[Story] Become a Father --Part 5

Day 3,571, 16:47 Published in Indonesia Bulgaria by Kecebongs

Become a Father
By : Ziao

Note :
Cerita ini mengandung unsur Dewasa, untuk yang masih dibawah umur apabila ingin membaca harap bertanggung jawab terhadap diri sendiri XD
Apabila ada kesamaan nama, latar ataupun jalan cerita mohon dimaafkan.
Sebelumnya :
Saat itu aku yang aku rasa hanya malu, mungkin dia berfikir bahwa aku ini mesum atau apalah yang sejenisnya. Tapi seketika aku mendengar bahwa Dian berkata “Ehh..” dan lalu melepaskan tangannya yang berada diatas adik kecil-ku dan kembali memeluk-ku. Lagi dan lagi, kita berada dalam situasi diam dan tidak ada yang berbicara sampai kami sampai didepan rumahku.
Baca : Become a Father --Part 4

Seperti biasa, rumahku sepi sunyi tanpa ada siapapun dirumah. Kami sebenarnya punya seorang pembantu dirumah, tetapi tidak menetap dirumah kami. Melainkan hanya datang dipagi hari dan lalu pulang kembali saat pekerjaannya selesai. Seperti biasa juga aku mengajak Dian masuk dan mempersilahkan untuk menduduki salah satu bangku yang sudah tersedia diruang tamu rumahku dan juga bertanya untuk menawarkan segelas minuman penenang tenggorokan yang terasa tercekit akibat perjalanan tadi.

“Kamu mau minum apa?” Tanya-ku dan langsung membuat Dian menoleh kearahku setelah dia menaruh tas-nya disampingnya dan juga melepas jaket yang dia kenakan-nya, mungkin dia kepanasan. Dian-pun menjawab “Apa aja yang dingin” dan aku-pun langsung bergerak menuju dapur untuk mempersiapkan minuman dingin untuk pacar kesayanganku ini.

Dua gelas minuman kini berada diatas nampan yang sedang aku bawa dari dapur menuju ruang tamu. Dari sini dapat kulihat ada sosok wanita anggun. Bertubuh langsing, proposional dengan tingginya yang sedikit tinggi dari rata-rata wanita Indonesia, dan aku pernah berfikir bahwa dia ini cocok sekali untuk menjadi pramugari. Ditambah lagi dengan rambut lurus dan panjangnya yang terbentang tanpa diikat dan tidak kusut itu, dan juga kulitnya yang putih tetapi tidak putih putih banget.. Hmm kuning langsatlah kira-kira, senyumnya juga yang manis terpancar dari bibirnya yang membentuk itu. Entah kenapa terlihat istimewa, terlihat cantik. Ya, mungkin karena aku mencintainya?

Lamunanku akan dirinya terbuyar setelah kaki-ku sudah sampai diruang tamu, kini gelas diatas nampan ini sudah pindah keatas meja. Satu untuk Dian dan satu untuk diriku tentunya. Segera setelah gelas itu kuberikan padanya, Dian langsung meminum minuman yang ada digelasnya. Mungkin dia haus. Aku-pun turut meminum minuman yang sedang aku pegang ini.

Sambil meminum, aku hanya melihat Dian yang sedang meminum minuman digelasnya dari sudut mataku. Terlihat bibirnya yang berbentuk itu menempel pada gelas dan uh sungguh inginku mengecup bibir itu, ingin sekali rasanya.

Selesai sudah waktu minum-minum kita, sekarang Dian sudah mengeluarkan bahan-bahan tugas yang harus dikerjakannya. Aku tidak ada kerjaan sama sekali, jadi aku menyalakan TV untuk membantu membuat suasana tidak terlalu sepi. Selesai Dian mengeluarkan semua bahan, Dian mulai mengerjakan apa yang harus dikerjakannya. Aku sedikit mendekatkan duduk-ku kearah Dian, untuk melihat atau bahkan kali saja ada yang bisa aku bantu untuk mempercepat Dian menyelesaikan bagiannya.

30 menit Dian mengerjakan tugasnya dan kami hanya berdiskusi tentang tugas itu dan aku hanya membantunya sesuai intruksi yang dia berikan. Dan akhirnya juga tugas kami ini selesai. Tugas yang membuat kami tiba-tiba menjadi sepasang kekasih telah selesai. Sedikit lega dan sedikit kehilangan tentunya, kehilangan.. Ya, karena sudah sedikit alasan untuk mengajak Dian datang kesini lagi. Kalau bukan untuk tugas mungkin Dian menolak, pikirku.

Selesai mengerjakan tugas, Dian merileks-kan badannya dengan menyender pada kursi. Merentangkan badannya dan membuatku dapat melihat dengan sedikit jelas lekuk tubuhnya yang selama ini tersembunyi dibalik baju yang sedikit gombrong itu ditambah jaket yang selalu dia kenakan. Dian hampir selalu menutupi tubuhnya, tidak mengekspos tubuhnya seperti wanita-wanita SMA jaman sekarang yang bajunya dikecil-kecilkan agar tubuhnya terlihat. Ya, dia sedikit berbeda, dan baru kali ini aku melihatnya.

Saat Dian hanya bersender pada kursi dan sedang menikmati tontonan FTV sore yang tayang di televisi, aku diam-diam mendekat kearahnya. Aku dengan perlahan memegang tangannya yang lembut itu dan seketika membuat dia menoleh kearahku. Saat dia menoleh dan belum sempat bertanya “Kenapa?” aku langsung mendekatkan wajahku kearahnya dan membuat kami berciuman.

Bibir lembutnya kini dapat kurasakan langsung, lidahku menyapu bersih seluruh permukaan bibir luarnya. Mata-ku yang semula terpejam kini mulai membuka dan memperlihatkan wajahnya yang begitu dekat denganku dan Dian sedang menatapku dengan tatapan kaget. Tetapi aku tidak berhenti disitu, karena aku tidak merasakan perlawanan dari Dian, sama sekali tidak ada penolakan.

Masih dengan kugenggam tangannya, aku melanjutkan mengeksplorasi bibirnya. Seketika lidahnya mulai keluar dari sarangnya dan mulai untuk membalas tarian lidahku yang sedang menari diatas bibirnya. Bibir kami saling bersentuhan dan membuat sebuah sensasi tersendiri yang seketika menjalar keseluruh tubuh.

Aku melihat Dian kini telah menutup matanya dan mulai menikmati permainan lidah kami, dan juga genggaman tangannya sedikit mulai bertenaga. Kini kulingkarkan tangan kiriku di pinggangnya dan membuat kami semakin dekat. Tarian lidah kami-pun semakin liar. Kepala kami kadang ikut bergerak kesana-kemari mengikuti tempo yang semakin lama semakin cepat. Deru nafas kami semakin memburu. Aku-pun mengambil inisiatif untuk menurunkan tempo menjadi seperti semula dan membuat sensasi sentuhan lambat lidah kami semakin terasa, lebih terasa daripada tempo tinggi. Dengan satu tarian mengitari lidahnya, aku menyudahi tarian indah antara lidahku dan lidah Dian.

Nafas kami masih memburu setelah ciuman panas kami. Aku dapat merasakan aroma nafas Dian dimulutku dan membuatku merasakan sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dan ini sungguh menarik.

Aku melihat kearah Dian yang masih mengatur tempo nafasnya untuk kembali normal. Setelah nafasnya terasa sedikit normal, Dian membuka perbicaraan kita setelah ciuman yang menakjubkan tadi.

“Kenapa tiba-tiba?” Tanya Dian padaku tanpa ada rasa marah sedikitpun.
“Kepengen mungkin, tadi ngeliat bibir kamu tiba-tiba gitu deh” Jawabku polos dan membuat Dian senyum dan hampir tertawa.
“Kamu udah pernah gitu sebelumnya?” Dian bertanya kepadaku dengan rasa ingin tau.
“Udah, waktu kita jadian” Jawabku dengan kejujuran, karena memang itu ciuman pertamaku dan ini yang kedua. Aku juga ingin mengetahui apakah sebelumnya Dian sudah pernah berciuman. Aku-pun memberanikan diri bertanya padanya.
“Kamu udah pernah emang?” tanyaku dengan sedikit takut.
“Mmm.. Udah dulu sama mantanku pas kelas 3” Jawab Dian dan membuatku sedikit cemburu.
“Kamu baru pertama kok jago?” Dian seketika bertanya begitu dan membuatku kaget.
Akupun menjawab spontan “Jago apaan? Ngga paham”. Dian merespon dengan pengakuannya yang membuatku kaget lagi. “Dulu aku ciuman sama mantan aku itu cuma gitu-gitu doang, ngga menarik gitu dan sekarang beda banget sama dulu yang pernah aku rasain. Kamu bohong ya? Kamu udah pernah yaa?” Pengakuan Dian dan juga candaan Dian atas pengakuanku bahwa ini yang ke-dua-kalinya aku berciuman.
“Naluri lelaki mungkin” Jawabku polos dan kusambung dengan candaan juga “Tapi sukakan?”

Pertanyaan, pengakuan dan candaan kami ditutup dengan berdekatannya kembali Aku dan Dian dan memulai kembali berciuman dengan masing-masing dari kami menutup mata untuk menikmati setiap rasa saat lidah kami menari didalam rongga mulutku atau mulut Dian.

Aku masih menggenggam tangannya, dia tidak mau tangannya yang ku-genggam ini dilepas. Dengan masih berciuman pula, aku sedikit dorong dirinya yang duduk untuk tiduran diatas sofa empuk yang kami duduk-ki itu. Posisi-ku kini diatas dirinya, Dian membuka matanya dan mata kami saling tatap tanpa kami melepas bibir kami yang masih menyatu.

Aku kembali memejamkan mataku dan menggerakan bibirku untuk menari bersama bibirnya didalam rongga mulutnya, sedikit kudengar ada suara tertahan dari Dian. Genggaman tangan kami yang tadinya sedikit bertenaga kini sedikit mengendur. Aku menggerakan tanganku untuk membelai halus tangannya dan membuat sensasi geli yang dapat Dian rasakan. Saat tanganku mengelus halus tangannya, Aku semakin mendengar suara tertahan dari mulut Dian yang masih menyatu dengan mulutku.

Tanganku kini sudah sampai dibahunya dan dengan perlahan mengelus halus tulang bahu dan menuju tulang selangka-nya yang membuatnya terlihat seksi. Aku membuka mata-ku dan melihat dirinya yang masih memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan tanganku dan juga tarian lidahku. Aku selesaikan ciuman itu dan sedikit mengangkat tubuhku, sekarang aku dapat melihat keseluruhan wajahnya yang memerah.

Aku bertanya dengan sedikit ketakutan karena takut ditolak. “Boleh aku pegang payudara kamu?”. Sambil bertanya aku terus menatap wajahnya dan Dian hanya menganggukan kepalanya tanpa suara. Aku kembali mencium bibirnya dengan lembut dan kembali mengelus tulang selangka-nya yang menonjol itu dan sesampainya ditengah aku mengarahkan tanganku turun kebawah. Kearah buah dadanya yang sangat menggoda.



...BERSAMBUNG...

Tambahan Author :
1. Mohon maaf apabila ada penggunaan kata yang terlalu senonoh sehingga menjadi tidak enak untuk dibaca.

2. Saya sangat senang apabila ada kritik dan saran dari para pembaca terhadap cerita ini. Kritik dan saran pembaca dapat membuat artikel-artikel kami kedepan menjadi lebih baik lagi daripada saat ini.

3. Alangkah lebih bijaknya apabila setiap pembaca melakukan "Vote" untuk mengapresiasi karya Author atau klik "Subscribe" untuk berlangganan artikel kami supaya tidak terlewat update terbaru kami. Kami mengucapkan terimakasih yang mendalam apabila anda dapat meng-Endorse kami.

4. Apabila anda merasa terganggu dengan artikel ini, silahkan PM langsung kesaya.

Terimakasih telah membaca..