Sosialisme-Libertarian: Tanggapan Kritis terhadap Materi Kelas Politik Golkus

Day 2,255, 10:18 Published in Indonesia Indonesia by Nietzsche Guevara
"Kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan. Sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan" - Mikhail Bakunin (tokoh anarkis klasik)

1. Basa-basi

Alkisah, suatu hari setelah peperangan yang melelahkan, saya mojok di warung sambil makan gorengan. Sambil menunggu organ pencernaan mencerna makanan sehingga bisa merubah tombol "Recover Energy" menjadi berwarna biru, saya membaca koran bekas bungkus gorengannya. Ya, walaupun koran bekas isi beritanya bisa dipastikan udah gak aptudet, tapi pasti bisa menambah wawasan, apalagi buat nubitol seperti saya yang pastinya harus banyak-banyak belajar.

Saya pun tertarik ketika membaca sebuah artikel yang berjudul [KELAS GOLKUS 2] Politik dan Pemilihan Ketua Partai. Walaupun bukan kader Golkus, tapi saya pikir penting dibaca untuk menambah pengetahuan tentang ranah perpolitikan di e-negara ini, saya semakin berbinar ketika materi kelas politik tersebut membahas tentang sosialisme-libertarian. Ini ide politik yang waw sekali menurut saya. Namun saya harus kecewa, sayang sekali isinya ternyata sedikit tidak sesuai dengan apa yang saya bayangkan dan saya pahami tentang sosialisme-libertarian. (STOP!! Terlalu panjang basa-basinya! Intinya artikel ini akan menceritakan tentang sosialisme-libertarian yang saya tau sekaligus memberikan tanggapan kritis terhadap definisi sosialisme-libertarian dari materi kelas politik Golkus).

2. Definisi Sosialisme-Libertarian

Sosialisme-libertarian sekilas dari namanya, mengkombinasikan dua kata, sosialisme dan libertarian (kebebasan).

Dalam ide-ide politik Marxis, istilah sosialisme diartikan sebagai sebuah sistem politik yang merupakan tahap transisi dari sistem kapitalisme yang sekarang sedang eksis menuju ke sistem komunisme (masyarakat tanpa kelas) yang diidam-idamkan orang-orang kiri. Yang mencolok dari sistem sosialisme ini adalah alat produksi (pabrik, tanah, tambang, dsb) dimiliki secara sosial/umum. Dalam penerapan paham sosialisme, pengelolaan produksi ini umumnya dikuasai oleh negara sosialis (contoh Uni Soviet pada masa Lenin dan Stalin, Cina pada masa Mao Tse Tung, dan sekarang di negara-negara penganut Bolivarian di Amerika Selatan --Kuba, Venezuela, Bolivia, dsb). Berbeda dengan kapitalisme dimana alat produksi dimiliki individu/segelintir orang/korporasi dan harga ditentukan pasar, sehingga cenderung mengarah pada ketidakadilan (kaya semakin kaya, miskin semakin miskin).

Pada prakteknya, ketika negara menguasai segalanya, negara akan cenderung jadi brutal. kepentingan negara selalu harus diutamakan (dengan mengatasnamakan kepentingan umum dan dilindungi hukum). Bakunin dalam tulisannya yang berjudul "Imoralitas Negara" menjelaskan juga bahwa moralitas tidak berlaku bagi negara. Misalnya, manusia tidak boleh mencuri, tapi negara mencuri harta orang lewat pajak. Manusia tidak boleh membunuh, tapi negara justru membantai banyak orang atas nama "kesatuan dan keutuhan negara", dll.

Orang-orang sosialisme-libertarian menolak kekuasaan negara dalam sosialisme. Sosialis-libertarian memilih bebas dari negara dan aturan-aturannya. Alternatifnya, produksi dikelola oleh komune, kolektif, atau serikat pekerja. Keuntungannya dibagi rata ke semua pekerja sesuai kebutuhan dan kerjanya, gak ada pihak-pihak yang cuma ongkang-ongkang kaki tapi mendapat jatah lebih banyak. Pengambilan keputusan juga dilakukan dengan demokrasi langsung, semua pekerja terlibat. Jadi gak ada bos, direktur, atau manajer. Di situlah poin kata "libertariannya".

Apakah Golkus dalam politiknya di eIndonesia memperjuangkan hal-hal tersebut?

3. (Re)Definisi Anarkisme

Kalau kita sering nonton tv atau mengikuti media mainstream, kita akan cenderung mengartikan anarkisme sebagai kekerasan, kekacauan, kebrutalan. Makanya gak heran juga ketika WarankZ menyederhanakan anarkisme dengan kalimat "kalo tdk sesuai dgn hukumnya, ya babat abis". Padahal sebenarnya gak seperti itu. Anarkisme berasal dari bahasa Yunani, a = tanpa; narki/narchos = pemerintah. Jadi anarkisme adalah ideologi yang menolak pemerintah. Sederhananya, anarkisme berarti sebuah kondisi dimana tidak ada seorang pun yang bisa seenaknya mengatur-ngatur hidup orang lain.



Apakah anarkisme berarti tidak ada aturan? Tidak juga, dalam anarkisme, ada mekanisme "demokrasi langsung" untuk perumusan aturan. Semua orang berpartisipasi dan terlibat dalam pembuatan aturan, dan keputusannya diambil secara konsesus. Anarkisme juga menolak hirarki. Jadi tidak ada pihak-pihak yang memiliki pengaruh lebih tinggi dalam pengambilan keputusan tersebut. Berbeda dengan negara dimana hukum dibuat oleh institusi kenegaraan tapi memaksa semua orang harus melaksanakan hukum tersebut (padahal disaat yang sama pembuat peraturan malah jadi kebal terhadap aturan yang mereka buat).

Kalau dalam anarkisme peraturan ditentukan oleh semua orang, apakah mungkin mengatur rakyat banyak dengan ideologi anarkisme?

Anarkis memang tidak percaya dengan pengaturan rakyat banyak. Menyatukan banyak manusia menjadi satu golongan saja (dalam negara misalnya) berarti memangkas banyak perbedaan dan keunikan yang dimiliki setiap individu. Dalam anarkisme, 'institusi sosial' (walaupun tidak tepat juga disebut institusi sih) yang berlaku itu berbentuk 'komune atau kolektif', jadi maksimal cuma beberapa ratus orang aja. Tapi komune/kolektif ini idealnya berjumlah banyak. Nah demokrasi langsung itu dilakukan di dalam kolektif tersebut. Jadi sederhananya kalau kamu gak setuju dengan keputusan yang di setujui secara konsesus dalam kolektif itu, silahkan pilih kolektif yang memiliki sependapat denganmu. Dan kolektif-kolektif ini nantinya akan saling berhubungan melalui sebuah federasi atau serikat.

Sebuah pertanyaan juga bagi partai yang saya tergabung di dalamnya: Apakah PKeI yang berhaluan anarkisme menganut paham-paham di atas?

"Anarki adalah kemerdekaan, dimana kita berhak mengontrol hidup kita secara penuh. Anarki adalah kesetaraan, dimana tidak ada seorang pun yang berada di atas orang lain, semua manusia berada pada derajat yang sama. Anarki adalah saling menghargai, dimana kita menghargai hidup dan pilihan orang lain, sebagaimana kita ingin hidup dan pilihan kita dihargai orang lain. Maka, anarki adalah harmoni, dimana kita menciptakan keindahan dari hidup bersama-sama dengan orang-orang yang memiliki berbagai perbedaan dengan kita." -Masturbasi Distorsi

4. Klasifikasi Sosialisme-Libertarian dalam spektrum ideologi politik (kanan/kiri)

Penggolongan pandangan politik berdasarkan "kiri" dan "kanan" ini awalnya dimulai di parlemen Perancis pada jaman Revolusi Perancis 1789. Jadi waktu itu anggota dewannya blok-blokan gitu, yang mendukung kerajaan ada di sebelah kanan, yang duduk di sebelah kiri mendukung revolusi. Secara umum, kiri itu dianggap pro-kesetaraan sosial sementara kanan pro-hirarki/kasta/tingkatan sosial. Berdasarkan pengertian ini saja justru pendapat om WarankZ tidak tepat dengan mengatakan bahwa "kiri lebih byk mementingkan golongannya sndiri dibanding umum", sementara kanan jauh beliau artikan sebagai "sama dgn mementingkan golongan juga dan itu yg cenderung anakhis dalam arti kalo tdk sesuai dgn hukumnya, ya babat abis".

Spektrum politik kanan/kiri ini dianggap sudah usang karena tidak bisa menjelaskan dimensi ekonomi dan sosial dari sebuah sistem politik secara bersamaan. Sebuah diagram politik yang lebih komprehensif ditawarkan oleh Political Compass (bisa ikut tesnya juga di sini).



Sumbu x (lintang/horizontal) menjelaskan ekonomi (left - right). Sebelah kiri berarti ekonomi dalam sistem tersebut akan digerakkan secara kolektif dan produksi dikelola bersama (baik oleh komune, kolektif, serikat buruh, atau negara). Semakin ke kanan berarti pandangan politik tersebut meyakini bahwa ekonomi digerakkan oleh individu maupun perusahaan yang saling bersaing di pasar bebas.

Sumbu y (bujur/vertikal) menjelaskan dimensi sosial (otoritarian - libertarian). Bagian atas (otoritarian) menggambarkan bahwa otoritas absolut adalah segalanya. Sementara bagian bawah (libertarian) menganggap bahwa kebebasan individu adalah hal yang penting.

Dengan diagram ini kita bisa menilai bahwa sosialisme-libertarian itu letaknya ada di bagian kiri-bawah. Jadi atas dasar apa Bung WarankZ menggolongkan sosialisme-libertarian di kanan-tengah?

5. Ide-ide Sosialisme-Libertarian yang Memungkinkan untuk Diterapkan di E-Indonesia

Untuk bagian ini mungkin senior-senior di e-dunia lebih mahir untuk menjawab setelah membaca paparan nubitol sok tau seperti saya di atas disertai dengan pengalaman memainkan game ini. Namun, satu hal yang paling mungkin diterapkan dan menjadi saran saya untuk gov dari artikel ini adalah mekanisme "Demokrasi Langsung".

Warga e-negara seharusnya dilibatkan dalam berbagai aktivitas politik di e-Indonesia, tidak sebatas pemilihan wakil rakyat dan pemilihan presiden, namun juga dalam setiap pengambilan keputusan yang akan menjadi kebijakan e-negara. Mekanisme game mungkin belum mendukung pada hal ini, namun adanya ruang IRC tentu memungkinkan penerapan demokrasi langsung ini.

Pemerintah bisa membuat jadwal, baik rutin maupun insidental, dimana rakyat dapat berkumpul untuk mendengarkan penjelasan kebijakan-kebijakan yang akan atau harus diambil pemerintah. Dalam forum tersebut rakyat juga bebas mengutarakan pendapatnya, bahkan debat pun dihalalkan selama argumentasinya jelas. Pemerintah lebih bertindak sebagai moderator yang mengarahkan pembicaraan agar on topic dan tetap rasional. Kebijakan yang diambil tentunya harus disetujui oleh SELURUH rakyat yang hadir dan semua harus berkomitmen untuk menjalankan kebijakan yang disetujui semaksimal mungkin.



Jika Golkus tetap memilih membawa label sosialisme libertarian dan PKeI tetap memilih membawa label far-left anarchist sebagai orientasi politiknya, maka sudah seharusnya kedua partai tersebut menjadi garda depan dalam mendorong penerapan demokrasi langsung yang notabene merupakan ide penting dalam politik sosialisme libertarian dan anarkisme di RL.

6. Epilog

Seperti kata om WarankZ, "dengan mengetahui sistem (orientasi politik -red) partai, jadi kita bisa menjalankan fungsi kita di dalam partai itu sendiri ke dalam maupun ke luar". Pemahaman politik yang baik bukan saja menjadi pijakan partai, namun juga bisa menuntun arah dan tujuan partai.

Orientasi politik dalam e-republik ini mungkin bukan hal yang terlalu penting, dalam artian, kita tidak mendapat poin lebih jika menjalankan partai sesuai dengan orientasi politik yang sebenarnya. Demikian juga, tidak ada pengurangan nilai jika ternyata orientasi politik yang dipilih partai tidak sesuai dengan kiprahnya di e-Indonesia. Apalagi mekanisme game juga belum sepenuhnya memfasilitasi implementasi ide-ide dari berbagai orientasi politik yang pilihannya justru disediakan dalam game saat memilih orientasi politik partai.

Saya pribadi berharap pembahasan mengenai politik ini tidak saja bermanfaat untuk lebih meramaikan dan membuka kemungkinan-kemungkinan lain dalam perpolitikan e-negara, namun juga bisa menambah pengetahuan tentang perpolitikan di RL, apalagi tahun ini konon adalah tahun politik di Indonesia. hihi