[LPM] MILITER Chapter V .:Sang Saka (Akan ?) Beristirahat di Ufuk Timur:.

Day 465, 07:53 Published in Indonesia Indonesia by Redaksi AHA

Seorang kafir berdiri disamping makam seorang tabib dan berkata "kasihan sekali engkau, sepanjang hidup hanya menyembuhkan sedangkan engkau sendiri mati karena sakit"

Hidup setahun lamanya dalam dunia yang tak nyata ini membuat diriku lupa dengan jati diri yang sebenarnya. Aku mulai terhanyut dalam kegelapan yang ternyata telah meracuni badanku semenjak aku berdiri didunia ini. "siapakah aku" pertanyaan ini mulai menghantuiku selama ini. sebuah komunitas yang makin erat memeluk badanku sehingga enggan kumelepas semua kehangatan ini. mulai dari awal ketika kuberjalan ditempat sampai sudah kujejakkan kaki di negeri orang membuatku sadar arti kehidupan yang sebenarnya. Namun dibalik itu semua ada fakta yang ternyata tidak kuduga selama ini terjadi didepan mataku.

Sekarang EI telah menjadi negara yang besar. Besar secara militer, meski diduga telah menggunakan banyak prajurit hantu yang tidak dapat dilacak keberadaannya. Menyeramkan memang tapi janganlah takabur dengan semua ini karena kedigdayaan niscaya akan menghancurkan raksasa sekalipun.

Negara diseberang lautan sana telah mulai merombak struktur kapal mereka sehingga bisa dianggap menyamai kekuatan kita. "meskipun untuk masalah komunikasi masih kalah jauh, tapi mereka mempunyai strategi dan sudah bisa berkoordinasi dengan baik lho" begitu kata seorang petani Jerman yang sedang membajak sawahnya. Juga menurutnya, beberapa negara kuat telah bersiap dan mengisi gudang persenjataan mereka sejak jaman Nazi kalah perang oleh sekutu, yang sekarang jumlahnya diperkirakan melebihi jumlah serangga yang hidup di dunia ini. Yang paling mengesankan lagi adalah dukungan para ikan - ikan kecil yang rela untuk memberikan sepotong tubuhnya agar para hiu menjadi lebih kuat melindungi mereka. Solidaritas mengencang dan ikat pinggang dilepas, begitulah perumpamaan yang bisa saya katakan.

Pada intinya aku ingin mengatakan bahwa kebesaran hati dapat mengalahkan semua kekuatan yang ada di dunia ini. Kebijaksanaan membantu kita untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Oleh karena kebijaksanaan pula, tumbuh mata, hati dan telinga baru disekitar tubuh kita sehingga pikiran kita mampu menangkap dengan jelas getaran cinta dan kebencian yang dapat mengancam.

Bukannya mau menentang sahabatku dalam salah satu artikelnya, tapi seperti yang telah dikatakan oleh saudara gonjes "gw strength kecil juga dikasih suplai ko biar bisa punya pangkat, mang sapa bilang kita belom tau". Taktik ini sebenarnya sudah dijalankan oleh mereka jauh - jauh hari. Bahkan secara tidak sadar, dulu kita hampir dalam jurang kepailitan karena pengurasan dana dan simpanan kita yang bertujuan untuk mengurangi sumber daya yang ada. "wow, sebuah keyataan yang menyakitkan ternyata yah" aku berkata padanya. Di satu sisi kita hanya bisa melihat bahwa kita adalah negara yang besar, padahal kita melihatnya dari dalam tempurung kelapa yang ada di lautan luas.

Aturan pertama dalam berpolitik "jangan menganggap remeh musuhmu" pertimbangan ini bisa menjadi suatu pemikiran yang harus dilihat dengan kacamata seorang jendral, bukan seorang prajurit yang hanya bisa mengikuti perintah atasannya. Statistik menunjukkan mereka lebih hebat dan lebih besar dari kita oleh karena itu "waspadalah" seperti kata bung napi.

Apabila dalam waktu dekat kita dengan sembrono memancing di air keruh, tak diragukan lagi Sang saka akan beristirahat selamanya di ujung timur meski kita semua memiliki kehangatan dan rasa yang sama sebagai seorang bangsa, bangsa Indonesia. Tapi apa daya, semua sudah terlambat. Gerbang surga sudah terbuka didepan mata dan kita para iblis saling menunggu kemungkinan yang akan terjadi. "aku hanya bisa menikmati kegelapan yang menguasai diriku, sampai para iblis benar - benar membawaku ke neraka" itulah pikiran yang terngiang dibenakku saat melihat kejadian yang terungkap akhir - akhir ini. Kemungkinan pemberontakan terjadi dimana - mana dan kita mengalami masa kegelapan dimana pikiran kita tidak memiliki fokus yang sama karena terpecah oleh ilusi yang menjebak seperti yang pernah dituliskan oleh dewa angin yang menghembuskan napasnya di pegunungan Alpen. Selamanya kita akan musnah dan menjadi bangsa yang kembali terjajah seperti di masa silam.


Salam


"Seseorang yang tidak mau namanya disebut"