[PKS-Lomba] Tarutung, Paradise In Your Eyes

Day 1,968, 22:16 Published in Indonesia Indonesia by saltoAfro


Suara klakson mobil seolah memanggilku dan Kristiani beranjak dari komputer yang terkoneksi dengan Internet. Kemudian diperjelas oleh Rudy yang mengajak kami untuk segera berangkat. Tepat pukul 3 sore, mobil APV yang kami naiki melaju dengan kecepatan sedang menuju kota Tarutung. Hujan gerimis tidak mematahkan semangat kami untuk menelusuri kota Tarutung yang dikenal dengan Rura Silindung.

Sejarah Kota Tarutung



Sampai pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang sekitarnya untuk melakukan transaksi dagang. Orang-orang itu berasal dari daerah Silindung, Humbang, Samosir, Toba, Dairi, termasuk dari arah selatan seperti Pahae, Sipirok maupun sekitar Sibolga dan Barus.

Pada awalnya transaksi perdagangan tradisional ini dilakukan di sebuah lokasi perkampungan yang berpusat di bawah sebuah pohon beringin rindang yang disebut Onan Sitaru (pasar barter) di perkampungan Saitnihuta sekarang. Konon kabarnya pohon beringin tersebut masih tumbuh dan berusia sekitar 200 tahun sekarang ini. Perdagangan pada masa itu masih dominan menggunakan sistem barter yaitu pertukaran barang antar sesama pedagang. Komoditi barang kebutuhan sehari-hari seperti bahan pangan, beras, ternak, ikan asin, garam, tembakau, umbi-umbian, termasuk juga komoditi eksport saat itu seperti kemenyan yang memang banyak dipasok dari kawasan Humbang, Pahae dan Silindung.

Pada tahun 1816-1833 bergejolaklah perang saudara oleh Bonjol yang dikenal dengan Perang Paderi. Hal ini menyebabkan kegiatan perdagangan terhenti sama sekali karena pasukan Bonjol yang dikomandoi oleh orang-orang Batak dari selatan memang telah meluluhlantakkan kehidupan masyarakat Batak di utara yang memulai penguasannya dari kawasan Silindung dan menyebar sampai ke kawasan Batak lainnya di Toba. Perang yang membawa bencana terhadap peradaban bangsa Batak ini telah meruntuhkan keangkuhan orang-orang Batak di pusat Tanah Batak sebagai manusia titisan para dewa. Perampasan harta benda, perampokan, perkosaan, pemaksaan faham Islam menggantikan kepercayaan atas satu Tuhan Pencipta Alam Semesta yang disebut Mulajadi Nabolon, dan pembakaran dengan membumihanguskan perkampungan khas rumah Batak, termasuk produk-produk ilmu pengetahuan seperti karya tulis habis hangus terbakar. Oleh karena itu, di kawasan Silindung sangat jarang terlihat bangunan rumah khas Batak di perkampungannya sekarang ini dan terbangun kembali setelah selesainya perang saudara Perang.

Tempat - Tempat Wisata

1. Vanana Garden



Vanana garden merupakan salah satu objek wisata yang dimiliki kota Tarutung. Vanana garden dapat disebut tempat hiburan juga areal pertanian dan peternakan. Vanana garden terletak sekitar 4 km dari pusat kota Tarutung, arah kecamatan Sipahutar, di sisi kiri ruas jalan beraspal menjelang Dusun Siarang-arang Desa Hutabarat Parbaju Tonga. Luas tanah ini berkisar belasan hektar yang berbatasan dengan kawasan hutan.

Vanana garden memiliki jalan lingkar yang meliuk-liuk, diaspal dengan sistem lapisan penetrasi. Terdapat jaringan instalasi listrik dan dua bangunan rumah panggung bergaya melayu. Lalu terdapat sarana hiburan anak-anak berupa ayunan, jungkat-jangkit, baling-baling, flying fox dan sebagainya. Taman-taman ditata dengan rapi sehingga sangat indah dipandang mata. Selebihnya terdapat hamparan tanaman seperti kentang, ubi jalar, jeruk, jagung termasuk ragam komoditi lainnya. Sedangkan untuk peternakan seperti babi terletak di ujung sebelah utara tapal batas areal yang berada di bibir jurang. Terdapat sekitar 20 orang pekerja dan 2 orang penjaga tempat ini.

Menurut penuturan Bapak Rajagukguk selaku penjaga tempat ini, Vanana garden terbuka untuk umum. Pengunjung yang datang tidak dipungut biaya apapun untuk memasuki tempat ini.


2. Soda Water Bath



Di dunia ini hanya terdapat dua negara yang memiliki Pemandian Air Soda yaitu Indonesia dan Venezuella. Di Indonesia pemandian air soda terletak di Desa Parbubu Sampuran Tarutung. Pemandian ini sudah dimiliki sejak tahun 1973 oleh keluarga Mangaraja Firman Lumban Tobing dengan isterinya Minar Sihite (Op. Ridoi Tobing/br Sihite). Menurut penuturan Ibu Marlinda Situmorang sebagai cucu menantu dari keluarga tersebut, pemandian air soda ini dikelola secara turun-temurun. Hingga kini sudah ada tiga generasi yang mengolah pemandian ini. Sebelumnya, pemandian ini dikelola oleh Onggun Lumban Tobing dan kini diturunkan kepada anaknya Ridwan Lumban Tobing dan isterinya Marlinda Situmorang.

Pemandian air soda ini buka setiap hari pukul 07.00-18.00 WIB. Jarak tempuh ke lokasi ini sekitar 3km dengan waktu tempuh sekitar 10 menit dan akses ke lokasi berupa angkutan umum dengan nomor 08 dengan tarif sebesar Rp 3.000,- dari pusat kota Tarutung. Jika ada dari antara pembaca yang ingin mengunjungi ataupun membutuhkan informasi lebih detail lagi tentang pemandian air soda ini dapat menghubungi nomor dibawah ini:
o> Bapak Ridwan Lumban Tobing - selaku kepala desa (0812-651-88005)
o> Ibu Marlinda Situmorang (0821-687-55177)


3. Natural Hot Spring



Air Panas Parrona terletak di Desa Hutabarat, tepatnya di daerah Aek Rangat Partalitoruan. Menurut penuturan Bapak R.Sagala sebagai pemilik pemandian air panas ini, pada tahun 1985 kedua orang tuanya melihat sumber mata air panas mucul di sekitar tanah yang mereka miliki. Kemudian mereka mulai mengembangkannya menjadi pemandian air panas yang merupakan suatu objek wisata di Tarutung.

Pemandian air panas ini buka setiap hari selama 24 jam. Pengunjung setia pemandian air panas ini adalah penduduk setempat. Apalagi ketika cuaca hujan maka penduduk sekitar akan mandi di tempat ini karena bertepatan dengan letak Desa Hutabarat ini adalah dataran tinggi sehingga suhu udara sangat dingin. Namun, tidak sedikit pula penduduk dalam dan luar kota yang datang ke pemandian air panas ini. Jarak tempuh ke lokasi sekitar 1.5 km dalam waktu 15 menit dari pusat kota Tarutung dengan tarif Rp 3.000,- per orang. Untuk menuju ke lokasi, pengunjung dapat menaiki angkutan umum dengan nomor 01 kemudian berhenti di simpang Hutabarat dan dilanjutkan dengan sedikit berjalan kaki hingga sampai ke lokasi. Selain itu alternatif transportasi menuju lokasi adalah menggunakan becak motor yang dapat kita temukan di pusat kota Tarutung. Apabila menggunakan becak penumpang tidak perlu berjalan kaki karena akan diantarkan langsung ke lokasi pemandian air panas.

Makanan Khas

1. Kue Putu



2. Kacang Sihobuk (Dimasak Alami)



3. Kue Talam



Jika pengunjung datang pada hari Sabtu jangan lupa untuk menyempatkan diri berkunjung ke pasar tradisional (hari pekan). Pada waktu ini, pengunjung dapat melihat bagaimana situasi pasar tradisional yang benar-benar tradisional dari kota Tarutung. Pedagang yang datang berasal dari berbagai daerah hingga luar daerah seperti Siantar dan Medan. Selain itu pengunjung juga dapat menikmati berbagai jenis jajanan tradisional yang hanya disuguhkan pada hari itu saja.
Kota Tarutung yang sangat luar biasa baik dari kondisi alam dan masyarakatnya yang ramah membuat kami dan mungkin para pembaca yang telah berkunjung ke kota ini ingin datang untuk berwisata kembali.


Ini poto ane gan, bergaya di tempat pemandian air panas nya... 😃




Vote And Subscribe Guys !!