Hotel Angker Di Jember

Day 4,443, 04:06 Published in Indonesia Russia by Totem Wolf

[img]https://prnt.sc/qpsa45[/img]


oke langsung kita mulai ya

cerita gw ambil dari briistory

Sekitaran Maret atau April 2007, gw road trip ke Bali bareng Rai, Deddy, dan Ali. Rencana yang memang sudah kami rancang jauh-jauhari sebelumnya. Sengaja untuk gak milih tanggal musim liburan, supaya gak terlalu ramai wisatawan dan hotelnya juga gak terlalu mahal.
.
Kami berempat memang hobi jalan darat, menyusuri jalan dan tempat yang belum pernah dikunjungi. Sama juga dengan perjalanan ini, kami sengaja gak melalui jalan yang biasa orang-orang lalui, cari jalan pedesaan di selatan Jawa.
.
Singkatnya, perjalanan pun dimulai.
.
Dari awal kami merencanakan untuk mampir di Jogja, untuk menginap satu malam di kota gudeg ini.
.
Dulu, gw udah pernah cerita tentang pengalaman kami ketika bermalam di satu hotel di Jogja, hotel yang cukup menyeramkan.
.
Nah, malam ini gw akan cerita setelah bermalam di Jogja, masih dalam perjalanan menuju Bali.


Kanan kiri tampak seperti hutan yang cukup rindang, tapi belum bisa disebut hutan belantara karena matahari masih masuk dengan sinarnya yang terang. Jalanan yang kami lewati letaknya seperti berada di bawah, kanan kiri datarannya lebih tinggi, seperti membelah gunung. . “Buset, ini ke mana ya? Apa kita gak balik lagi aja Brii?” Rai mulai gelisah, tapi idenya yang menginginkan kami untuk putar balik gw tentang. . “Jangan dulu, tanggung, udah nyaris satu jam kita di jalan sepi ini.” Oh iya, jalanan sepi, sangat sepi, sama sekali gak ada kendaraan yang melintas, entah itu motor apa lagi mobil. Sementara itu jalan semakin kecil dan terus mengecil sampai akhirnya hanya dapat dilewati oleh hanya satu kendaraan kecil saja. . “Udahlah, muter aja Brii, serem nih tempatnya.” Ali akhirnya buka suara, sedari tadi dia hanya diam, seperti merasakan atau “melihat” sesuatu. .
Benar, suasananya sudah mulai aneh, kami seperti melewati satu tempat antah berantah, sepertinya gak mungkin di pulau Jawa masih ada daerah yang masih gak berpenghuni. .
Sepi, hening, padahal jendela mobil kami buka sebagian, hanya suara mesin mobil yang terdengar. .
Akhirnya, dari kejauhan terlihat ada seorang laki-laki yang mengendarai sepeda onthel, berjalan ke arah kami. Kami bisa bertanya ke orang itu tentang arah jalan. . "Pak, jalan tanah seperti ini masih jauh gak ya?" Tanya gw ke bapak itu ketika kami berpapasan dan meghentikan mobil. .
"Sebentar lagi mas, ada pasar sekitar 15 menit lagi. Ikuti jalan ini saja.." jawab bapak itu dengan logat jawa kentalnya. .
Setelah itu kami lanjut, sedangkan bapak bersepeda itu berjalan ke arah belakang, lalu menghilang di belokan. .
Kami mengikuti sarannya, dan benar saja, beberapa saat kemudian kami melihat kermaian. Cukup lega, karena akhirnya kami meihat tanda-tanda kehidupan. . ***


Ketika sudah semakin dekat tempat yang cukup ramai itu, semakin terlihat jelas tempat itu berbentuk apa. Mobil sengaja gw jalankan dengan sangat pelan. .
Ternyata, itu adalah pasar, jalan yang membelah di tengahnya ternyata juga masih jalan tanah, belum jalan aspal seperti apa yang dibilang bapak pesepeda onthel tadi. .
Kanan kiri jalan ada bangunan dengan fungsinya masing-masing, sebagian besar adalah toko yang menjual macam-macam barang. Di emperan toko ada beberapa penjual juga, yang menjajakan dagangannya di atas teras toko. .
Tapi ada yang aneh, membuat kami berempat terkesima. Setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata bangunan yang ada di pasar itu berbentuk bangunan tempo dulu, seperti bangunan di kisaran tahun-tahun awal 1900-an. Sebelum Indonesia merdeka. .
Orang-orangnya pun berpakaian seperti orang jaman dulu, yang wanita banyak yang berkebaya. .
Kendaraan bermotor yang melintas hanya kami, selain itu hanya sepeda dan kereta kuda, kendaraan roda dua pun gak terlihat. .
Sebelah kanan , di balik deretan toko-toko yang bercat putih, ada sungai yang mengalir. .
Sungai yang cukup besar yang airnya bersih. Di atas sungai itu terlihat beberapa perahu hilir mudik dengan tujuannya masing-masing. .
Entahlah, itu pemandangan yang cukup unik buat kami.. . "Ini kota apa ya?, kok aneh.." Pertanyaan Ali memecah kesunyian. "Kita masih nyasar, kota ini gak ada di peta.." jawab Rai, sambil melihat-lihat ke luar. "Gimana kalo kita berhenti dulu, udah jam makan siang nih.." Gw memberikan saran, karna perut sudah mulai keroncongan. .
Semua setuju.. .
Gw lalu menghentikan kendaraan tepat di depan warung nasi pecel yang ada di sebelah kiri jalan. .
Kami semua turun ***

Siang itu udara cukup panas, matahari hampir tepat di atas kepala, sinarnya menyengat membakar kulit. . "Bu, nasi pecel empat ya" Rai bicara ke Ibu penjual yang duduk di balik meja hidangannya. .
Ibu itu menjawab menggunakan bahasa jawa yang sangat halus. Kami berempat hanya saling berpandangan tanpa tahu harus menjawab apa, karena sama sekali gak mengerti apa yang ibu itu bicarakan, sama sekali gak mengerti. .
Selama mempersiapkan pesanan, ibu itu terus bicara, disertai dengan senyum dan tawa sekali-kali. Kami hanya tersenyum-senyum saja mendengarnya, ya karena gak tahu mau bicara apa. .
Hingga tiba saatnya ketika makanan tersaji di meja, dengan lahap kami langsung menyantapnya. Nasi pecel yang cukup enak, enak sekali malah. .
Ketika sedang menyantap makanan, ibu penjual pecel tampak berbicara kepada kami. Dan tentu saja, kami tetap gak ngerti apa yang beliau katakan, kami hanya tersenyum sambil menjawab "Iya.." sekali-kali. .
Beliau berbicara sambil menunjuk-nunjuk ke belakang warung, kemudian berjalan keluar melalui pintu belakang. Karena itulah kami bisa menebak mungkin ibu itu bermaksud berpamitan untuk meninggalkan warungnya sebentar. .
Setelah selesai makan, kami tetap berbincang di dalam warung, warung kecil yang gak ada pengunjung lain selain kami. Sekitar lima belas menit kami menunggu ibu itu kembali, cukup lama dan mulai gelisah, karna saat itu sudah harus melanjutkan perjalanan lagi. .
Di sela-sela perbincangan, belakangan baru tersadar kalau ada yang aneh dengan kota ini. .
Suasananya menjadi sepi. .
***


"Di luar sepi, gak ada orang.." Ali memecah kesunyian, sambil melayangkan pandangan ke luar. .
Perasaan gw mulai gak enak, karena sama sekali gak terlihat ada orang, seperti kota mati. . "Yuk ah cabut aja, hawanya mulai gak enak..", gw berdiri dan meletakkan selembar uang 50ribu di atas meja. .
Kami buru-buru masuk mobil dan pergi dari tempat itu. Gw mengemudikan mobil sedikit cepat, sebisa mungkin segera menjauh. . "Itu ibu tukang pecelnya nongol.." Deddy membuka omongan sambil melihat ke arah belakang. .
Dari kaca spion gw juga melihat ibu itu dari kejauhan, dia berdiri sambil melambaikan tangan. Gw gak memperdulikannya, tetap mengemudikan mobil, menjauh. .
Kira-kira lima menit kemudian, kami kembali memasuki hutan, hutan yang bentuknya sama dengan yang kami lalui sebelum memasuki kota yang cukup aneh itu. .
Suasana kembali hening dan sedikit gelap, karna pepohonan kembali rindang. .
Gw lihat dari kaca spion, Ali sudah mulai terlihat komat kamit membaca doa. Gelagat Ali yang gw gak suka, kalau sudah seperti itu berarti dia merasakan atau malah melihat sesuatu. Gw akhirnya ikutan berdoa agar kami dapat cepat menemukan jalan keluar dari hutan itu. .
Beberapa saat kami terdiam dalam lamunan masing-masing.. .
Alhamdulillah, sekitar 15 menit kemudian kami menemukan jalan beraspal, sudah terlihat rumah penduduk juga. Akhirnya keluar dari hutan itu. .
Entahlah, gw sampe sekarang gak tahu itu kota nyata atau nggak. Kota yang gak terlihat di dalam peta. Tapi yang gw ingat, gak lama setelahnya, kami memasuki daerah yang ada di peta, Tegalombo namanya. . ***


Sebenarnya kami menargetkan kalau sebelum tengah malam harus sudah sampai di Banyuwangi, merencanakan untuk bermalam di kota itu, dan melanjutkan perjalanan esok paginya. .
Tapi rencana tinggal rencana, karena entah kenapa kami malah nyasar sekali lagi, kali ini kami berputar-putar di Lumajang. Hingga akhirnya memutuskan untuk mencari masjid untuk sholat di kota itu. .
Sekaligus beristirahat sejenak setelah perjalanan seharian. .
Sekitar jam sembilan malam kami melanjutkan perjalanan, .
Jember adalah tujuan berikutnya. . “Mau nginep lagi di Jember apa lanjut Banyuwangi nanti?” Di antara Lumajang dan Jember gw membuka percakapan. . “Liat nanti aja deh Brii, kalo memungkinkan ya lanjut aja.” Begitu saran Rai. .
Perjalanan Lumajang Jember seharusnya hanya memakan waktu dua jam, tapi karena udah agak capek dan mengantuk maka gw memacu kendaraan dengan kecepatan sedang, gak terlalu cepat. Disamping itu, gw juga sama sekali belum mengenali medan, gak berani untuk ngebut. .
Beberapa kali berhenti juga untuk ke toilet dan mengisi bensin mobil, akhirnya batas kota Jember kami lewati, jam dua belas lewat sedikit. . "Kayaknya harus cari hotel deh, gw capek banget, gak apa ya?" .
Capek, ngantuk, lemas, semua karna gw kurang tidur malam sebelumnya, ditambah nyaris 18 jam nonstop mengemudi tanpa bergantian. Gw nyerah, harus istirahat, lantas teman-teman setuju, akhirnya memutuskan untuk cari hotel. .
Di sini mulai seru.. . ***

Jam dua belas lewat tengah malam, kami menyusuri jalan sepi kota Jember. Awalnya, pusat kota yang menjadi sasaran kunjungan, alun-alun masih ada sedikit kehidupan, beberapa angkringan menjajakan dagangan kepada beberapa gelintir pengunjungnya. .
Tapi, secara keseluruhan kami menyukai kota ini, bersih dan indah, suasananya sangat "Jawa". .
Oh iya, Sesampainya di Jember sudah dua hotel kami masuki, hotel pertama gak layak, hotel kedua gak sesuai budget, dua hotel itu letaknya gak jauh dari alun-alun. Setelahnya kami memutuskan untuk lanjut ke arah timur kota, sedikit demi sedikit menuju ke luar Jember. .
Sampai akhirnya kami masuk ke satu hotel di daerah Mayang, kalo gak salah daerah ini sudah agak di luar Jember. Letaknya di sebelah kanan jalan, tanda hotel hanya papan kayu berwarna putih ukuran satu kali dua meter kira-kira. .
Pagar depan hotel hanya berbentuk tanaman yang dibuat sedemikian rupa menjadi pagar memanjang, menutupi halamannya yang luas. Beberapa pohon besar berdiri kokoh di halaman, pohon yang kelihatan sangat gelap karna sama sekali gak ada penerangan. .
Sekitar beberapa belas meter kemudian ada lahan luas yang sepertinya diperuntukkan sebagai tempat parkir, hanya beberapa kendaraan yang terlihat, sepi.. .
Gw dan Rai turun dari mobil, sementara Deddy dan Ali tetap di dalam mobil. .
Lalu kami berdua berjalan menuju lobby yang letaknya berada di dalam bangunan utama, gak jauh dari tempat parkir. . "Sepi amat nih hotel." .
Rai membuka pembicaraan ketika kami sudah berada di depan meja lobby yang kosong melompong. .
Ruangan tempat di mana lobby berada pun sangat sepi, sama sekali gak ada orang. Ruangan besar yang berisi meja kursi mengarah ke lemari tv yang dalam keadaan mati. . ***

Gw coba memencet bel, memanggil petugasnya, namun gak ada jawaban. .
Ketika bel dibunyikan untuk kedua kali barulah ada orang yang keluar dari ruangan di belakang lobby, seorang pemuda berumur belasan tahun, dengan tampang menahan kantuk. . "Masih ada kamar kosong?" Tanya gw. "Masih ada mas," Jawab si mas penjaga. "Boleh lihat dulu?" "Boleh, mari silakan." .
Lalu kami berjalan ke arah belakang bangunan. .
Hotel ini gak seperti hotel pada umumnya, bentuknya seperti rumah besar kuno dengan banyak kamar di dalamnya. Jalan kami menuju kamar yang akan dilihat pun cukup jauh, melalui beberapa belokan, beberapa bagian seperti melewati gang sempit yang hanya cukup dilalui satu orang aja, kebayang kan ya? .
Hingga akhirnya, beberapa menit kemudian mas penjaga bilang, "Itu kamarnya di ujung." sambil menunjuk ruang gelap di pojok bangunan. . "Memang kamar penuh semua mas? Sampai harus di kamar paling ujung?" Tanya Rai. .
Si mas penjaga bilang, hotel gak penuh, hanya saja yang siap pakai hanya kamar di belakang itu. Baiklah, kami menurut aja. .
Posisi berjalan kami berbaris, mas penjaga paling depan, gw di belakangnya, Rai di belakang gw. Nah, ketika sedang berjalan dan lewat depan salah satu kamar, yang letaknya di sebelah kanan, gw melihat sesuatu. .
Kamar ini tirai jendelanya terbuka, jendela dengan kaca nako transparan tertutup. Karna tiranya setengah terbuka, gw jadi bisa melihat isi kamar itu. Lampu kamar menyala redup, tapi masih sanggup menerangi. .
Nyaris berhenti melangkah ketika di dalam kamar gw melihat ada perempuan yang sedang menyisir rambut panjangnya secara perlahan, dia duduk di ujung tempat tidur menghadap tv yang dalam keadaan mati, membelakangi kami. .
Pemandangan yang cukup bisa membuat gw terpana merinding, itu manusia apa bukan? .
Reflek gw menoleh ke belakang, ke arah Rai. .
Raut wajah Rai mengatakan kalau dia melihat pemandangan yang sama. Rai tersenyum, tapi ada kecemasan. . ***

Lalu kami meneruskan berjalan, dengan pikiran yang masih bertanya-tanya, itu tadi manusia atau bukan? . "Ini kamarnya mas," Ucap si mas penjaga ketika beberapa saat kemudian kami sampai di kamar paling pojok belakang. .
Gw dan Rai sudah gak fokus lagi untuk melihat kamar, pikiran kami masih tertuju kepada perempuan yang sedang menyisir rambut tadi. .
Begitulah, gambaran kamar yang kami lihat adalah kamar besar dengan dua tempat tidur dengan meja yang di atasnya ada tv tua, lampu kamar sangat redup, mungkin hanya lima watt. .
Gw sama sekali gak tertarik lagi dengan kamar ini, gak tertarik untuk tidur di hotel ini, gw yakin Rai juga sama. .
Setelah sedikit berbasa-basi kami meminta untuk kembali ke lobby depan. .
Kemudian kami berjalan melewati jalur yang sama, menuju lobby, tentu saja akan melewati kamar yang berisi perempuan tadi. .
Kali ini kamar itu menjadi di sebelah kiri. .
Beberapa meter sebelum tepat berada di depannya, gw lihat jendela masih dalam keadaan sama, terbuka tirainya. .
Namun, ketika sudah benar-benar berada tepat di depan kamar, ternyata perempuan itu gak lagi berada di tempatnya. .
Tapi masih ada, gak menghilang, hanya saja posisinya berubah. .
Dia berdiri tepat dibalik jendela kaca nako, masih di dalam kamarnya, berdiri menghadap kami yang sedang berjalan di depannya. .
Wajahnya putih pucat dengan rambut panjang terurai, menatap dengan senyum mengembang. Sungguh menyeramkan, pada detik itu gw yakin kalau dia bukan manusia. .
Detik berikutnya, Rai mendorong seperti meminta untuk berjalan lebih cepat lagi, gw yakin Rai melihat pemandangan yang sama, dan dia ketakutan. .
Kami terus berjalan, gak lagi melihat ke kamar itu. .
Akhirnya kami sampai di lobby. . "Mas, maaf, kami gak ambil kamarnya." Ucap Rai pendek. "Ya sudah, gak apa mas. Kenapa mas? Mas tadi lihat perempuan itu juga ya?, Tenang aja, dia gak bakalan ganggu tamu kok." .
Jawaban Mas penjaga sungguh mengejutkan, gw dan Rai hanya tersenyum mendengarnya, lalu kami menuju parkiran, keluar hotel itu dan mencari hotel yang lain. . ***

Melanjutkan perjalanan, gw mengarahkan kendaraan terus ke timur. Sementara situasi jalanan sudah semakin sepi, hanya beberapa bis malam terlihat melintas. .
Ketika sudah hampir jam satu, kami menemukan satu hotel lagi, letaknya masih di sebelah kanan jalan. Tapi kali ini bangunannya kelihatan dari jalan, bagusnya keadaannya gak sekelam dan segelap hotel sebelumnya. .
Gw berucap dalam hati, bagaimanapun keadaan hotel ini akan kami ambil, tubuh sudah sangat butuh istirahat. .
Tipikal hotel di kota kecil, hotel ini juga sama, bangunannya berbentuk rumah kuno yang berukuran besar. Lahan parkirnya gak sebesar hotel sebelumnya, hanya sanggup menampung sedikit kendaraan saja. .
Bangunan bertingkat dua ini benar-benar berdesain kuno, jaman dulu, klasik, sangat bernuansa jawa. .
Lobbynya penuh dengan barang antik, kursi dan meja kayu berukiran, lukisan besar bergambar pemandangan. . "Oh, masih ada mas, mari saya antar untuk melihatnya dulu." Jawab seorang bapak penjaga lobby, ketika kami menanyakan perihal ketersediaan kamar. .
Gak terlalu jauh, hanya beberapa belas meter dari lobby kami sudah sampai kamar yang dimaksud. .
Kamarnya sangat besar, ukurannya kira-kira lima kali lima meter. Langit-langit tinggi, dengan penerangan lampu yang gak begitu terang, kamar mandi di pojok sebelah kiri. .
Yang agak aneh, ada tiga tempat tidur besar di dalamnya. Iya, tiga tempat tidur besar, dan bukan spring bed, tapi tempat tidur kayu dengan kasur kapuk. .
Ah, sudah sangat capek dan mengantuk, gw bilang ke teman-teman kalau kita ambil saja kamarnya, toh hanya untuk tidur sebentar. .
Mereka setuju, akhirnya kami ambil kamar ini, di hotel ini. . ***

Setelah membereskan barang-barang, gak tahan lagi, di dalam kamar gw langsung merebahkan badan di atas tempat tidur, tempat tidur yang dekat pintu. .
Gw satu ranjang dengan Ali, Rai dan Deddy menggunakan tempat tidur sebelah kanan, sementara tempat tidur satu lagi, yang letaknya dekat kamar mandi, dibiarkan kosong. .
Gak lama setelah itu, ketika masih mendengar teman-teman lain masih berbincang, akhirnya gw tertidur pulas, sampai pagi. .
Tapi gak begitu dengan Rai, Deddy, dan Ali, semalaman itu mereka gak tidur sama sekali. .
Kenapa? . ***


Mereka bertiga lanjut berbincang sampai menjelang jam dua, lampu kamar sudah dalam keadaan mati, gelap, hanya mengandalkan cahaya dari luar. .
Menurut Deddy, dia merasa menjadi orang terakhir yang masih terjaga, sementara lainnya sudah lelap. .
Deddy semakin gak bisa tidur ketika mulai mendengar suara, dia bilang suaranya seperti desah nafas yang gak lancar, seperti sesak nafas. .
Perasaannya mulai gak enak ketika merasa kalau suara nafas itu bukan berasal dari kami berempat, tapi sepertinya bersumber dari tempat tidur yang kosong, tempat tidur besar dekat kamar mandi. .
Dalam gelap, Deddy memaksa diri untuk melihat ke tempat tidur kosong.. .
Dia melihat sesuatu.. .
Deddy tercengang, ketakutan.. . "Ada apa Ddy? Lo lihat juga?" .
Suara Rai yang tidur di sebelah mengagetkan Deddy. .
Ternyata Rai mendengar dan melihat hal yang sama. .
Di atas tempat tidur itu terbaring sosok yang seperti Ibu tua yang kepalanya sedikit terangkat karna ada bantal di belakang kepala. Ibu itu mengenakan kebaya dan kain, rambutnya panjang terurai. .
Deddy dan Rai, melihat itu semua langsung perlahan bangkit dari tidur, bermaksud untuk keluar kamar. Meninggalkan gw dan Ali yang masih nyenyak tertidur. . "Bangunin Brii Ali gak?" .
Tanya Rai ketika sudah berada di teras kamar. . "Gak usahlah, mereka kan nyenyak tidur." jawab Deddy pendek. .
Kemudian mereka terus duduk di teras itu sambil berbincang, membahas kejadian yang baru aja terjadi. .
Ketika nyaris jam tiga, tiba-tiba Ali muncul dari dalam kamar. . "Ada nenek-nenek tidur di tempat tidur kosong, trus bangun dan berjalan masuk kamar mandi." .
Ali bilang begitu dengan mimik wajah ketakutan. .
Itulah alasan kenapa mereka gak tidur sampai pagi. . ***


Jam enam pagi, gw dibangunkan oleh suara berisik dari luar, kamar dalam keadaan kosong, hanya ada gw sendirian. Lalu gw bergabung mereka semua di teras kamar. .
Tentu saja, mereka menceritakan tentang kejadian yang terjadi di dalam kamar tadi malam. .
Untung gw kelelahan dan tertidur nyenyak, jadi gak perlu melihat sosok yang terbaring di tempat tidur kosong. .
Setelah sarapan, kami lanjut jalan ke Banyuwangi, lalu menyeberang ke Bali. . ***

Sekian cerita jalan-jalan gw malam ini, terima kasih yang masih setia membaca. .
Tetap sehat, supaya terus bisa merinding bareng-bareng. .
Met bobok, semoga mimpi indah.. .
Salam, ~Brii~

Langsung semua,, rencana besuk part2 saja