[SoRE] the big picture

Day 1,194, 00:46 Published in Indonesia Indonesia by Kang Tiban

Sedikit miris juga ngeliat beberapa komen yang hadir di artikel sebelumnya, thx buat riandri dan hyaken atas apresiasinya dalam kata-kata. Kali ini saia akan menyingkapkan sedikit hal-hal yang mendasari kami menerbitkan artikel sebelumnya.


Visi PReI untuk mengembangkan sayap di lima benua bukanlah sekedar slogan biasa untuk mempercantik template di setiap artikel-artikel resmi partai.
Saia ingat betul dalam sebuah perbincangan tengah malam buta (jam 2 saia ingat betul, wkwkwkwk) dengan om bima, serta beberapa senior tua lainnya ketika kami sedang berbincang mengenai isu ekspansi dan tema yang sedang hangat waktu itu (lebih kurang setahun yang lalu) mengenai netralitas militer negara dan isu menjaga perdamaian regional di seputaran indonesia (kalau masih ada yang ingat ketika kita mengeluarkan banyak komentar pada artikel seorang Media Moguler eIndonesia).

“Semua ini dimulai dari visi bermain”, ujar Bima. “Apakah kita ingin ekspansif, defensif, ato ingin menjadi seorang peacekeeper. Dari sinilah sikap dan tindakan kita dapat diambil dengan jelas” lanjutnya.

Visi inilah yang pula mendasari kami bersikap jelas ketika ingin mengambil kebijakan-kebijakan partai dalam menanggapi rencana, proyek, dan kampanye militer negara.

Dalam konteks kekinian Indonesia, sebuah national goal ada di depan mata. Sebuah kampanye militer besar. Yang mau tak mau, kita sadari bahwa untuk menyukseskannya butuh sentuhan tiap warga negara. Mengokupasi Hawaii adalah perkara sulit, tetapi tidaklah terlalu sulit. Bagian penting dan menyulitkan sesungguhnya adalah pasca-ekspansi, inilah tantangan sebenarnya, apakah kita dapat terus merangsek maju, ato paling tidak dapat bertahan, alih-alih bisa saja terpukul mundur dan malah berbalik arah dipaksa mempertahankan tanah air dari agresi. Perang ini berpotensi menjadi kampanye militer panjang dan melelahkan karena kondisi geografisnya dengan segala sumber daya yang dibutuhkan.

Maka datanglah kami dengan inisiatif menyertakan diri.
Karena berbicara mengenai eIndonesia, berarti kita berbicara tentang rakyat indonesia, pemerintah, dan tiap unsur yang sedang dan dapat berperan dalam Indonesia.
Partai sebagai titik konsentrasi massa memiliki peran signifikan dalam penyediaan damage, logistik, dan sumber daya yang dimilikinya.
PReI sebagai salah satu partai terbesar di Indonesia sadar bahwa kami dapat mengambil peran dalam menunjukkan keIndonesiaan kami dan mengejawantahkan visi yang kami pegang selama ini.

Tentu saja saia dapat membaca jelas undangan yang ada bahwa koordinasi telah dilakukan presiden kepada battlegroup-battlegroup yang ada di Indonesia, terlepas itu berasal dari partai atau non partai.

PReI dengan potensi yang dimilikinya datang untuk menawarkan diri awalnya, ketika potensi-potensi yang kami miliki mungkin dapat berguna dalam aspek military damage kader, potensi sumber daya maupun logistik yang kami masing-masing miliki. Adalah sebuah hal yang teramat simpel sekali kalaulah hanya untuk mendeklarasikan ada atau tidak adanya battlegroup.

Tapi dengan itikad bahwa walaupun officially PReI tidak memiliki battlegroup, presiden dan jajaran koordinasinya bisa paham bahwa untuk ukuran sebuah battlegroup, PReI dengan potensi yang dimiliki tiap kader-kadernya dapat diperhitungkan.

Secara implisit sebenernya kami telah menerbitkan di maxihellas potensi yang kami miliki dalam sebuah ikatan partai. Dan dari perjalanan sejarah eIndonesia dapat terbaca bahwa PReI memang tidak mengambil kebijakan membentuk sebuah battlegroup partai karena polarisasi keinginan dan cara bermain kader-kadernya (Karena itulah hampir tiap kader baru didorong untuk bergabung dengan AbeRI). Tapi dari sejarah pun kita dapat membaca bahwa dari tangan dingin kader-kadernya telah terbentuk dan lahir battlegroup-battlegroup dengan partisipasi aktif signifikan di tiap-tiap masa-nya.

Menyikapi kebijkan presiden, kami menganalisa mungkin karena ingin mengoptimalkan agar tak ada damage yang hilang, hingga menyebabkan diambilnya kebijakan: hingga saat ini hanya battlegroup swasta yang dikoordinir negara, atau mungkin untuk memperkecil kemungkinan battlegroup malah tak ikut serta dalam kampanye militer ini, alih-alih terjadi kontra-militer dengan rencana aksi negara.

Walaupun kita sadari betul bahwa pendirian battlegroup swasta diharapkan dapat mandiri dalam sisi pendanaan dan distribusi logistik dan tidak menggantungkan diri pada negara, sebuah prinsip ideal.
Bahwa telah ada aberi sebagai battlegroup resmi di bawah komando presiden dan dibiayai negara, sehingga menjadi tantangan bagaimana menarik sebanyak mungkin warga untuk bergabung dengan ABeRI agar kian kokoh dalam hal koordinasi komando perang dan logistik.

Mungkin karena ini situasi istimewa, darurat perang, sehingga presiden mengambil kebijakan koordinasi logistik dengan battlegroup-battlegroup swasta, walaupun bisa saja kita mengambil isu politis pada kebijakan ini dalam posisinya sebagai pejabat politik.

Dalam perencanaan perang mungkin Presiden dan jajarannya telah berhitung-hitung dalam melakukan persiapan. Marilah sedikit melihat statistik perang yang hadir dalam beberapa waktu belakangan ini:

http://www.erepublik.com/en/newspaper/from-the-shelf-183401/1

Saia tak akan mengulas angka-angka itu di sini, karena akan membuat artikel panjang ini makin panjang aja, tapi dari statistik tsb akan sangat jelas terlihat berapa kekuatan dan berapa potensi yang dimiliki pihak-pihak yang akan berhadapan. One by one, atau one against many, dan allies against allies.

Jelas betul bahwa kekuatan sesungguhnya dalam rounded wall war system seperti saat ini dapat dimenangkan oleh negara yang mengoptimalkan setiap potensi hit and firepower. Bagaimana negara dapat mengerakkan warga negara turun dengan persenjataaan, atau paling tidak menggerakkan warga untuk dapat melakukan maksimal hit dalam sehari.

Adalah sebuah kenaifan untuk menjalankan perang ini sendiri.
Seperti sebuah kenaifan pula dalam menafsirkan artikel-artikel kami hanya sebagai bentuk kekecewaan kami secara gramatikal.
Secara semantik kami ingin menegur, bahwa Presiden mungkin lupa, bahwa potensi militer Indonesia bukan terdiri dari Aberi dan battlegroup saja…
bahwa kekuatan sesungguhnya berada pula pada milisi-milisi yang turun bersenjata, mereka yang tidak bergabung dalam aberi ataupun battlegroup.




Bagaimana solusinya, itulah yang sebenernya ingin kami koordinasikan di awal kedatangan.
Kami ingin menunjukkan big picture bahwa sesungguhnya bahwa perang ini dapat optimal kita persiapkan bila setiap titik-titik konsentrasi massa dapat dipersiapkan dan mempersiapkan diri dalam pertempuran


Racun mematikan institusi negara bukan ketika rakyat mengeluarkan suara-suara kekecewaan dalam protesnya, tetapi kematian negara sesungguhnya dimulai dari terbitnya apatisme hingga tak lagi ingin bersuara.

So its up to you, Mr president…

apakah big picture seperti ini hanya untuk mempercantik kata-kata aja...


We’re still Cool, Calm, and Confident…

Ps: oh ya…
Big picture lainnya adalah


365 days of qriepiek ... \o/