(MOCIY) Pahlawan Nasional : Bung Karno [ Bakar Semangat Pemuda]

Day 1,824, 16:35 Published in Indonesia Indonesia by Bang Jahus Jarzani

Tulisan ini dibuat sebagai media partisipan dalam perlombaan "Artikel Kepahlawanan" yang diselenggarakan oleh "Ministry of Communication and Information" (credit to zbarata ).
Tema : KOBARKAN SEMANGAT PATRIOT – PATRIOT MUDA
Bentuk artikel: Persuasif artikel / mengajak berjuang / semangat



Masih ingatkah kita akan perjuangan Para Pahlawan tanpa jasa yang dahulu berjuang atas nama bangsa dan negara Indonesia?

Mereka adalah para pejuang nasionalis yang harus kita teladani dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak kenal lelah dan pantang menyerah merupakan suatu kelebihan dan modal dalam mengarungi segala cobaan dan rintangan yang datang.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya. Sepertinya slogan itu masih terus merasuk ke hati para generasi muda yang saat ini mengisi kemerdekaan. Semangat kepahlawanan yang rela berkorban, pantang menyerah, percaya pada kemampuan diri sendiri, dan tanpa pamrih akan terus terpatri di hati.

Mengenang Hari Pahlawan merupakan salah satu bentuk penghargaan dan penghormatan kapada para pahlawan atas jasa dan pengorbanan para pahlawan dan pejuang bangsa. Kemerdekaan yang kita raih dan rasakan hingga saat ini, tidaklah datang begitu saja, namun memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa dari para pendahulu negeri ini, baik jiwa, raga, maupun harta. Menghormati para pahlawan tidak hanya menjadi sebuah seremoni belaka. Ada banyak cara untuk menghormatinya.

Tentu saja kita semua mengenal akan sosok Pahlawan Nasional : Soekarno. Ir. Soekarno1 (6 Juni 1901 - 21 Juni 1970) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 - 1966. Beliau memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Beliau adalah penggali Pancasila. Beliau adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.



Beliau aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, diantaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Beliau sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok 'Peristiwa Rengasdengklok'. Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional.

Bung Karno
(Menjabat Presiden 1945-1966)

"Aku adalah putra seorang ibu Bali dari kasta Brahmana. Ibuku, Idaju, berasal dari kasta tinggi. Raja terakhir Singaraja adalah paman ibuku. Bapakku dari Jawa. Nama lengkapnya adalah Raden Sukemi Sosrodihardjo. Raden adalah gelar bangsawan yang berarti, Tuan. Bapak adalah keturunan Sultan Kediri. Apakah itu kebetulan atau suatu pertanda bahwa aku dilahirkan dalam kelas yang memerintah, akan tetapi apa pun kelahiranku atau suratan takdir, pengabdian bagi kemerdekaan rakyatku bukan suatu keputusan tiba-tiba. Akulah ahli-warisnya."

Ungkapan itu disampaikan Bung Karno kepada penulis otobiografinya, Cindy Adam.

MASIH INGATKAH ANDA?

Pada 20 Januari 1963, Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Satu-persatu budaya Indonesia terus diklaim oleh Malaysia. Mulai dari angklung, reog, tari tor-tor hingga motif batik. Ironi, padahal Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, dikenal sangat mencintai kebudayaan Indonesia. Bangsa ini tidak terima dengan tindakan demonstrasi anti-Indonesia yang menginjak-injak lambang negara Indonesia, Garuda.

Untuk balas dendam, Presiden Soekarno melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Soekarno memproklamirkan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato pada 27 Juli 1963. Dengan lantang, orator ulung ini membakar semangat rakyat untuk mempertahankan apa yang kita miliki.
Berikut isinya:

"Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Yoo...ayoo... kita... Ganjang...
Ganjang... Malaysia
Ganjang... Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!"


Terbakar semangat patriotisme bangsa Indonesia mendengar pidato Soekarno itu.
Kedaulatan Indonesia dianggap harga mati bagi Proklamator Republik Indonesia itu.