[TSR] Dear Frontal

Day 1,900, 10:05 Published in Indonesia Indonesia by Revip
Dear Kawan-Kawan Frontal,

Masihkah kalian mempertahankan senyuman manis menghadapi caci maki yang makin lama makin tak beretika?
Kurasa kalian tetap mempertahankannya. Kutau hati kalian memanas, terlebih dengan munculnya artikel dari sapi yang satu ini. Namun kulihat sebagian besar dari kalian tetap teguh pada sikap perdamaian kalian, tentu tetap dengan senyum tulus khas keluarga kita.

Kawan,
Terbuktilah persepsi bahwa mereka yang mengkritik dengan umpatan ialah hater. Munculnya mereka menyebakan kritik menjadi tak sehat. Jauh pandang dari elegan, malah terlihat berbagai kebodohan.

Kawan,
Dahulu mereka yang kita anggap haters selalu mengelak, beralasan bahwa setiap pengkritik kita anggap sebagai hater. Namun sekarang terbukti, hater ya tetaplah hater, berbeda jenis dengan pengkritik cerdas, kusebut mereka (hatter ini) pengkritik bodoh. Ya bagaimana tak bodoh, mereka mengkritik menggunakan emosi, kepala yang panas, bukan akal logika. Namun dengan penggiringan opini, mereka mengemas itu semua seakan keluar dari logika yang tercerdas yang pernah ada.

Kawan,
Terpujilah dengan dogma kebenaran selalu datang diakhir. Dijaman serba edan macam kini semua serba terbalik. Si hitam menjadi putih, dan si putih menjadi hitam. Namun sesuai hukum alam, hitam tetaplah hitam, dan putih tetaplah putih. Meski harus tetap melewati fase pahit, namun kebenaran tetap kekal abadi. Ya dialah sang maha pemenang, takdir kekal dari Tuhan.

Kawan,
Kurasa sutradara dari gerakan hater itu kini sedang memutar otaknya, bagaimana agar mereka dapat kembali menggiring opini publik agar berpersepsi negatif pada kita. Namun macam biasa, tetap pertahankan senyuman termanis kalian, jangan lupa tetap dengan niat yang tulus. Bahkan kini kusarankan opsi lanjutan, berdamailah dengan mereka. Hidup damai lebih indah terbanding penuh permusuhan bukan?

Oh ya, mungkin beberapa dari kalian bertanya. Bagaimana jika kawan haters kita itu malah menolak untuk berdamai?

Tentu mudah kawan, tetaplah tersenyum. Suatu saat dikala mereka akhirnya waras, kuyakin mereka akan membalas senyum kita dengan jauh lebih tulus.
Yang terpenting ialah kita tetap teguh pada sikap kita, mengutamakan damai diatas segalanya. Tak perlulah kita mencari keributan, andakatapun kala kelak kita ditakdirkan menjadi oposisi, gunakan kritik yang cerdas terbalut santun. Sehingga kritik tersebut lebih mengarah kepada membangun terbanding menghancurkan.

Bulan ini menjadi pelajaran bagi kita, telah terasa bagaimana rasanya terkena kritik yang bersifat destroying. Maka janganlah kelak kita terapkan hal tersebut jua pada oposan kita kala mereka berada diatas.
Karna kita disini ada untuk eIndonesia. Tak peduli golongan apapun disamping maupun dihadapan kita, namun bagi kita mereka tetap saudara sebangsa.

Masih ingatkan kalian pada gambar ini?



Teruskan senyum manis tertulus itu, niscaya kebenaran-kebenaran lainnya akan semakin mendekat.

Seribu senyum manis untuk mereka, dari kita, keluarga Front Pancasila

🙂

Salam,