[Renegerasi Part 1] MoFA

Day 1,527, 23:04 Published in Indonesia Indonesia by Miss*AllSunday
Assalamualaikum

Ehem... serius mode on. Sekali-kali serius boleh kaann... xD

Setiap bulan kita memilih Presiden baru yang akan memimpin eIndonesia. Dalam menjalankan tugasnya, Presiden dibantu oleh sekelmpok "elite" yang kita sebut kabinet. Mengapa saya sebut elite? Karena kelompok ini mempunyai kewenangan yang membedakannya dari warga eIndonesia biasa. Masing-masing anggota kabinet mempunyai kewenangan khusus seperti menggunakan uang pajak masyarakat, membagikan logistik, menghubungi pihak luar negri, mengorganisasikan militer dan lain-lain.

Namun bukan bukan masalah kewenangan istimewa tersebut yang mau saya bahas disini. Hal yang menjadi dasar saya membuat artikel ini adalah karena melihat beberapa akun menjelaskan dirinya adalah mantan deputi lograk, deputi mofa, duta besar di negara anu atau mantan menteri bulan sekian. Melihat banyaknya orang yang memiliki CV begitu luar biasa, menimbulkan sebuah pertanyaan yang sangat mengganggu
mengapa regenerasi masih menjadi masalah besar bagi bangsa ini??
======================================================================

Dalam banyak hal, kualitas lebih baik dari kuantitas

Dalam 2 bulan terakhir, pemerintah nampaknya berusaha mengatasi masalah ini dengan mengadakan akademi mofa. Namun masih menjadi pertanyaan seberapa efektif langkah ini diambil dalam menciptakan calon mofa yang baru. Selain karena hampir sebagian besar dari duta besar itu hampir tidak pernah aktif di IRC ataupun artikel dan membuat komentar, nyaris tidak ada dampak selanjutnya setelah selesai menjabat sebagai mofa. Tidak ada keaktifan membuat artikel, komentar2 bermutu dengan pengetahuan dia sebagai mantan duta besar atau analisa-analisa menarik mengenai apa yang akan terjadi terhadap peta politik luar negri eWorld ke depan. Mari kita berpikiran positif bahwa sebagian deputi itu bukan sapi.

Mengapa hal ini terjadi? Hal ini sangat dimungkinkan karena walaupun sistem akademi sendiri tidak memungkinkan mereka mendapatkan ilmu yang benar-benar mereka butuhkan sebagai calon mofa masa depan. Walaupun memiliki duta besar yang boleh dibilang luar biasa besar, tugas duta-duta besar tersebut sangat kecil. Bisa saya duga jika hanya sedikit yang benar-benar menghubungi negara-negara terkait dan mungkin hanya 1 artikel perkenalan dan 1 obrolan di IRC dan tugas mereka di lapangan hanya parkir di room negara tersebut.

Sistem akademi mofa kita menggunakan sistem one man show dimana mofa atau Presiden (jika presidennya aktif) yang mengatur semua negosiasi dan alur informasi dari luar negri karena biasanya mofa luar negri akan langsung menghubungi mofa eIndonesia untuk memotong birokrasi dan mempercepat tercapainya solusi. Artinya peran duta besar yang sudah sedikit akan semakin terpotong oleh perubahan eWorld yang sedemikian cepat yang menuntut tiap MoFA semua negara berusaha mencari jawaban, solusi atau negosiasi dengan cepat dan mudah tanpa melalui birokrasi yang berbelit. Saya yakin jika MoFA eIndonesia ingin meminta MPP dengan suatu negara, dia akan langsung menghubungi MoFA atau presiden terkait daripada meminta ijin kepada duta besar yang menyebabkan permintaan tertunda lama hanya untuk janjian bertemu di IRC.

Sistem duta besar ini pernah dipakai pada bulan-bulan terdahulu (sudah lama sekali) walaupun jumlah duta besarnya tidak sebesar sekarang. Sekalipun 1 duta besar menangani lebih dari 1 negara (terkadang 2-3), namun sistem ini dinilai sangat tidak efektif karena tidak setiap hari negara bersangkutan meminta MPP, tidak setiap hari negara bersangkutan membutuhkan sesuatu dari eIndonesia. Akhirnya duta besar seringkali (kalau tidak mau dikatakan hampir setiap saat) menganggur. Menurut pengamatan saya sebagai mantan deputi mofa, sistem yang sekarang tidak memberikan pngetahuan dalam jumlah yang signifikan sebagai bekal calon-calon mofa masa depan untuk menjadi mofa (selain pemberitaan positif dan jumlah duta besar yang luar biasa besar).

Apprentice tidak memiliki arti yang sama dengan student

Apabila kita benar-benar serius dalam menciptakan sistem regenerasi yang optimal, menurut pengamatan saya akan lebih efektif bila kita memilih deputi yang ramping namun benar-benar dilibatkan dalam proses berdiplomasi dengan pihak luar negri. Dalam prosesnya, calon-calon mofa atau mofa yang belum berpengalaman ikut dilibatkan dalam pertemuan-pertemuan dengan pihak luar negri. Mereka harus melihat bagaimana sang maestro lapangan IRC bekerja. Bagaimana dia berkomunikasi dengan negara sahabat, bagaimana ketegasannya (tegas berbeda dengan kasar) ketika bernegosiasi dengan musuh dan bagaimana keluwesannya dalam mengorek informasi berharga baik dari musuh maupun dari teman. Karena pada dasarnya, orang akan sangat dihargai tinggi bila mempunyai suatu informasi yang belum tersebar. Apalagi bila informasi tersebut menentukan menang-kalah di pertempuran diplomasi antar aliansi. Tidak harus bersama mofa, bisa juga dengan orang yang dipercaya untuk memegang rahasia penting dan memiliki koneksi luas sehingga mudah dipercaya.

Calon-calon mofa masa depan tidak harus deputi mofa, bisa juga orang biasa atau mentri di posisi lain yang berminat dalam politik luar negri. Dari nubi, Gub NBI, wapres, mensos, siapa saja yang mempunyai minat dan keseriusan.



Jika kita jeli dan mencoba untuk sering hadir di #indo-mofa, atau pernah menjadi presiden, mofa, deputi dan duta besar, maka kita akan mengetahui ada beberapa orang yang bukan menjadi anggota kabinet namun mempunyai pengaruh yang sangat besar. Hal ini tidak hanya di eIndonesia, banyak negara-negara lain yang memiliki beberapa sosok yang atas pengalaman dan kerja kerasnya akhirnya diakui kemampuannya dan seringkali perkataanya diartikan sebagai keputusan negara asalnya. Serbia mempunyai kibla, gid1; Hungary mempunyai AThompson, Mikrobi, Rhual; Spanyol mempunyai Mikel_Ahone; Polandia mempunyai Strozer, vingaer; Swedia mempunyai Lonestar; UK mempunyai iain keers, jamesw; China mempunyai Atracurium; Argentina mempunyai FlorenciaC, Milo666; Pakistan mempunyai abuzar dan masih banyak lagi. Masing-masing orang tersebut mengenali satu sama lain dan seringkali mendapatkan keistimewaan seperti dapat masuk ke room advisor aliansi walaupun bukan kabinet, bisa mengobrol scara langsung dan pendapatnya akan dipertimbangkan secara serius oleh Secretary General atau Military Commander melebihi jabatan apapun di negara asalnya.

Mungkin terdengar tidak adil, karena masih saja orang-orang itu saja yang menduduki posisi dan membuat oligarki. Banyak pihak yang mengeluhkan tidak mendapat penghargaan dan perlakuan yang sama dengan mereka walaupun sudah pernah menjadi Presiden, deputi mofa, mofa dll, seolah-olah menabrak tembok tebal. Namun orang-orang yang saya sebutkan dalam paragraf sebelumnya, menghabiskan berjam-jam mempelajari game mechanic, mempelajari struktur kekuatan dan membuat rencana militer, bertukar informasi berharga dengan berbagai orang di seluruh dunia, melakukan analisis, membuat artikel dan dengan kemampuan mereka sendiri berusaha mendobrak tembok yang sama dengan yang dihadapi oleh orang-orang yang mengeluh tersebut walaupun masih menjadi warga biasa kala itu.

Sementara orang-orang yang malas, yang menunggu jabatan itu datang sendiri kepada mereka. Berusaha mendapatkan jabatan itu dengan jalan pintas dan tidak memiliki visi dan misi yang jelas apa yang akan dia lakukan ketika mendapatkan jabatan itu tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali terus-menerus mengeluh akan ketidakadilan yang mereka dapatkan.

Contoh mudah yang membedakan diplomasi yang bagus dan jelek, ketika Indonesia meminta MPP dengan Spanyol dan Polandia. Walaupun dulu sering berseteru, dan Indonesiamasih mempunyai MPP dengan Brazil dan Argentina, namun akhirnya kedua negara itu mau membuat MPP dengan eIndonesia. Ketika Australia keluar dari Edenkarenapermintaan Indonesia, ketika Hungary menggaet Serbia, Poland dan Spanyol untuk mendirikan ONE, ketika Indonesia mampu berbicara banyak di pentas dunia dengan diplomasi yang licik kepada musuh namun halus dengan teman. Memiliki kedalaman visi, karena tidak ada teman dan musuh abadi.

Walaupun sistem pendidikan mofa dirubah dan dioptimalkan, belum tentu akan menghasilkan mofa-mofa baru yang benar-benar bisa menggantikan generasi-generasi lama. Sukses tidaknya kembali kepada sikap dan keseriusan dari orang tersebut. Walaupun tidak berpengalaman, tidak lancar bahasa inggris, namun memiliki niat yang kuat, saya yakin juga bisa menjadi lebih dari mofa. Menjadi orang yang selalu dicari oleh aliansi dan negara-negara sahabat ketika ingin berkomunikasi dengan seseorang untuk mewakili eIndonesia.



dah dolo ye , tar ane bikin yang lebih banyak dan bikin PUSIANG...
YANG GA BACA!! aku lempar meja nih (╯°□°)╯︵ ┻━┻

WASSALAM

PS: "dari berbagai sumber dan hasil obrolan dengan beberapa orang"