[Bukan] Nagabonar!

Day 2,830, 06:03 Published in Indonesia Indonesia by Redd Fox


Disclaimer: Alur cerita hanya fiksi kecuali beberapa bagian percakapan. Jika dikemudian hari ada protes dari pihak sana, akan ane edit atau delete artikel ini.

______________________________________________________________________________

Beberapa hari yang lalu, saat eIndonesia masih dalam keadaan rata oleh ePeru, aku iseng2 main ke kantor imigrasi, mengajukan ijin utk pindah kewarganegaraan ke negeri Paman Sam. Setelah menyelesaikan tetek bengek formulir dan menunggu beberapa menit, terdengar dari mesin pengeras suara yang menyebutkan namaku dan menyuruhku ke sebuah ruangan yang ditentukan. Maka, berjalanlah aku mencari ruangan yang dimaksud, dengan penuh harap agar surat pengajuan kewarganegaraanku dapat diterima, walau pun aku sendiri sebenarnya gak yakin soal itu. Ya habis gimana, str cuma seupil, pabrik roti ga punya, pabrik senjata pun tak ada. Belum lagi kemampuan lisan bahasa inggrisku yang pas-pasan, dimana kosa kata yang ku punya hanya ku dapat dari film, seperti ‘God, yes..’, ‘Harder..’, ‘im cumming’ dan sejenisnya.

Teman atau kenalan di negara tujuan? Ya ada sih, tapi mereka terlanjur dicap sebagai bad boys di negaranya hanya karena idealisme mereka yang berbeda dari kebanyakan orang disana. Menyebut nama-nama mereka sebagai referensiku sepertinya tidak akan banyak menolong. Tentang mereka mungkin akan ku ceritakan di lain waktu. Yang jelas, melihat minimnya modal yang ku miliki sungguh kecil peluang ku karena aku tidak akan banyak berguna dan hanya menjadi beban eAPBN bagi mereka. Tidak mudah memang, mendapatkan green card. Tapi toh tak ada ruginya bila ku coba.

Dan masuklah aku ke ruangan itu. Suasananya agak gelap, hampir tidak bisa melihat apa pun. Hanya ada satu lampu gantung remang yang menyinari sebuah bangku, meja, dan… siluet seseorang yang sedang duduk. Entah karena mata ku yang tidak terbiasa dengan keadaan gelap, atau otakku yang sudah korslet, aku membayangkan yang sedang duduk disana ialah seorang perempuan, mid 30, brunette berlipstik merah, dengan sepasang high heels yang melengkapi keindahan kaki jenjangnya.



“Please, come in,” kata suara serak dan berat. Duar! Buyar sudah lamunanku tentang MILF. ”Por favor siente,” kata orang itu lagi sambil menunjuk kursi didepan ku. Aku pun duduk sambil terheran dengan caranya berbicara, bahasa Inggris namun jelas ada aksen Spanish didalamnya. Setelah dekat barulah kulihat dengan jelas orang tersebut. Seorang pemuda, berkulit gelap, sedikit lebih tua dari ku. Tingginya kurang lebih 1.85 cm, rambutnya hitam dan agak keriting. Ia mengenakan baju ala militer warna cokelat muda. Sekilas, ia mirip Dedi Mizwar muda di film Nagabonar. Samar-samar di bajunya kulihat berbagai bentuk lencana: medali yang bentuknya orang angkat bedil, medali berbentuk sepasang palu saling silang, medali atap gedung bocor, orang cacat tanpa tangan dengan setengah lingkaran didepannya, orang sedang berhormat, orang dengan senjata dan bendera dibelakangnya, dan ada dua lagi lencana yang tidak jelas terlihat oleh ku akibat cahaya yang minim.

Melihat deretan lencana tersebut, pastilah ia seorang tentara yang cukup hebat di medan perang. Yah, setidaknya lebih hebat dari pada aku. Tapi apa yang dilakukan seorang tentara hebat di sebuah kantor imigrasi yang gelap ini. Prajurit hebat seperti dia harusnya bertempur dan mengatur regimentnya di medan perang. Jangan-jangan dia sedang dihukum, sehingga alih-alih berada ditempat terhormat dengan pasukannya di medan perang, malah berada diruangan gelap menggenggam pulpen sendirian mengurus imigran melayu miskin macam aku ini. Atau seperti inikah sebenarnya perlakuan diskriminatif pemerintah negeri Paman Sam terhadap para penduduk hispanik yang sering kubaca di media?

Setelah menyeruput minuman yang terlihat seperti kopi hitam, tidak lama kemudian dia mulai berbicara, “Así, que ¿por qué quieres mover cs?”.

Hah, ngomong apa dia? Aku hanya diam terbengong-bengong menebak apa maksudnya. Tanpa menatapku yang keheranan ia melanjutkan bicara. “Tienes alguna persona que pueda dar referencia sobre ti en Vzla?” katanya sambil menyalakan sebatang cerutu. Lagi-lagi aku hanya bengong seperti orang blo’on. “Has pegado alguna vez contra Vzla?, si es asi explica por que?” katanya.

Wah, udah ga bener nih, pikir ku. “I’m sorry sir, but I don’t speak Spanish!”, kata ku sambil menjaga emosi. “Jajaja… Yeah, of course you don’t.” katanya sambil tertawa. “Pardon me, lets start from beginning in English,”. Lah, emangnya kalo aku mau tinggal di amrik harus nguasain bahasa spanyol juga apa gimana sih?

“So.. why do you want to get Vzla citizenship?” ia bertanya. “Well, i want to …” Belum sempat ku menjawab, dia sudah bertanya lagi. ”Have you ever fight against eVenezuela? Do you have someone who can give you reference in eVenezuela?”.

Otak homosapien ku ini sebenarnya sedang berpikir keras menyusun jawaban dalam bahasa inggris, namun dia terus memberondongi ku dengan beberapa pertanyaan sekaligus.

“Yes sir, I am… “ aku mencoba menjawab sambil tergagap. Eeeh… tunggu dulu, Venezuela? Gak salah nih? Jadi dari tadi dia bilang Vzla itu maksudnya eVenezuela? Kirain itu istilah atau kosa kata dalam bahasa spanyol.

“Umm, I’m sorry sir, I must be in wrong room. I applied eUSA cs, not eVenezuela” kata ku. Sekarang dia nya yang heran. “But you filled this form, a request to get eVzla cs” katanya sambil menyodorkan formulir yang tadi ku isi di lobi kantor imigrasi. Weew, ternyata aku salah ambil formulir. Harusnya yang kuambil ialah form permohonan cs untuk eUSA, tapi rupanya tertukar dengan form untuk eVenezuela. Duh, mudah2an si latino ini ga ngomel2 deh. “ I’m sorry sir, it’s my mistake,” kataku setengah menunduk meminta maaf.



“It’s ok young man. It’s a common mistake from a yesterday afternoon kid like you,” tak dinyana, tak dikira rupanya dia cukup ramah. Eh, tapi maksud dia tadi itu apa ya? Sejenak ku berpikir tentang perkataannya itu. “What do you mean with yesterday afternoon, sir?” tanya ku curiga. “Well you know, an amateur, newbie” katanya sambil nyengir. Aku berpikir lagi, kali ini dengan lebih keras. Hmmm, yesterday afternoon… Amatir... Pendatang baru…. Oooh, maksudnya anak kemarin sore! Yaelah, ni orang bisa aja bercandanya.

“Oke sir, have a nice day. Sorry if I waste your time,” kata ku seraya bangkit dari kursi. “No problemo, kiddo. Are you sure don’t want eVzla cs? I have some good friends in Congress and I can convince them to accept your request.” Ujarnya sambil mengantarku ke pintu.

Bah! Siapa pula yang tertarik untuk mau jadi warga negara eVenezuela, pikirku. Kalo harus pindah cs, tujuanku jelas, yaitu negara adidaya yg jual barang2 relatif murah, gaji gede untuk dikonversi jadi gold supaya bisa bikin pabrik sendiri, dan yang terpenting persoalan bahasa supaya aku bisa berinteraksi dengan orang sana walaupun vocab ku terbatas diseputaran dunia lendir. Itulah eUSA, Land of The Free, Home for The Brave. “Thanks, but no, thanks sir!” jawab ku singkat.

“Well, if you change your mind…” katanya sambil mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. Sempat ku perhatikan lagi dua bentuk medali dibajunya yang sebelumnya tidak jelas terlihat diruangan gelap tadi. Yang pertama ialah medali dengan gambar sebongkah batu kali didalam lingkaran. Sementara yang satunya medali dengan gambar orang setengah badan dengan dua tusuk gigi bersilang didepannya. Terasa familiar bagi ku tapi aku lupa apa arti medali itu. “…here’s my card. Good luck!” ia menyodorkan kartu nama.

Belum sempat ku baca kartu nama itu, dia sudah menggamit tanganku untuk berjabat tangan. Caranya menjabat tanganku agak kurang lazim, yaitu kedua tangannya mengapit genggaman tanganku. Mirip cara sebagian orang Indonesia, pikirku. Setelah itu buru-buru ia kembali ke ruangannya. Sebelum menutup pintu, masih sempat ia melihat ke arahku. Sebuah senyum jahil dengan ekspresi kemenangan terukir di wajahnya. Dan kemudian, klik! terdengar bunyi slot tanda pintu dikunci.

Aku pun segera pulang dengan menggunakan angkot. Selama perjalanan pulang dari kantor imigrasi, aku mencoba mengingat-ingat lagi arti medali itu. Arrghh… beginilah akibatnya kalo selalu bolos pas ada kelas di IRC yang diselenggarakan kakak-kakak senior TNeI-Akmil yang telah rela mengurangi jatah waktu bertempurnya untuk mendidik prajurit bebal macam ku ini. Hal sepele macam lambang medali aja gak ngerti, mau coba-coba pindah cs segala. “Macam orang bener aja lu,” begitu kira2 kalo kata emak di kampung.

Tak lama angkot yang kutumpangi sudah dekat dengan pengkolan tangsi Akmil. Setelah membayar ongkos aku berjalan menuju lapangan untuk apel rutin jam 00:00 waktu erep. Hmm, berapa menit lagi ya sampai Day Change? Barulah saat itu aku sadar, jam tanganku telah raib. Grrr! Tak perlu waktu lama bagi ku untuk menyadari siapa pelakunya dan bagaimana ia bisa mencurinya. Pastilah si Nagabonar di kantor imigrasi tadi yang mengambilnya saat berjabat tangan dengan ku. Pantes tadi dia senyum2 dan langsung buru2 masuk ke ruangannya. Dasar kau Nagabonarrr!!!

Ini tidak benar. Akan ku tuntut kedutaan eVzla atas delik pencurian. Siapa sih nama orang itu? Oh iya, aku kan punya kartu namanya. Lihat saja, akan ku bui kau! Ku buka dompet ku yang tipis dan butut itu, dan mengambil kartu nama pemberian si Nagabonar. Disitu tertulis sebuah nama dan jabatan yang membuatku merinding:
Zackaryas
CP and Dictator of eVenezuela

________________________________________________________________________________



Note:
Supaya artikel ini dianggap oleh platod sebagai artikel yang ‘related to the game’ sebagaimana misi jurnalis 2, maka sekalian aja deh ane posting cara ganti cs supaya nubie lainnya nanti ga kaya orang o’on pas dikantor imigrasi 😛 Caranya sebagai berikut.
1. Pastikan kita udah keluar dari partai, dan pindah ke region negara tujuan. Kalo bisa region asli.
2. Klik profil kita, trus klik change di kolom citizenship. Nanti keluar formulir yang harus diisi, tentang surat pengajuan cs kita.



3. Setelah diisi dan diproses, tinggal duduk manis nunggu jawaban dari pihak negara tujuan. Peluang permohonan kita diterima MUNGKIN semakin besar kalo kita punya kenalan anggota Cong, CP, atau Diktator yang sedang menjabat. Faktor str dan kepemilikan pabrik MUNGKIN juga akan jadi nilai tambah. ane gedein tulisan mungkinnya karena ane sendiri belum berhasil 😛

Nantikan cerita selanjutnya ya!