Restorasi Ekonomi

Day 577, 02:26 Published in Indonesia Republic of China (Taiwan) by maling

Ketika harga-harga naik, protes!. Ketika harga-harga turun, protes! Hehehehe ...

Tapi kalau di telusuri, protes-protes ini sangatlah wajar. Ketika harga-harga naik, para konsumen otomatis protes, penghasilan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Begitu juga ketika harga-harga turun (dalam kondisi yang cukup ekstrem, seperti saat-saat ini), para produsen juga berhak untuk protes, karena sudah tidak ada ruang yang logis bagi para produsen untuk menjalankan company-company. Persaingan mencari pekerja sudah tidak logis. Harga-harga barang yang ada di Market sudah tidak memberikan keuntungan bagi company, bahkan malah memberikan kerugian. Padahal agar produksi terus berjalan dibutuhkan IDR untuk menggaji para pekerja. Dan solusi tercepat adalah membekukan sementara company karena sudah tidak sanggup lagi untuk menjalankan produksi. Harap dimengerti bahwa, baik itu konsumen ataupun produsen adalah warga negara yang memiliki hak yang sama. Sehingga seharusnya perlindungan tidak hanya diberikan kepada konsumen, akan tetapi juga kepada para produsen.

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa permasalahan ini disebabkan oleh : SAPI!
Company-company yang bertulang punggung sapi dalam usaha untuk berproduksi, bisa memasang harga semurah-murahnya akan tetapi tetap mendapatkan keuntungan dari harga murah tersebut. Dan entah disadari atau tidak, kebijakan-kebijakan kita untuk ber-ekspansi ke negara lain, mendatangkan sapi-sapi lebih banyak ke negara kita dan menjadikan negara kita sebagai ajang kompetisi para sapi. Sekali lagi, apabila kita lihat dari sisi konsumen, harga-harga murah itu memang mengungtungkan, akan tetapi disadari atau tidak, dengan memberi kesempatan para juragan-juragan sapi non-lokal mengais keuntungan di negara kita, maka keuntungan itu akan jatuh ketangan orang asing. Apabila yang berkompetisi adalah para juragan-juragan sapi lokal, hal itu tidak menjadi masalah, karena suatu saat keuntungan itu pasti akan kembali ke negara kita, entah itu dalam bentuk WB ketika war ataupun sumbangan-sumbangan laen ke negara.

Dari sini ada satu benang merah yang bisa kita ambil. Kita harus melakukan perlawanan terhadap juragan-juragan sapi non lokal. Juragan-juragan yang mengambil keuntungan dari kompetisi sapi yang ada.

Upaya untuk meningkatkan kesadaran untuk membeli produk lokal adalah hal yang sulit dilakukan, karena sangat sulit membedakan mana yang asing, mana yang lokal. Dan sudah menjadi kewajaran adalah para konsumen akan membeli produk termurah. Nggak peduli itu lokal ataupun asing.

Mungkin dibawah ini ada sedikit usulan yang mungkin bisa dipertimbangkan. Usulan untuk melakukan perlawanan terhadap juragan-juragan sapi non lokal. Mungkin sudah saatnya dilakukan suatu usaha sedikit ekstrem untuk melawan juragan-juragan sapi non lokal tersebut.

Sebuah usaha bertahap untuk melawan company-company asing:
1. Mengeluarkan Dekrit Pembekuan Seluruh Company Lokal
Proses ini dilakukan bertahap. Misalkan, kita akan mencoba menyetabilkan harga food Q1 sekaligus menghancurkan juragan-juragan sapi non lokal yang memiliki company food Q1. Maka dikeluarkan sebuah Dekrit Pembekuan seluruh company food Q1 lokal untuk berhenti berproduksi. Mengapa dibutuhkan dekrit pembekuan? ini adalah suatu usaha untuk melindungi para company food Q1 lokal agar tidak mengalami kebangkrutan karena operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah (lihat no.2)
2. Pemerintah melakukan operasi pasar terhadap food Q1 dengan harga lebih murah dari pasar.
Hal ini diharapkan untuk menutup ruang para juragan sapi non lokal food Q1 agar tidak dapat mengais IDR sehingga mereka akan kesulitan untuk mencari IDR. Proses ini dilakukan terus menerus sampai pada akhirnya para juragan company food Q1 non lokal menemui kebangkrutan.
Dari mana pemerintah mendapatkan stock food Q1 begitu banyak? Dengan memanfaatkan BUMN yang ada dengan menampung pekerja-pekerja dari company lokal yang sudah tidak bekerja lagi karena proses pembekuan. Juga bisa dengan pembelian stock-stock yang ada dari company-company lokal yang masih ada. Kalaupun stock BUMN dan pembelian masih kurang, pemerintah melakukan penunjukan kepada company-company lokal untuk memproduksi food Q1 dengan subsidi dari pemerintah agar bisa membuat harga food Q1 bisa jatuh. Proses yang berkesinambungan dari operasi pasar food Q1, akan membuat juragan-juragan sapi non lokal food Q1 akan kelabakan karena mereka nggak memiliki konsumen sehingga mereka pada suatu titik tertentu akan gulung tikar.
3. Char asli dari company food Q1 yang dibekukan bisa bekerja ke BUMN untuk memproduksi food Q1 dan sapi-sapi lokal bisa diperbantukan untuk menyerap IDR dengan bekerja di pabrik-pabrik food Q1 milik asing.

Apakah proses diatas membutuhkan dana besar?
Food Q1 di pasar saat ini di kisaran 0.76. Misal harga pembuatan satu food Q1 sekitar 0.85, terus pemerintah melakukan operasi pasar di kisaran 0.7. Artinya ada rugi sekitar 0.15 IDR. misalkan dilakukan operasi pasar 10.000 food, kerugian yang ada sekitar 1500 IDR atau sekitar 55 G atau setara dengan membuka RW di kota berpenduduk sedikit. Yang masih sangat-sangat terjangkau oleh pemerintah.

Usulan diatas masih berupa ide, mungkin bisa dilakukan, mungkin juga tidak. 😛
Use at your own Risk!.

Teng Kyu.


Maling
"Masih sedih setelah memecat seluruh karyawan Pentung Company"