[MYVALENTINE] It's all about ewaiting you ...

Day 1,551, 23:57 Published in Indonesia Indonesia by Nurmillaty A.M

Haihai all o/
Untuk mengisi liburan (karena ini adalah hari Minggu 😃) saya memutuskan untuk membuat sebuah artikel sebagai bentuk partisipasi dalam lomba ini. Berhubung temanya HOW IS YOUR LOVE VERSI eREPUBLIK maka saya coba menghadirkan semuanya dalam lipatan unsur erep ...
Tapi maaf karena artikel ini akan menjadi cukup panjang, namanya juga disuruh cerpen, yasudah 😛 Bikin kopi dulu gih biar enak ngebacanya. Selamat menikmati ~

Oh iya, sebagai tambahan biar mbacanya makin meresap *tsaah* kalau bisa sambil muter lagu Enchanted atau If My Heart Was a House-nya Owl City yak 😉

- START READING -

eHari masih pagi saat aku membuka pintu 'login' dan keluar dari rumah. Setelah memastikan pintu rumah terkunci dengan baik, aku pun berjalan menyusuri halaman depan. Perlahan saja, sambil menikmati udara pagi bertiup lembut menyapu pelipis dan memainkan helai-helai rumput yang menggantung tetes embun di tiap ujungnya.
Mencapai pagar, aku menghentikan langkah. Kupandangi orang-orang yang pagi ini sudah sibuk berlalu-lalang, sebagian memanggul senjata, yang lainnya dalam balutan jas dan dasi. Seolah tak ada waktu barang sekejap pun untuk menyapa yang lain.

di kertas-kertas masa lalu aku selalu bisa menemukanmu
di balik avatar manapun aku selalu mengenalimu
hingga berlalu hari yang tak terhitung
kulewatkan tiap pagi menelisik langkah-langkah beribu manusia
berharap di antara mereka, aku akan menemukanmu ...


Aku mendesah pelan. Pagi ini pun bayangmu belum tampak.
Usai mengunci pagar aku mengayun langkah menuju tempat kerjaku, sambil berusaha menata senyum. Senyum hampa, tapi siapa peduli? eDunia ini terlalu sibuk untuk urusan senyum seseorang yang bukan siapa-siapa sepertiku.

Sesampainya di tempat kerja aku tak perlu berlama-lama; hanya tinggal menekan tombol absen, dan menerima sejumlah uang sebagai gajiku. Lalu memasuki gedungku sendiri, tempat data perusahan-perusahan yang kupunyai diolah dan diatur.

Dengan lift aku naik menuju lantai teratas; tempat pengaturan Work as Manager. Setiap perusahaan yang terletak di bawah lantai ini diwakili beberapa tombol, yaitu tombol penempatan worker, dan tombol absen kerjaku sebagai manager. Mudah bukan? Salah satu update eGod yang cukup bagus, kurasa.

Lima belas menit kemudian aku turun menuju lantai dasar, separuh bagiannya adalah lobby, separuh yang lain adalah storage. Lima menit kuhabiskan di sana untuk mengatur supplai barang-barang produksi ke pasar; lalu aku keluar dari gedung. Menuju sebuah dojo di selatan gedung itu, sekali lagi melalui rutinitas eHidup yang membosankan -training. Berjibaku dengan seperangkat tombol yang menghabiskan health dan Gold.

Dulu ada beberapa wanita yang kadang kujumpai saat work atau train. Lisa, Gina, dan yang lain. Tapi seiring waktu sepertinya eGod makin tak sudi berbagi wanita dengan eDunia, membuatku paham tentang virus maho yang sudah sedemikian parah merajalela di sini. Sekarang satu-satunya wanita hanya bisa ditemui di gambar-gambar koran, 10% wanita asli, 90% lainnya hode.

Aku melirik jam tanganku yang dilengkapi data digital health dan ku putuskan untuk menunda waktu berperang usai training nanti sampai health recoveryku penuh. Jadi kemudian aku melangkah lagi, menyusuri jalanan yang mulai sepi seiring banyaknya citizen yang menuju battlefield maupun memasuki rumahnya lagi. Saat melewati balai kota aku mendapati sebuah spanduk event membentang di tugu kota yang mulai berkarat.

"14 Februari 2012 | eValentine | cek halaman mission masing-masing, penjelasan misi ada di koran terbaru | Happy eValentine ~\o/~"

Langkahku terhenti dan aku termenung.
eValentine? Apalah artinya hari ini bagiku, jika kekosongan yang sama masih terus menyapa seperti hari-hari yang lalu? bisikku gamang.



Menyadari sekerjap kekosongan mulai merayapi hati, aku memaksa kakiku melangkah, meski tanpa arah. Aku hanya ingin berlalu, itu saja. Dan tahu-tahu langkahku membawaku kemari.
Tahu-tahu aku sudah dihadapkan pada sebuah pohon, bangku kecil, dan hamparan pantai yang selama ini terbingkai di dalam memori otakku.



Aku terdiam sejenak. Mencerna alasan mengapa aku berdiri di sini. Mengapa, di bawah alam sadarku, hatiku mengarahkanku kemari.
Pantai ini tempat kami berdua bertemu dahulu, bukan untuk pertama kalinya, tapi kemudian mengawali hari-hari penuh rasa berikutnya di antara debur ombak pesisir. Tempat sejuta memori bermunculan dan berebut hadir, meminta untuk dikenang.
Demi apapun, diriku, sedemikian eRindukah aku padanya?

"Pantai ini tetap sama," gumamku kagum. Menyenangkan saat menyadari bahwa di antara terjangan badai update eGod dan antek-anteknya, masih ada yang tak berubah. Aku menghampiri pohon ringkih yang dimakan usia dan duduk di antara tonjolan akarnya, "apa kau tetap bertahan demi aku?" bisikku lembut.
Pohon itu tak menjawab, tapi sehelai daunnya gugur dan melayang rebah di pundakku. Seolah berkata, 'akhirnya kau datang lagi. setelah sekian lama akhirnya kau kembali. kemana saja selama ini?'

Aku tersenyum getir memandang langit yang tampak merendah di atas sana. Seolah sekali ini saja, ia ingin merengkuhku dan menawarkan kepahitan eRindu yang berlapis-lapis dalam diriku.
Langit begitu mendung, sewarna hatiku di eValentine ini.

"Apakah dia pernah mencariku kesini, pohon yang baik?" bisikku getir, "karena aku selalu mencarinya di tengah tiap pagi yang sunyi."

Seberkas kilat menyambar, disusul rintik-rintik hujan yang turun membasahi bumi. Aku menengadah menatap pucuk-pucuk pohon yang tak lagi berdaun, "Apa kau menangis, pohon yang baik?" kuusap batangnya yang kusadari masih sama besar lingkarnya. "aku sedih, kau menangis, dunia hujan..."

eValentine ini begitu muram, pikirku lesu. Mungkin sebaiknya tanggal 14 ini menjadi hari biasa, tanpa embel-embel eValentine di belakangnya.

Hujan menderas, dan aku sadar bahwa pohon ini tidak akan mampu meneduhiku dengan ranting-rantingnya yang tak lagi berdaun. Aku melirik bangku yang sejak tadi tak kuacuhkan. Awalnya hanya sekilas, tapi lalu aku terdiam mengamati bangku itu. Bukan, tepatnya aku tak bisa berkata-kata lagi saat mengamati bagian bawah bangku itu.
Aku terpana melihat sebuah payung yang dengan tenang bertahta di bawah bangku panjang itu. Payung yang sama, seperti yang setahun lalu ia pakai untuk memayungiku ketika hujan.
Seingatku, payung itu kami bawa pulang karena hujan tak juga berhenti hingga malam menjelang. Tak puas sepertinya, meski telah mengganggu rencana kami menikmati hiasan matahari tenggelam.
Seingatku, enam bulan berlalu dan hujan terus semangat mengguyur kota ini setiap hari dan payung ini selalu menemani hari-harinya yang dingin.
Seingatku, payung ini sudah begitu lama berdiam di samping pintu begitu musim kemarau menyapa kota bulan-bulan berikutnya.

"Pohon yang baik, apakah ini berarti dia juga pernah kemari?"

Apakah ini berarti kau juga pernah datang, untuk... mencariku?
dan apakah terlambat jika baru sekarang aku sampai di sini? Di ujung pantai ini?


Sudut mataku menangkap sebuah papan di sisi pohon yang membelakangiku. Tergerak oleh rasa penasaran, aku pun melangkah usai menggapai payung dan menggenggamnya hati-hati,
aku mendapati sebuah papan kecil bergantung di dahan pohon terendah, bertuliskan dua baris kalimat yang dipahat begitu indah...

"i'm not always here but when I do, it should be to paint you
between the sand and the sky, i'm waiting for you
"

Dalam diam kukembangkan payung itu, melawan deras hujan, setengah berjanji untuk kembali ke pantai ini di hari-hari baru yang menanti di hadapanku. Sekedar untuk menanti dirimu. Meski bukan di eValentine, atau di eWhite Day, karena limpahan eKasih Sayang tak pernah menanti hari khusus untuk dilimpahkan.
Karena meski sampai 1000 eMusim berlalu, aku masih akan menunggu.

Dan saat itu, adalah senyum tulusku yang pertama di tengah eValentine muram ini.



- END READING -

thanks sudah membaca 😃 maaf panjang. doakan menang ya, kalau menang nanti ceritanya diterusin deh biar jadi eCerita Cinta ala erep 😛

Best regards,


Nurmillaty A.M
- seorang citizen biasa yang masih menerima .donate maupun vote sub dan comment -