecil dari tangan Sjahrir ini. Lalu mengapa masih banyak yang berkata bahwa tindakanku tidak pantas. Apakah ada yang merasa tidak senang dengan diriku ini.

Akupun berjalan menuju mobilku yang terparkir di pinggir jalan. Mataku menerawang menembus asap rokok yang sedang kuhisap ini. Kulihat lambang partai yang begitu megah, menancap di atas atap gedung besar tersebut. Hanya beberapa detik, setelah membuang rokok dan masuk ke dalam mobil. Setelah itu aku hanya mengingat bahwa kepalaku digetok dari belakang.

Hanya terdengar samar-samar suara mobil ini dipacu. Sebab tubuhku tidak bisa bergerak dan melihat. Lalu mulailah kesadaranku menghilang.

[Bersambung]
======================================== =========================
Semoga terhibur, sebab hanya ini yang pantas aku lakukan

Bukan sekedar kata-kata,
Bukan sekedar goresan tinta,
Melainkan semangat sosialisme yang membara....

Salam solidaritas

Sjahrir,
kader PKeI dan Pelayan NUBI