[TANAH AIRKU TERCINTA SERIES] Kehidupan Erepku Bab I

Day 553, 20:35 Published in Indonesia Indonesia by Wonder Forward

Jika Sauron membagikan cincin bagi dunia modern, tentu ia akan membagikan ini:
Meditasi untuk para biarawan dan orang suci
Perhiasan dan perhatian bagi para wanita
Game, game, dan game bagi para lelaki

Zaman agaknya sudah berubah. Demikian juga dengan para penghuninya. Pada waktuku kecil, mainanku adalah lompat petak, lompat tali, lompat karung, kasti, gobag sodor (galaksian), dan kadang-kadang jika terpaksa: bekel dan congklak. Ketika aku mulai beranjak besar, permainanku pun berubah. Beberapa mulai mengikuti selera internasional dan kurikulum seperti: sepakbola, bola voli, basket, dan lari.

Tetapi tidak pelak lagi, aku dilahirkan bukan untuk menggeluti hal-hal seperti itu. Aku merasa kaumku mayoritas mufakat dalam hal ini. Karena kami dilahirkan di zaman-zaman yang termaktub dalam himpunan dunia digital yang beranggotakan: Atar – Nintendo – Sega -> Playstation; yang semua ini termasuk dalam himpunan bagian permainan interaksi terbatas.

Pada saat aku mulai kuliah dan besar, saat Internet mewabah di muka bumi; aku mendapat cakrawala baru permainan yang setahap lagi lebih tinggi: Permainan Multi-player Online Game. Mulai dari Nexia, Ragnarok, bahkan aku sempat terhuyung-huyung takjub saat melihat Lineage II dan WoW. Beruntung aku tidak memainkan dua yang terakhir.
Saya berhasil keluar dari 2 permainan ini karena saya jenuh, bosan, dan saya harus membayar. Itu adalah satu hal yang paling dibenci orang seperti saya 😃

Saya kemudian beralih ke game strategi. Sayangnya, ada dilemma besar. Para penggemar game-game ini akan menemui dilema yang sama dengan yang dialami Alexis Bonte. Anda datang ke toko game, lalu membeli Civilization terbaru atau Total War. Lalu ketika anda memainkan permainan tadi selama lima menit, sepuluh, lima belas… dan kemudian saat anda melihat jam: sudah jam 3 pagi! 6 jam telah berlalu, dan pekerjaan anda tidak ada yang selesai, dan pasangan/kekasih anda siap-siap menjatuhkan palu atau talak. Atau lebih buruk lagi, mereka hanya menghilang tanpa jejak dan pergi ke lain hati atau lain rumah.

Dari game PC aku beralih ke game-game browser online. Game ini sederhana, praktis, tidak memerlukan waktu download, dan gratis. I love gratis. Tapi setelah kecanduan di dalamnya, aku pun akhirnya terbentur pada satu dilema tak terpecahkan.

Ada masalah besar padan game-game yang mengklaim diri mereka sebagai game-game strategi online seperti Travian yang popular, atau game perang galaksi Astroempires. Dalam game-game seperti ini anda ditugaskan membangun sebuah desa atau koloni luar angkasa. Waktu yang anda habiskan untuk membangun desa secara real time membuat anda tidak bisa pergi ke mana-mana. Anda juga harus terus menerus mengawasi dan waswas akan serbuan dari desa atau planet tetangga. Tetapi masalah terbesarnya adalah: perbedaan kekuatan antara pemain yang telah lama bermain dengan anda. Perbedaan kekuatan ini begitu besar sehingga seluruh apa yang dibangun dengan membutuhkan waktu sedemikian lama dalam permainan Travian (3 minggu) maupun Astroempire (6 bulan dan 20 euro dan sepuluh juta unit kapal perang!) hancur dalam hitungan detik saja jika diganyang kekuatan yang jauh lebih besar.

Patah arang. Sekalipun kita mendedikasikan sepenuh waktu kita, selalu yang lebih perkasa setiap bisa menghancurkan kita. Bahkan terkadang… tanpa adanya korban sedikit pun jatuh di pihak mereka. Lalu mereka akan datang dan menyatroni desa dan koloni mereka terus menerus, jam demi jam, menjajah kita tanpa ampun. Istilahnya: kita di-“farming”. Ya kita menjadi sekedar lahan panenan belaka bagi yang lebih kuat.

Lama aku muak akan permainan-permainan seperti ini. Aku kembali ke game-game dunia nyata. Aku tertarik dengan kontrak bridge dan tarot yang sampai sekarang masih kugandrungi. Sampai suatu saat, temanku Chiruu memperkenalkanku dengan game yang katanya keren. Namanya Cybernations. Oke. Sounds good. Sebuah game di mana kita bisa menciptakan negara kita sendiri dan memanagenya. Tapi setelah aku memainkannya 2 minggu aku langsung kecewa.
Permainan ini mengecewakan setengah mati. Gameplay-nya terlalu rumit, dan untuk masuk dan diakui dalam suatu gang, aku harus sampai ujian dua kali. Ujian! Benar-benar menjawab 30 macam soal-soal rumit dan belajar dua hari penuh hanya untuk masuk dalam kelompok. Tetapi setelah lulus pun sama pula akhirnya. Aku hanya jadi sapi perah oleh yang mereka kaya bukan main.
Dalam semua permainan tadi semua orang sesungguhnya hanya sendirian belaka. Mereka selalu terpuruk dan takut dengan yang lebih kuat, lebih tua, dan lebih perkasa. Tidak ada keadilan berpendapat selain melewati tatanan senioritas guild, gang, klan yang kaku. Semangat yang ada di sana hanya mengganyang resources sebanyak-banyaknya. Aku merasa sedih melihatnya.
Ingin mencari game pengganti ini aku bergentayangan di wikipedia, dan di halaman cybernations; aku menemukan game yang disebut eRepublik. Dari namanya saja saya sudah tahu ini game buatan orang Eropa Timur, karena Republik pakai “k” bukan “c”.

Aku terpesona pada game ini seketika. Ini adalah game berdasarkan peta dan negara-negara yang ada di dunia nyata. Dan melalui simulasi bernegara dan bermasyarakat, kita sebagai salah seorang citizennya bisa “rewrite the history”. Kita bisa berpartisipasi sebagai citizen di bidang ekonomi (dengan menjadi pekerja atau pengusaha), politik (menjadi anggota partai sampai ketua partai, anggota DPR sampai Presiden), ABeRI (berperang dan wamil), sampai bikin media cetak sendiri! Wow, angan-anganku langsung melambung tinggi. Rasa nasionalismeku pun membuncah. Sehebat apa ya Indonesia di sana? Kalau aku, apa mauku di sana? Mau kuapakan si wander howard jika aku lahir die Indonesia?

Seperti halnya game-game zaman sekarang, semua fitur dan ringkasan informasi game eRepublik ini pun tersedia dalam eRepublik.wiki.
Maka aku pun membuka-buka di sana. Dan aku tercengang dahsyat…
Hari itu adalah Bulan Februari awal 2009…

- Indonesia menjajah Australia?!?
Dari Barat hingga Timur
Bukan lagi Sabang sampai Merauke
Tapi Pampas sampai Merauke
Dari Utara sampai Selatan
Bukan Pulau Roti dan Pulau Weh
Tapi Xinjiang sampai Tasmania

Oke. Kalian lihat judul di atas? Well, awalnya juga aku tidak percaya. Gilak, bagaimana mungkin? Hebat amat Indonesia, pikirku. Tapi kenyataan berbicara lain; eIndonesia adalah termasuk negeri Adidaya dalam game ini. Kala ambil perumpamaan RL, kita adalah Amerika Serikat kedua; dengan eRomania alias Nia alias mimin alias Matzalandia adalah negeri Adidaya terkuat di eRepublik.
Tapi percaya atau tidak ini berita basi. Kurang lebih bulan April 2008 yang lalu, Indonesia menyerbu Australia dan berhasil menguasai mereka dalam 7 hari! Wew! Ih waw!

Kemudian aku melihat adanya keganjilan lainnya di bentangan peta Indonesia pada saat itu. South Africa alias Afrika Selatan, negerinya eNelson Mandela ternyata kita kuasai! Proses menguasainya pun cukup luar biasa jika dilihat dari informasi wiki. Dikutip bahwa warga Indonesia saat beberapa hari sebelum pemilu legislative (DPR) ramai-ramai hijrah ke eAfrika Selatan, mendirikan Partai lalu mengajukan caleg mereka, dan berhasil menumbangkan jumlah suara penduduk setempat! Bahkan mereka bisa mengusung calon presiden boneka dari eIndonesia. Warga negara asli bernama mamangbakso.

Saya tidak bercanda! Sungguh! Akibatnya, saat eIndonesia menyerbu, Pak Presiden mamangbakso langsung berkoordinasi dengan Pak Presiden tanah air kita tercinta dan dalam sekejab negeri Afrika Selatan hampir semuanya jadi milik kita. Mengapa ambil eAfrika Selatan? Menurut penjelasannya, karena kita menginginkan akses menuju negeri Tango: eArgentina… yang dikuasai dengan gemilang setelah berkoalisi dengan sekutu setia kita: eBrazil dalam serbuan gelombang berikutnya. Kalau ini sepakbola, bisa diibaratkan eBrazil.

Pampas yang merupakan kabupaten Ibukota Argentina tumbang, Patagonia direbut, dan sejentil lagi Cuyo dirampas dan Argentina akan dimusnahkan dari muka bumi. Tapi negeri kita tidak serakah melainkan bijaksana. Kita memberikan kembali wilayah kita ke eArgentina asalkan mereka menjadi sahabat. Australia kita berikan kemerdekaan dan sebagian wilayah mereka dan mereka menjadi sekutu pula.

Kita telah mencapai target dan mencipta sejarah. Satu-satunya negeri yang membentang sepanjang katulistiwa, berada di 4 benua, berbatasan dengan 3 samudera; bahkan Majapahit sekalipun tidak bisa mencapai prestasi segemilang ini.
Saat saya membaca hal ini, tidak ada pemikiran lain dalam diri saya selain: saya harus berjuang demi eIndonesia! Demi kejayaan dan harumnya nama bangsa Indonesia di dunia nyata pula! Saya harus masuk ke permainan ini! Saat ituu saya merasa seperti kesetrum oleh perasaan terharu dan kekaguman dahsyat; kepada para pendiri bangsa eIndonesia ini, lalu penerus-penerusnya yang berhasil mengelola bangsa ini hingga mencapai tatanannya yang mulia seperti saat ini.
Maka, melalui berbagai kesulitan… akhirnya wander howard terlahir di eRepublik pada tanggal 2 Februari 2009.

sambung ke bab II