[LAYAKNYA BUAYA]

Day 4,642, 17:44 Published in Indonesia Indonesia by Trustra

Mengiyakan apa yang harusnya tidak kau setujui adalah pendidikan terberat yang harus kau emban.
Menganggukkan kepala pada apa saja yang tidak bisa kau terima itu namanya mengikhlaskan.


Memaklumi segala perilaku dari beberapa orang yang entah mengapa caranya selalu saja menyakitkan adalah satu-satunya pengalaman yang kemungkinan kecil adanya sebuah kelulusan.
Tertawa dibalik kesedihan itu pelajaran utama yang semua orang punya. Kau, mungkin saja merasa jadi aku. Atau merasa jadi mereka, yang suka bermain-main dengan betapa merasa besar dan paling benar dirinya. Atau kita pernah menjelma menjadi keduanya.


Muka dua, berbuaya.


Menjadi buaya bukanlah keahlian yang bisa ditaklukan siapa saja, apalagi mereka yang berhati murni, bersudut pandang satu, bermulut seribu, mengedepankan kepentingan orang lain terlebih dahulu, memberi makan ego nomor satu, itu aku, dulu. Maka, jadilah buaya, agar tidak merasa yang paling menderita, supaya tak merasa menjadi korban satu-satunya.


Meraung, awalnya.


Memang.
MK
Semua hal yang baru selalu saja menyulitkan.


Dipaksa untuk setuju, demi kebaikan bersama katanya. Dipaksa untuk menerima, karena memang yang lebih tua lebih mengerti dalilnya. Yasudah, kita pasrah pada akhirnya.
Tapi ‘pasrah’ adalah salah satu cara terbaik untuk menempuh satu tujuan yang sama, karena sesuai pengalamanku ‘memberontak’ justru meruntuhkan satu persatu, menuju jalan kehilangan berujung ditempat yang namanya kehancuran.


Memiliki harga diri tetap perlu, tapi menolak sebuah pernyataan, bukan dengan mengendapkan diri entah dimana, sampai tak terlihat batang hidungnya.


Mereka, yang memaksakan kehendaknya tidak akan pernah mencari, merangkul, menarik keberadaan kita muncul kembali, jika tak mampu berbuaya, lenyap sudah nama dan badan kita. kalau belum mampu menyetujui kemauan yang mereka inginkan berlandaskan kebaikan. Nyatanya, kita sama – sama belum mampu menerima diri sendiri, memberi makan ego sepertinya sebuah hobi yang memiliki nilai sangat tinggi. Mereka disini, bisa kau artikan siapa saja, temanmu, keluargamu atau bahkan orang –orang terdekatmu, karena bisa siapa saja melakukannya, atau bahkan diri kita sendiri.
Berbahagialah bagi siapa saja yang benar-telah-menemukan sosok diri sendiri.


Dimana tidak ada ketakutan luar biasa yang terngiang ditelinga mengenai bobroknya asumsi alias pendapat pribadi dari yang pandai menilai saudara sendiri, memaki. Bagi siapa saja yang telah lihai menerima amarah, meredam gundah-gelisah-tak tau arah, membentuk sebuah jelmaan ketentraman yang terpancar disetiap wajah dan jiwa.


Berbahagialah walau itu belum aku.


Mengoceh, menjadi cara utama dan paling kekanakkan dalam meladeni amarah. Kutinggalkan perlahan, sehingga Diam menjadi penggantinya. Lalu senyum dan tawa menjadi penawarnya, tangis dan kecewa bersamaan tak terlihat didalamnya, berbuaya namanya.