[cerita] Battle of Liaoning - A New Hope

Day 918, 07:24 Published in Indonesia Indonesia by Admiral Proudmoore
eJilin, USA


“Rudal dari utara, selatan, barat, timur….akhh..RWR penuh!!” teriak Sersan Iwandanu melihat semua lampu merah arah di RWR menyala terang.

“Tenang semua!!” D-Shop mendorong kemudi Backfire ke depan secara drastis. Tanpa sistem Fly-by-Wire gerakan tiba-tibanya sama sekali tak di lawan atau di tolak oleh sistem kemudi pesawat. Hidung Backfire Val-One/Leader sontak langsung menukik ke daratan China merespon gerakan kemudi D-shop. Pesawat Backfire yang lain segera mengikuti gerakan sang komandan.

“G-Over Limit, G-boljshe limit, Gravitasi lewat batas!!” Tiga suara sekaligus dengan logat yang berbeda-beda dari tiga Bahasa berbunyi. Dari logat orang bule, Slavik, hingga logat medok. Memberitahukan pilot bahwa gravitasi yang diberikan ke structur pesawat telah jauh melewati batas yang ditentukan.

“Wadaaww!!” Iwandanu menjerit-jerit tertekan. Kalau struktur pesawat bisa memang dibilang benda mati, tapi manusia berbeda, ia juga punya batas G sebelum ia dapat pingsan.

“Diam dan matikan alarm G itu Iwandanu!!”

“Aaww..baik!!” Dengan susah payah Iwandanu berhasil meraih saklar speaker tanda bahaya dan mematikannya. Suara-suara menggangu yang tadinya muncul kini mati.

“Berapa lama lagi ke target!!” tanya Mayor OptimaX juga dengan teriakan.

Suara mesin kembar Backfire membuat seorang yang sangat sopan pun harus tetap berteriak.

“Mereka mestinya sudah ada di horizon Mayor!!”

“Operator Senjata dimana kau!”

Dibilang benda mati juga bukan karena ia manusia…ya itulah Sersan RadenX, Operator Senjata Val-One yang dari tadi diam di ruangannya sendiri. Cockpit Backfire terbagi dalam dua seksi. Seksi pertama adalah seksi kendali dimana pilot, navigator, engineer, serta kopilot berada. Sedangkan terisolasi di posisi belakang adalah Operator Senjata. Hidup sendirian di dalam sebuah kotak gelap yang dipenuhi oleh ratusan instrument complex bertenaga tabung hampa Backfire.

“RadenX, dimana kau!” Sersan Iwandanu juga ikut-ikutan memanggil.

“Jangan-jangan ia pingsan lagi karena gravitasi?!” D-shop bertanya dari depan.

“…Aku masih hidup…” Suara malas RadenX terdengar di intercom.

“Hidupkan rudal-rudal dapur kita, targetkan radar China itu!”

“Haah Radar China?” RadenX bertanya seolah-olah belum pernah mendengar kata-kata radar.

“Jangan bercanda RadenX, kita tidak punya waktu banyak!!” Mayor OptimaX memerintah.

“Ya…ya, ah mana ya tombol master arm…”

OptimaX dan D-shop menghela nafas panjang lalu bersama-sama berteriak, “RadenX cepat!!”

CTANG…CTONG!!

“Mampus apaan itu?” Iwandanu mengernyit.

“Kita keserempet pecah-pecahan peluru!”

“Val-Leder disini Val-Three kami kena, kami kena, kedua mesin kami terbakar, kami harus mendarat—“

D-shop dapat melihat cahaya ledakan Val-Three memantul dikaca kokpitnya. Beberapa Hornet bergerak melewati kaca depan. “Hornet brengsek!” teriak D-shop sembari membanting kemudi ke kiri dan ke-kanan. Kini sepetak tanah luas yang merupakan transceiver JORN telah dapat terlihat dengan jelas.

Di belakang pesawat Sersan RadenX berkutat dengan sistem komputer penyerang NK-45 Backfire. Ia memasukan posisi radar JORN ke dalam komputer tabung hampa tersebut lalu menunggu.

“Rudal dapur sudah belum?!!”

Sersan RadenX melihat kelipan hijau telah menyala di sistem NK-45, ia segera merespon.“Kitchen Armed!!”

“Val-Leader to all, izin untuk menembak telah diberikan. Jatuhkan dan luncurkan semua persenjataan yang kalian punya!”

“Launch!!”

BRUSS!

Tiga rudal berukuran besar Raduga Kh-22E Dapur terlepas secara berutan dari kiri ke kanan dari cantolan sayap Backfire.

Dengan ukuran 181cm, berat mendekati 6 ton dan dipandu oleh radar aktif, Dapur segera mencari target yang mengeluarkan emisi radio terbesar. Dan transceiver radar JORN yang berada di depan mata hanya satu-satunya target yang bisa melakukan hal seperti itu. Di ganggu secara elektronik oleh ECM darat dan chaff Dapur tidak peduli sama sekali. Rudal pertama berhasil mengenali gedung receiver JORN dan menghantamnya dengan kekuatan penuh. Gedung yang menampung receiver segera terinternerasi begitu terhantam 900 kilogram bahan peledak tinggi. Rudal kedua, menubruk transmitter radar dan berhasil mematahkannya berkeping-keping. Rudal ketiga meleset beberapa kilometer dari JORN tetapi berhasil juga memberikan tambahan kerusakan.

“Go! Go! Go!” teriak Mayor OptimaX begitu ia dapat melihat target sekarang sedang berkobar hebat. Di bawah terik matahari China yang sangat panas kemungkinan target akan padam sangatlah dikit. Apalagi posisi transceiver JORN di Jilin yang terpencil dari kota besar dan pusat populasi.

Tanpa tambahan berat di sayap Backfire Val-One dapat terbang dengan lincah, hampir dapat menyeterai pesawat tempur berat dalam kemampuan bermanuver. D-shop menarik tuas kemudi ke arahnya tanpa pikir panjang lalu secara bersamaan membelokan pesawat dengan menekan pedal rudder kiri.

Backfire lain yang membawa bom peledak-peledak tinggi FAB-250 dan FAB-1500 ikut menjatuhan muatannya pula. Dua depo militer yang berada tidak jauh dari transceiver JORN juga ikut-ikutan menjadi bulan-bulanan Empat puluh persen dari total amunisi AD China meledak dalam hanya waktu lima menit. Temperatur di udara naik dengan drastis mengikuti keadaan sekitar, membuat rudal-rudal berpanduan infra-merah menjadi bingung dan malah terbang ke bawah.

“Semua pesawat kita mundur ke luar!!”

D-shop sudah menjadi sedikit tenang ketika tiba-tiba…

BLASTT!

“Hydraulic-1 failure, Gidravlicheskie-1 proval, Hydraulik-1 gagal!!”

Pesawat Val-One terguncang keras ke kiri ketika sebuah Slammer meledak di samping kiri pesawat, membuyarkan kaca kokpit Mayor OptimaX. D-shop dapat segera merasakan masuknya angin ke dalam kokpit pesawat, membuat semuanya menjadi berembun dan berkabut. Puluhan lampu bewarna merah menyala seketika, mengindikasikan bahwa puluhan sistem Backfire rusak.

“Kena! Kena! Kita kena!!” Mayor OptimaX berteriak di radio. “Sersan Iwandanu lapor kerusakan!”

Masih panik Iwandanu berusaha keras membaca beberapa tanda bahaya yang menyala. Suaranya hampir tak terdengar lagi. “Sistem Hydraulik-1 gagal! Leninets Radar rusak total! Sistem presurisasi dan pengontrol udara gagal!”

“Kita harus terbang dibawah 10.000 kaki D-shop atau kita akan mati kekurangan oksigen!” Mayor OptimaX segera merespon begitu ia mendengar sistem presurisasi pesawat mati. Ia dapat merasakan badannya terkena dua atau tiga keeping pecahan kaca. “Val-Two gelar Leader sekarang berada di pesawatmu. Kami akan mengundurkan diri ke belakang formasi!”

Dengan terpaksa D-shop mendorong mundur tuas pegas pesawat ke posisi tujuh puluh persen lalu kembali mengepakan sayap ke posisi 65 derajat. Kedua sayap begitu di perintah mulai maju perlahan-lahan ke-depan. Mengurangi kecepatan pesawat dengan setiap derajat kedepan. Kedua sayap sedang melewati 50 derajat sudut kemiringan ketika…

BRAK!

“Mampus apa lagi?”

“Sayap kanan tidak mau mundur!” Sersan Iwandanu menjawab dengan rasa takut ketika ia melihat tekanan hidraulik di sayap kanan hilang sama sekali. Backfire mempunyai dua sistem hidraulik utama yang saling bergerak dengan mandiri dan hidraulik yang rusak bukanlah hidraulik penggerak sayap tetapi kali ini entah kenapa sepertinya kerusakan telah menyebar lebih jauh.

Mendengar sayap kanan macet D-shop langsung menyentak tuas pergerakan kembali ke posisi sebelumnya, menghindari perbedaan kemiringan dua sayap sebelum terlambat. Untung, hidrolik di sayap kiri habis beberapa saat setelah kanan. Sayap kiri berhenti setelah maju beberapa derajat ke depan.

“Kelihatannya kita sudah aman Letnan,” Iwandanu menghela nafas, melihat RWR telah kosong dan melihat di jendela bahwa beberapa pesawat Flogger dan Flanker eHungaria telah datang mengawal.

“Apa sekarang?” tanya D-shop.

Mayor OptimaX langsung berseru, “Mendarat!”


========== To Be Continue ==================

The Last Battle

ADMIRAL PROUDMOORE

Hail PKS

HAIL eINDONESIA

HAIL PHOENIX