[NONE] INTRO The WoRLd

Day 3,731, 16:25 Published in Indonesia Indonesia by AG.Che

Now it's begin, day 3,731

Aku bermimpi tentang bagaimana tubuh ini berdiri di sebuah sisi tebing mengenakan sehelai syal yang membalut leher dengan penuh kehangatan. Hanya saja, apa yang tengah ku lakukan disana? Membisu melihat bentang alam nun jauh di batas pandang, berharap sepasang mata ini menangkap sosokmu di tengah lautan manusia. Tidakkah kau pikir aku mulai bicara seperti pujangga labil di kisah romansa klasik? Sebenarnya aku tak terlalu ingin kau mengatakan ‘iya’, ‘tentu’ atau bergerak dengan laku yang berarti ‘membenarkannya’.

Seperti kataku, malam ini aku menjadi seorang pecinta. Yah.. tentu.. akulah pecinta yang dirundung oleh belaian rindu. Bagaimana tidak, sepertinya kau harus siap mengintip sedikit celah hatiku. Tenang, kau takkan kecewa dengan isinya karena disana bersemayam bayangmu yang sudah terjahit dengan rapi. Mengapa demikian? Aku hanya menyimpanmu dalam kedamaian, sehingga tidak ada kebusukan dunia yang bisa meraih kesucian yang telah lama kau jaga.

Terkadang bayang kehangatan yang kau tinggalkan membulirkan tetes air mata yang tak kunjung dingin. Namun sebelum mataku sempat mengerjap, semesta menyadarkanku bahwa musim itu telah lama berlalu. Kejam bukan? Ia mengisiku dengan kebahagiaan yang ku kira ilusi walaupun itu adalah kebenaran yang mengganggu. Namun begitulah, keseimbangan dan keadilan Sang Maha Kuasa telah mengkhianatiku.

Jika waktu dapat datang dan pergi semudah membalik telapak tangan, mungkin semua orang akan mulai mengubah pandangannya terhadap makna kehidupan itu sendiri. maksudku, seseorang yang tersadar secara penuh akan menyesali setiap detik yang terlewat. Aku pun demikian, sekeras apa aku menolak, takdir selalu menjadikanku korban di liang nestapa. Setidaknya, jika ia ingin mengambil alih jalan seseorang, sisakanlah sebuah senyum dari yang terkasih untuk pecintanya. Sebab kebohongan di masa sulit sedikit banyak mengobatiku yang tak sempat mengatakan ‘terima kasih’.

Apakah itu sebuah keadilan? Tentu saja bukan bagiku yang terlalu egois untuk mendapatkan cinta dari si hamba. Aku yakin Tuhan hanya sedikit cemburu karena kelalaianku saat bermesraan dengan kasih dan sayang sesama penganut-Nya. Mau bagaimana lagi, akulah si hamba dengan kegilaan yang tak mampu menerima kausalitas klasik tentang ‘pertemuan-dan-perpisahan’.

Sebaiknya kita cukupkan omong kosong ku yang semakin menjadi. Sebab kilau matahari telah menumpulkan ingatanku yang berharga. Sebab itulah jalan fiksi dan nyata menjadi jerat spiral tersendiri bagiku yang tak mampu lagi melangkah ke jalan yang seharusnya. Biarpun demikian, tidak ada gunanya mendesahkan napas rindu ketika tahu gulungan film yang kita buat terputus sebelum akhir bahagia tercipta. Mengatakan kenyataan ini sama dengan menabur air laut di lukaku yang masih segar walaupun bulan berganti abad. Terlalu jauh kah? Tapi itulah yang dilakukan sang waktu, ia menjauhkanku dari kehangatanmu yang sirna perlahan.

Ah, aku teringat sebuah kisah dari mimpi lain yang ku tulis pada secarik kertas usang. Mungkinkah kau ingin membacanya? Akan tetapi, mungkin kau tidak akan puas karena isinya seperti genangan lumpur di musim hujan. Walaupun begitu, akan ku tulis juga cerita yang tidak selesai itu kala nada sunyi dari tanah yang dingin kembali bergema.