Kedewasaan dalam berorganisasi

Day 3,254, 03:13 Published in Indonesia Indonesia by F.22 Kompor

Dalam berpolitik, banyak kepala yang terlibat, namun tetap ada satu kepala yang dimiliki oleh seseorang yang disebut pimpinan, yang akan mengambil keputusan final, keputusan organisasi, yang mestinya dihormati dan ditaati.

Ketika banyak kepala tersebut, umumnya, akan banyak berbeda pendapat menghadapi berbagai situasi dan mencari berbagai solusi. Dan tentu, perbedaan-perbedaan tersebut, cepat atau lambat, dingin atau panas, akan mengkerucut menjadi satu keputusan, mungkin win win solution, atau parahnya ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, pada keputusan final tersebut, keputusan yang sudah menjadi keputusan organisasi, baik direstui oleh seluruh anggota maupun tidak.

Lalu bagaimana sikap yang diambil oleh setiap anggota organisasi atas keputusan organisasi tersebut? Beragam. Jika keputusan itu sesuai dengan visinya, tidak ada masalah di sini, semuanya sudah serasi. Lalu bagaimana jika ternyata keputusan organisasi tersebut tidak selaras atau parahnya justru bertentangan dengan visi pribadinya? Tentu akan ada masalah di sini..

Yang diharapkan, adalah yang menjungjung tinggi kedewasaan berorganisasi. Seseorang yang terlibat dalam organisasi tentunya, atau idealnya, harus memiliki hal ini. Legowo menerima kenyataan bahwa visinya tidak selaras dengan keputusan organisasi. Toh organisasi isinya banyak orang, banyak kepentingan, dan tidak hanya dia yang mempunyai visi pribadi. Idealnya dia bisa menekan ego pribadi, dan mengutamakan, dan tentunya mendukung pelaksanaan keputusan organisasi tersebut, apalagi kita orang Indonesia yang menjunjung asas musyawarah untuk mufakat.

Lantas, bagaimana jika, kalaupun sudah dipaksakan, diri ini susah dan tidak bisa menerima keputusan oragnisasi. Ya sudah, keluar saja, tentunya keluar dengan baik sebagaimana dia datang dengan baik. Selanjutnya, perjuangkan visi anda dengan organisasi lain, tentu dengan cara yang tetap baik.

Sayangnya, ada sebagian individu yang tidak dewasa dalam keluar dari suatu organisasi. Ketika merasa sudah tidak sejalan, dia pun keluar dengan tidak sopan, bikin organisasi tandingan, atau dirikan oposisi, baik secara pribadi ataupun dengan organisasi.

Dan inilah yang kerap kali terjadi di negeri dan eNegeri ini, keluar dari suatu organisasi karena tidak memiliki kedewasaan berorganisasi, lalu membuat organisasi tandingan ataupun menjadi oposisi, melemparkan cela dan opini, mengumbar ambisi pribadi, mengungkit prestasi sendiri, menciptakan perpecahan demi perpecahan, entah sampai kapan..

Maaf jika tulisan ini tidak berkenan, aku hanya sedang belajar dewasa, kamu?