[Lomba PKS] The Social Network

Day 1,959, 01:23 Published in Indonesia Indonesia by ll Lettu ll


Film ini menceritakan tentang Mark Zuckerberg. Semua tau kan siapa dia? Ya dia adalah pemilik dari Facebook.



Semua pasti sudah tahu tentang Facebook yang amat fenomenal ini. Film ini bukanlah cerita tentang seorang yang menjadi kaya karena internet, bukanlah tentang website yang populer, juga bukan tentang keserakahan atau kekuasaan. Film ini bercerita tentang betapa orang sangat ingin diterima oleh sekelilingnya. Beberapa orang terlahir cantik atau ganteng dan ada juga yang dianugerahi bakat olahraga atau seni yang luar biasa. Tetapi ada juga orang yang biasa-biasa saja dan hanyalah bagaikan angin lalu bagi orang di sekelilingnya.



Social Network diawali oleh Zuckerberg (Jesse Eisenberg) yang merasa dirinya kurang populer sehingga dia merasa harus bisa masuk ke dalam salah satu dari 8 klub elit yang ada di Harvard. Kemudian, dia membuat facemash.com (cikal bakal facebook) yang memuat foto-foto mahasiswi Harvard dan memungkinkan pengunjung untuk mengklik foto siapapun yang dianggap seksi. Ini membuat Zuckerberg dibenci oleh para mahasiswi dan mendapat ancaman dari pacar mereka. Zuckerberg kemudian mendapat perhatian dari Cameron Winklevoss yang adalah anggota Porcelain Club, salah satu club elite Harvard yang berbisnis dengan dia untuk mengembangkan facemash.com. Tetap saja, Zuckerberg tidak benar-benar diterima di club elite Harvard. Dia hanyalah rekan bisnis mereka.

Anda mungkin berpikir kalau film ini menggambarkan karakter Mark Zuckerberg sebagai orang yang simpatik. Jangan salah, dia adalah seorang tiran dengan ambisi yang tidak terbatas. Dia mendepak Winklevoss setelah merasa tidak dihormati sebagaimana yang dia inginkan. Ketika sahabatnya sekaligus partner bisnis Facebook-nya, Eduardo Saverin (Andrew Garfield), menjadi calon anggota club elite, Zuckerberg menutup pintu terhadap ide-ide baru dan akhirnya mendepak Saverin juga. Zuckerberg mencoba untuk meraih penerimaan dari orang lain dengan cara melakukan penolakan.

Social Network bukanlah film yang sederhana. David Fincher melakukan pendekatan yang berbeda dibandingkan film lain pada umumnya dan dia berhasil melakukan itu. Penonton tidak diharapkan untuk memberi simpati pada Zuckerberg selama film ini berlangsung. Tidak ada adegan emosional saat film mencapai klimaks dengan Zuckerberg yang merasa sangat kesepian. Fincher dan penulis Aaron Sorkin berhasil membuat film ini tidak semata-mata tentang Facebook, melainkan tentang bagaimana seseorang bisa menjadi buta oleh ambisinya untuk bisa diterima secara sosial.

Faktor inilah yang membuat saya sangat merekomendasikan film ini.



Salam

LW a.k.a Lettu Wiratama

PS : Mohon komentar dan sarannya 🙂