[CERBUNG-PKEI] The Thing is Getting Worse .-

Day 1,162, 01:58 Published in Indonesia Indonesia by Dion LaVayeTTe Rizaldi

Chapter sebelumnya bisa di lihat di sini


Pagi itu, ku sedang memandangi cermin di WC gedung merah

Cermin yang memantulkan sebuah bayangan orang yang kuanggap ganteng dan tampan.

Bayangan ku sendiri, ku melihat sebuah bayangan yang sedang menatap kosong. Menatap kosong berusaha mencerna semua isu yang ada di PKeI. Menatap kosong berusaha mencari jalan dan titik temu tentang menghilangnya para kamerad dan kameradewi.

"Hhhh, maho abis dah ni napa bisa jadi gini sih" Gerutuku, berbicara sendiri seperti orang gila.

Ku membalikan badanku, menumpukan diriku dengan bersandar ke wastafel.

Mengalihkan pandanganku ke sudut lain berusaha mencari-cari sesuatu yang dapat membantuku mengungkap misteri hilangnya para kamerad.

"Hhhh, dasar maho ngapain gw diem di WC sambil ngelamun" Kembali ku menggerutu meratapi kebodohanku sambil beranjak keluar.

Baru beberapa langkah dari WC, terdengar seseorang yang memanggil.

"Oi Dion, sini."

"Hah?" Ku berbalik ke arah suara dengan tampang cengok

"Coba baca" Kata orang itu, yang ternyata Dendi Uzumaki. Orang yang digosipkan memiliki hubungan khusus dengan Lenin JR. Dendi memberikan secarik kertas kepadaku

"Opo ta den?" Kataku sedikit tak niat sambil mengambil kertas tersebut

Disana tertulis sebuah tulisan yang membuat keningku berkerut.

sjahrir, nuge dan dion masih hidup
Hati hati bergerak
Ada penghianat diantara kalian

-dara-


"Loh, kok ada nama gw, gw kan ga kenapa-napa. Kok gw ada di salah satu diantara sjahrir ma nuge yang keculik den?" Tanyaku tidak mengerti "Lagian Dara itu siapa sih?"

Yah, ku memang memiliki tingkat daya pencernaan masalah yang rendah.

Saat kamerad-kameradewi di gedung merah dari kemarin sibuk membahas tentang Dara si manusia yang menjadi satu satunya kunci menghilangnya para kamerad. Aku hanya bisa melongo sambil gigit gigit kabel modem.

"Nah itu, makanya gw nanya ke lu. Gw khawatir lu kenapa napa makanya gw cariin lu daritadi" Kata dendi

"Anjrit. Maho lo dasar sok sokan perhatian amat."

"Lu tuh maho" Katanya singkat sambil mengambil secarik kertas yang ia kasih tadi

"Alah, lu yang maho. Kalo lu ga maho, terus tadi malem kenapa lu keluar WC sambil baju sobek di dada?"

"Hah? Ngga itu mah bekas latihan"

"Latihan ? Terus kenapa lu keluar dari WC nya barengan sama si Lenin Jr ?" Sahutku berusaha mencairkan suasana

"Ah dasar gembel lu, lagian kalo gw maho emang kenapa ga boleh ?" Jawabnya diiringi gelak tawa diantara kami. "Oh ya yon, gw dah telpon bujel buat adain rapat besok tentang ngebahas hilangnya kamerad-kameradewi" Lanjutnya "Dateng ya"

"Oh sip" Kataku singkat sembari menuruni tangga dan berlalu


Malam itu, kukembali tidak bisa tidur

Kubuka beberapa koran langganan ku. Hmm tidak ada yang menarik.

Lalu ada satu berita yang menarik perhatianku.

"Teletubies Party Politically Taked Over"

Wew, jaman yah maen Take Over partai. Hhh, apa jangan jangan penculikan kameradewi ini adalah bagian dari rencana Take Over PKeI ?

Apa jangan jangan Dara adalah gembala sapi yang berusaha men-TO PKeI ?

Semua itu berkecamuk di pikiranku.

Berusaha menjernihkan pikiran, ku langkahkan kakiku keluar rumah.

Kupandangi sejenak lingkungan, menduga duga apakah yang selanjutnya terculik adalah aku sendiri ?

Hmm tidak mungkin.

Setelah menepis bayang bayang tentang apa yang mungkin terjadi padaku selanjutnya, ke langkahkan kakiku ke arah gedung merah.

Sebuah gedung tempatku bernaung bersama kamerad dan kameradewi lainnya.

Ntah apa yang membawaku malam itu, ku buka gedung merah. Ada sesuatu yang seolah memaksaku memasuki gedung merah.

Gedung merah tampak begitu gelap, saat memasuki gedung merah tampak aula yang sangat besar bagaikan lapangan dengan lantai marmer dan kosong. Di samping kiri pojokan di jauh sana terdapat tangga yang tak kalah megahnya untuk menaiki lantai 2.

Terlihat koridor-koridor di lantai 2 tempat dimana kamerad-kameradewi menjalankan aktifitasnya di gedung merah.

Malam ini gedung merah kosong, semua aktifitas dihentikan karena esoknya akan dilaksanakan rapat besar seluruh kamerad dan angkatan untuk menemukan titik temu tentang masalah hilangnya kamerad-kameradewi.

Kakiku menuntunku untuk menaiki lantai 2. Entah kenapa ku ingin memasuki beranda di lantai 2. Sesaat sebelum mencapai pintu beranda di lantai 2, ku mendengar suara ribut di sana. Suara seperti pertengkaran.

Merasa ada hal yang tidak beres, ku langsung berlari ke pintu dan membukanya.

Sungguh Sialan, aku telat beberapa detik.

Saat terbuka, ku melihat Dendi dengan dada, perut dan tangan yang penuh luka tembak. Tangannya masih memegang Golden Eagle kesayangannya

Bila ku hitung mungkin mencapai beberapa belas luka bekas tembakan.

Di depannya terdapat seorang wanita bertopeng memegang m4a1 dengan ujung mengepul -tanda telah ditembakan-.

Mukanya tampak kaget melihat kedatanganku, tak kalah kaget dengan ku yang tampak lemot dan tidak tau harus berbuat apa.

Wanita tersebut melompat dari beranda, dan menghilang di kegelapan.

Dan Dendi, tak terselamatkan.

***


Keesokan harinya, hari dimana seharusnya para kamerad dan kameradewi merapatkan tentang apa yang terjadi. Menjadi hari pemakaman dan hari berkabung atas wafatnya kamerad PKeI - Dendi Uzumaki

Rapat pun tertunda lagi

Tangis dan kesedihan melanda.

Dan entah mengapa yang tampak sangat histeris adalah Lenin Jr, seseorang meledeknya dan berkata "Lu sedih amat perasaan, lu mahoannya ya ?" Beberapa saat setelah orang tersebut menyelesaikan kata katanya, Lenin Jr menembaknya dengan handgunnya tepat di kaki.

Beberapa kamerad lain tampak berkerumun dan membicarakan perihal kematian Dendi, beberapa yang lain hanya tertunduk dan menyesali kenapa bisa mereka kehilangan kameradnya sekali lagi.

Dan aku, kembali merenung di WC

***


Setelah beberapa saat berdiam diri di WC lantai 2 gedung merah, berusaha menuntaskan kewajiban sebagai makhluk hidup didunia dengan cara buang hajat.

Ku mendengar kegemuruhan dan keramaian di luar.

"DUAAAAAAAAAAAR"

Suara ledakan dan tembakan disertai teriakan histeris terdengar.

Merasa keadaan gawat instingku menyuruhku untuk keluar dari WC, mengambil senjata dan mengecek keadaan.

Tapi, keluar dengan celana melorot dan buang air besar dalam keadaan berlari sepertinya bukanlah pilihan yang bagus.

Akhirnya kuputuskan untuk menyelesaikan dahulu ritual ini

Setelah selesai, segera ku berlari keluar WC dan memasuki lorong lantai 2. Bagus, sepertinya sumber kerusuhan masih berada di luar gedung merah. Dengan kepanikan yang amat sangat dan rasa penasaran yang memuncak, kuberlari ke ruang logistik dan mengambil beberapa perlengkapan.
Sebuah Clarion, Kevlar, Emblem RG dan beberapa magazine.
Kembali ku berlari di koridor berusaha mencapai tangga menuju aula besar di lantai bawah.

Dan ternyata, peperangan terjadi di sana.

Disana terlihat Kamerad-Kameradewi sedang diinvasi oleh sekompi-atau lebih- sekelompok orang tidak terkenal.

Mereka menggunakan pakaian merah bajunya dan putih celananya.

Mereka bersenjatakan lengkap dan merengsek masuk ke gedung merah.

Di bawah sana terlihat sjam dan setsunax sedang duet di pilar aula dengan bersenjatakan ak47 dan m4a1

Di sisi lain terlihat ketua umum partai, tinkerbella sedang menggengam telfon berusaha mencari tau tentang apa yang terjadi, disampingnya terdapat Lenin Jr -tidak bersenjata- berusaha melawan dengan melempar gelas, garpu dan sendok. Terlihat dia juga telah melempar sepatunya untuk membalas serangan. Tampak lucu, tapi sungguh tangguh

Di sudut lain, Mishantrope, depax, purplekiwi, purplequeen, arale, yodi, kausar hadi, joan, rifqie, biebie, sutan, dan berpuluh puluh kamerad dan kameradewi lain yang tidak bisa disebutkan juga sedang mempertahankan diri mereka.

Di luar sana pun terlihat keadaan tidak jauh beda.

Tiba tiba terdengar teriakan ...

"AWASSSSSSS !!!"

***