[SoRE] asumsi - asumsi

Day 1,139, 05:59 Published in Indonesia Indonesia by Kang Tiban

Sebelumnya mohon maaf bila mungkin tidak pada tempatnya saia menuliskan hal-hal yang mengganjal di hati ini. Mungkin akan lebih baik bila kita berkomunikasi yang sehat, dibandingkan dengan kecaman-kecaman, makian di shout, ataupun komen-komen yang menyudutkan terlihat beberapa jam terakhir ini.

Mengutip dari istana,
Mungkin masih ada yang tidak setuju dengan keputusan peace treaty dengan eAustralia. Perlu kita ketahui bahwa war melawan eAustralia sendiri telah menghabiskan hampir separuh dari treasury kita di NBI (pemasukan rata-rata sehari adalah 10.000 IDR, sekarang hari ke duapuluh lima pemerintahan saya, dan kita sudah melakukan 2x cetak IDR masing-masing sebanyak 100.000 IDR) dapat dihitung sendiri biaya perang untuk mengatasi RW yang terjadi hampir setiap hari dan merebut balik kembali region yang kita butuhkan. Untuk Itulah keputusan berdamai dengan eAustralia diambil, dan kita hanya hold region penting yang kita butuhkan saja. Kedepannya diharapkan kita dapat dengan tenang leluasa menjalankan kampanye militer, tanpa harus bergumul dengan tetangga diselatan (asal tahu saja, ada rumor yang mengatakan EDEN/Bro sengaja membuat kita berlama-lama dalam konflik Indo-Aussie sehingga Indo ngga bisa gerak kemana-mana. strategi yang cukup masuk akal, salah satu pertimbangan besar mengapa pilihan ini saya ambil)

Asumsi-asumsi dasar yang saia pelajari dari sebab pelepasan region ini melalui klarifikasi istana terakhir adalah :
1. booster region tetap terjaga.
2. gangguan dari selatan yang menyedot banyak dana perang, damage, dan perhatian. Sehingga bisa mengganggu rencana kampanye militer ke utara dan atau membantu ally di eropa.

Sejumlah issue pun ditambahkan sebagai rasionalisasi, di antaranya: issue cetak IDR, issue deal yang akan dilakukan presiden berikutnya, issue (rumor) strategi EDEN untuk menahan Indonesia dalam konflik berkepanjangan.

Gangguan dari selatan,
Sebagai negara yang mengokupasi region negara lain, adalah sebuah hal yang wajar apabila terus terjadi resistance war. Kita pun tak dapat mensyaratkan penutupan kemungkinan resistance war ataupun serangan dengan modul peace treaty yang ada.

Kalaupun tidak oleh penduduk negara yang bersangkutan, resistance dapat dilakukan oleh siapa saja, mengingat biaya untuk membuka resistance war tidaklah terlalu besar.
Untuk mengganggu konsentrasi Indonesia di masa yang akan datang, cukuplah satu dua prajurit EDEN diberi modal gold untuk membuka resistance war, dan pemerintah australia dapat berlepas tangan dengan dalih ini dan itu.

Kita hanya berpegang pada komitmen awal antara beberapa politisi indonesia dengan beberapa politisi australia. Seperti kita di sini, di australia pun akan terus ada pemain-pemain dengan orientasi dan paradigma yang mungkin akan sangat jauh berbeda dengan politisi australia yang sekarang sedang membuat komitmen dengan kita. Karena konsensus nasional tidaklah menjadi opsi dalam erepublik.

Begitu pula halnya dengan unset natural enemy, setelah region-region australia dikembalikan, kelak akan ada pergantian presiden, presiden dapat berganti ataupun digulingkan, dan kebijakan nasional menyangkut hal ini dapat mentah kembali karena pergantian kekuasaan dan arah kebijakan presiden dan pemimpin-pemimpin baru australia.

Bagaimana bila hal ini terjadi?
Tinggal serang lagi, lalu ratakan.

Yup, artinya kemungkinan ini akan selalu terbuka. Gangguan dari selatan merupakan konsekuensi logis atas pendudukan kita terhadap australia. Dan akan dapat selalu dijadikan alat bagi Australia dan kroni-kroni nya untuk mencegah langkah ekspansi eIndonesia selanjutnya, terutama setelah australia kembali mendapatkan MPP nya dengan negara-negara lain. Adalah sebuah kebodohan bagi Australia, memiliki border dengan eIndonesia tanpa bantuan pertahanan dari negara-negara besar.

Big Point is SELATAN AKAN SELALU MENJADI POTENSI YANG DAPAT MENGHAMBAT PERGERAKAN eINDONESIA

Mengenasi issue IDR
Mengenai rasionalisasi pak presiden mengenai issue idr menyangkut dana perang dengan Australia, sedikit ingin saia ingatkan bahwa issue idr merupakan sebuah kebijakan yang harus dilakukan pada saat itu untuk menahan laju terlalu menguatnya nilai IDR terhadap gold yang dapat berdampak buruk pada kondisi perekonomian. Deflasi. Tentu kita masih mengingat periode ketika admin melakukan perubahan dalam sistem konsumsi 300 health dalam sehari, dan fitur bonus recovery health 100 setiap kenaikan military rank, yang implikasinya tampak pada bertambahnya gold di eworld dan penguatan mata uang di sebagian besar negara di eworld. Dengan atau tanpa RW di australia, issue idr adalah sebuah kebijakan moneter mutlak untuk menstabilkan nilai tukar mata uang.

Mengenai aliansi dan ekspansi,
Untuk mengingatkan kembali, perubahan mendasar pada sejumlah modul war mengakibatkan war yang berkepanjangan di eropa, cyclic war, war yang itu itu terus dari hari ke hari. “Hungaria – Swedia – Romania”, “Serbia – Kroasia, Turki – Greece”, dan untuk kita, “Indonesia – Australia”, baik melalui open war maupun resistance. Perubahan modul war, seperti penghilangan swap region, aturan MPP baru, hingga unlimited wellness box berpengaruh signifikan dalam hal ini, dan berdampak langsung pada stagnan-nya operasi-operasi ekspansi militer pada beberapa negara besar.

Runtuhnya aliansi pun, merupakan hal yang tak terhindarkan. Perang yang itu-itu terus dan selalu menjadi prioritas aliansi mengakibatkan kebosanan, prioritas aliansi pun terkadang berhimpit dengan prioritas masing-masing negara anggota setelah perubahan high region menjadi booster region. Tak terhindarkan, aliansi bertubuh besar dengan jumlah anggota yang banyak menjadi tak signifikan dalam menunjang program-program ekspansi masing-masing negeri. Aliansi tak lagi begitu produktif dan konstruktif dalam national objective masing-masing negeri. Lagi pula, new world order mutlak dibutuhkan agar kita tak kebosanan bermain dalam war dan aliansi yang sama berkepanjangan.

Ekspansi ke Utara,
Dalam upaya mencari tambahan booster region, dan demi menjaga visi dan semangat bermain, upaya ekspansi ke utara mutlak dilakukan agar senantiasa terbarui tujuan-tujuan pribadi pemain dan tujuan nasional.

Tapi bila kita berbicara strategi militer dalam upaya-upaya okupasi dan pendudukan region-region baru berikutnya. Memberikan satu region saja kepada Australia seperti memberikan potensi open war gratis melalui modul natural enemy saat ini.

Sejumlah kemungkinan selalu dapat terjadi. Australia dengan sejumlah MPP negara besar yang aktif, seperti Amerika, Kanada, Greece, Polandia, Kroasia, dan Romania misalnya akan lebih merepotkan eIndonesia dari selatan.

Atau kemungkinan terburuk, ketika eIndonesia diserang full power dari selatan, lalu Amerika merangsek dari tibet, chongqing, dan chubu atau Polandia dari zhejiang (atau bahkan China yang sekarang bercokol di karnataka) melakukan serangan demi serangan untuk sampai ke border eIndonesia, seperti tempo lalu, berusaha meratakan, atau sekedar ingin lewat untuk sampai di region Australia atau mengambil satu dua region New Zealand (setelah kader USWP gagal dalam pilpres NZ bulan lalu) dan menjadi penyeimbang kekuatan di selatan. Hal ini akan lebih merepotkan.
Ekspansi ke utara pun tak dapat kita bilang akan lebih mudah dengan atau tanpa melepaskan region-region Australia. Melalui open war menuju utara, kita masih akan berhadapan dengan Amerika dan Polandia yang selalu berjaga-jaga untuk menghentikan langkah kita menuju eropa atau menjadikan Jepang dan China sebagai jembatan menuju amerika.

Ekspansi akan terus melahirkan potensi borosnya dana perang, dengan open war ataupun resistance dari region-region yang kita ambil. Dan akan selalu begitu, karena perang merupakan fitur sentral dari permainan ini. Ketidaksiapan pada resiko ini merupakan indikator belum siapnya kita dalam melakukan ekspansi dan okupasi.

Hal yang lebih sangat saia sayangkan, adalah Resistance terlebih dahulu terbuka sebelum rilis resmi dari istana

Komunikasi, klarifikasi seolah formalitas belaka bagi pimpinan negara.
Rakyat diberi kebijakan yang tak dapat dibantah. An order we cant refuse. Proses komunikasi dianggap sebagai ajang menampung sumpah serapah warga saja, mungkin itu yang mendasari cara berkomunikasi pimpinan negara dengan rakyat yang dipimpinnya. Kebijakan ini keluar tiba-tiba, dan yak… tak ada pola komunikasi dua arah kecuali hanya berupa tanggapan-tanggapan rasionalisasi sebagai pembenaran kebijakan. Pemimpin tak benar-benar ingin mendengarkan rakyatnya. Hanya ingin terlihat mendengarkan.

War yang berjalan di tengah malam pun menjadi sebuah tanda tanya besar, seberapa urgennya resistance ini sampai-sampai harus dilakukan segera tadi malam. Dalam asumsi kasar, pemerintah sebenarnya tak ingin kebijakan ini digagalkan, tak ingin ada penentangan, sehingga resistance dimulai pada jam terbaik, pada saat warga tidur. Bagaimana kita bisa menjalin koordinasi yang baik, atau dalam salah satu shout yang saia baca, bagaimana bisa main kompak, bila pola komunikasi dipertahankan seperti ini. Rakya dipaksa menjadi reaktif. Perbedaan asumsi atau rasionalisasi kurang diberikan ruang dalam proses pengambilan kebijakan. Hanya ketika deadlock, pemimpin menyertakan partisipasi warga dalam proses pengambilan keputusan.


Itulah sejumlah asumsi yang menggerakkan saia, setelah selama 305 hari sejak terdaftar 3 Maret 2010 di BattleGrup #1 ABeRI, akhirnya berperang berlawanan dari order yang diberikan pimpinan. Saia akui hal ini merupakan kesalahan, dan saia siap menanggung konsekuensi yang akan diberikan oleh petinggi-petinggi atas perbuatan saia.



Hanya naluri alami saia sebagai seorang prajurit yang terlatih bukan saja untuk mengikuti perintah pimpinan, tetapi untuk mengutamakan sebesar-besar manfaat bagi negara di atas kepentingan lain yang mendasari perbuatan saia. Pimpinan bisa saja salah, saia pun bisa saja salah, tetapi setinggi-tinggi manfaat bagi negara adalah di atas segalanya. Karena Pimpinan bukanlah Negara, bukan eIndonesia, eIndonesia adalah yang mengalir di darah dan menggerakkan langkah. Dan bila melakukan yang terbaik menurut saia bagi negara adalah sebuah kesalahan, maka sebuah kebahagiaan menjadi orang yang salah.

Rakyat tidaklah bodoh hanya karena mereka diam.
Rakyat hanya terlihat bodoh ketika mereka berbicara tetapi tetap diabaikan.



qriepiek
I am SoRE.. !!
~S0und Of RebEL~



Ps: mohon maaf atas kelancangan, artikel ini mungkin saja salah, seperti kemungkinannya untuk menjadi benar