Jurnalis Mission 1 : Malak Endorse

Day 4,908, 01:11 Published in Indonesia Indonesia by TMOHS

Artikel ini diterbitkan sebagai penuntas misi Endorse sekaligus Jurnalis yang pertama.

Pada Day 4907 Erepublik meluncurkan beberapa proyek misi baru yang harus di selesaikan dalam waktu kurang lebih 7 hari. Dari misi war, misi travel, misi endorse, misi work maupun misi penggunaan house.

yang pasti dirasakan sekarang adalah naeknya e-gaji pegawai dan sedikit harga weapon dan food serta harga e-rumah yang melambung tinggi. dan mulai minggu depan mungkin bakal naek ongkos WAM dan harga-harga barang.

tolong di endorse ya...

terimakasih



bonus : Cerita Trio Detektif

===============================================================

Trio Detektif
Misteri Cakar Perunggu

KATA PENGANTAR -- DAN PERINGATAN -- DARI JOHN CROWE
Para penggemar misteri, hati-hatilah! Jika hati kalian menciut kala berhadapan dengan bahaya besar, kriminal yang jahat, atau bajak laut yang berkeliaran dari dalam kubur, kusarankan kalian tidak meneruskan! Sebenarnya, mereka yang gemetar ketika mendengar papan berderik di sebuah rumah kosong sebaiknya membaca cerita yang lain sama sekali! Bagaimanapun, aku akan berpikir dua kali sebelum membaca kisah ini pada malam hari...

Sampai di sini kalian mungkin bertanya-tanya, siapakah gerangan John Crowe dan mengapa ia menuliskan kata pengantar untuk kisah petualangan Trio Detektif? Nah, kurasa penjelasan diperlukan. Aku adalah seorang penulis novel misteri dan aku pertama kali bertemu dengan Jupe, Pete, dan Bob beberapa bulan yang lalu ketika sebuah kasus mereka yang menarik, yang diberi judul Misteri Karang Hiu, membawa mereka ke kediamanku di Santa Barbara, California -- sebuah kota di sebelah selatan kota tempat tinggal mereka, Rocky Beach.

Tidak perlu dikatakan, anak-anak itu memecahkan misteri tersebut dan kemudian pulang kembali namun dengan bangga kukatakan bahwa kami tetap berhubungan dan menjadi sahabat dalam beberapa bulan terakhir. Aku bahkan telah mengirimi mereka masing-masing sebuah kopi bertanda tangan dari novel misteri terbaruku: "Kematian di dalam Bayang-Bayang."

Ada satu persamaan lagi di antara kami, yaitu bahwa kami sama-sama berteman dengan seorang penulis misteri yang hebat, angkatanku dan sahabatku, Hector Sebastian. Hector telah menuliskan kata pengantar untuk kasus-kasus anak-anak itu sejak pembimbing mereka, Alfred Hitchcock, meninggal dunia belum lama ini. Saat ini Hector sedang berada di luar negeri karena salah satu skenario karyanya sedang difilmkan, dan takkan kembali selama beberapa bulan. Aku telah diminta oleh anak-anak itu untuk memberi kata pengantar yang layak bagi kasus ini -- dengan seizin Sebastian, tentu saja.

Nah, sekarang setelah semua yang disebutkan di atas, marilah kita lanjutkan kata pengantar ini! Pertama-tama, mari kita berbicara tentang Penyelidik Pertama, Jupiter Jones. Jupe -- begitu teman-temannya memanggilnya -- mengangkat dirinya sebagai pemimpin mereka bertiga dan memang sudah sepantasnya! Daya ingatnya yang luar biasa, yang bagi beberapa orang dewasa terasa mengganggu, dan kecerdasannya dalam memecahkan misteri, yang telah memusingkan beberapa orang dewasa itu, membuat penyelidik yang sedikit kelebihan berat badan ini lawan yang berbahaya bagi para kriminal yang kurang beruntung harus berjumpa dengannya.

Pete Crenshaw adalah Penyelidik Kedua yang jangkung dan berotot. Pete adalah bintang di beberapa cabang olahraga -- ia bahkan masuk tim gulat SMU-nya. Terlahir dengan kemampuan atletis seperti ini, Pete selalu dapat melompati pagar atau memanjat atap rumah jika suatu kasus menuntutnya. Harus dikatakan bahwa Pete juga terlahir sebagai orang yang senantiasa berhati-hati dan seringkali harus diyakinkan lebih dahulu sebelum mengambil bagian dalam rencana Jupiter yang berbahaya. Bukan berarti ia penakut... hanya berhati-hati.

Akhirnya, Bob Andrews -- yang dikenal juga sebagai Data. Bob bertanggung jawab atas segala catatan dan riset, yang tentu saja diperlukan oleh sebuah biro detektif, dan ia sungguh hebat dalam tugasnya itu! Jangan salah mengerti, ia mungkin saja bertampang kutu buku namun Bob sama beraninya dengan rekan-rekannya! Bob memiliki bakat untuk menemukan informasi penting ketika sebuah kasus menemui jalan buntu.

Seperti telah kukatakan, anak-anak itu tinggal di Rocky Beach, sebuah kota di tepi pantai di California, tidak jauh dari Hollywood. Markas mereka adalah sebuah karavan sepanjang sepuluh meter yang mereka sembunyikan di balik barang-barang bekas di Jones Salvage Yard. Pangkalan barang bekas itu sungguh terkenal di pesisir Pasifik sebagai tempat yang memiliki apapun yang dapat dibayangkan. Pangkalan itu dikelola oleh bibi dan paman Jupe, Titus dan Mathilda Jones, yang merawat Jupe sejak ia menjadi yatim piatu dalam usia yang sangat muda, dan yang juga memainkan peran dalam misteri yang akan kalian baca ini.

Sepertinya aku sudah cukup banyak memberi latar belakang sehingga kalian dapat mulai tapi ingatlah peringatanku! Petualangan menakjubkan ini mungkin saja membuat kalian tidur dengan lampu menyala selama beberapa hari setelah ini! Masih tetap tertarik? Jangan berkata kalian tidak kuperingatkan...

JOHN CROWE


BAB I
PERJALANAN KE OREGON
"Awas!" seru Jupiter Jones.

Terlambat bagi Pete Crenshaw. Dibebani oleh sebuah peti model kuno, sepasang dayung antik, dan berbagai benda kelautan lainnya, anak bertubuh jangkung itu tidak melihat bahwa ia berjalan tepat ke arah setumpuk per tempat tidur yang telah disusun dengan rapi oleh Jupiter pada pagi hari itu di dekat gerbang depan Jones Salvage Yard.

Pete berhenti ketika mendengar peringatan Jupiter namun terlambat. Tumpukan per tempat tidur itu roboh, memaksa Bob Andrews untuk melompat menjauh sebelum ia terkubur!

Tepat pada saat itu Bibi Mathilda keluar tergopoh-gopoh dari kabin kecil yang berfungsi sebagai kantor pangkalan barang bekas itu.

"Demi Tuhan!" serunya. "Apa-apaan semua ini?" Ketika ia melihat Bob bangkit berdiri sambil mengibas-ngibaskan debu di tubuhnya, kekhawatiran muncul di wajah wanita itu. "Kau tidak apa-apa, Robert? Apakah kau terluka?"

"Saya tidak apa-apa," jawab anak yang bertubuh paling kecil di antara rekan-rekannya itu, "tapi per-per itu perlu bantuan."

Bibi Mathilda melihat jam saku antik yang selalu dibawanya dan mengerutkan kening. "Biarkan per-per itu," katanya, "kita harus memuati truk itu sebelum Titus dan Hans kembali dari membeli-beli di Burbank!" Wanita baik hati itu, yang sebenarnya menjalankan pangkalan barang bekas itu, berpaling dan berjalan kembali ke kantor. Ketika ia sampai di pintu, ia berhenti dan berseru melewati bahunya.

"Dan kau lebih hati-hati, Pete Crenshaw!"

Pete menatapnya dengan rasa bersalah. "Ya, ma'am," katanya. "Saya rasa saya tidak seharusnya berusaha membawa semua barang bekas itu sekali jalan."

Mathilda Jones nampak galak dari luar namun semua orang tahu ia memiliki hati emas. Ia tersenyum kepada Pete. "Tidak ada yang rusak," katanya. "Aku cuma tidak ingin harus menjelaskan kepada orang tua Bob bagaimana ia sampai masuk rumah sakit dengan per ranjang di kepalanya!"

Sambil tetap tersenyum wanita itu menghilang ke dalam kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ketika ia telah hilang dari pandangan, Pete berpaling ke arah Jupe.

"Apa sih yang diinginkan Paman Titus dari semua peralatan kelautan ini? Bukankah kita semua akan pergi ke Oregon untuk berlibur?"

Seminggu sebelumnya bibi dan paman Jupiter telah mengumumkan sesuatu yang tak terduga -- mereka akan berlibur selama dua minggu! Jupiter sama sekali tidak pernah mendengar hal semacam itu. Terakhir kali Titus dan Mathilda Jones berusaha berlibur adalah beberapa tahun yang lalu. Mereka seharusnya pergi ke Monterey namun belum lagi satu minggu berlalu ketika mereka telah memenuhi truk dengan barang bekas, termasuk beberapa kuda kayu dari sebuah komidi putar rusak, patung gips setinggi 180 cm yang merupakan replika dari "Daud" karya Michaelangelo, dan sebuah meja tulis yang bagian atasnya bisa dibuka, yang menurut Paman Titus pernah digunakan oleh seorang penulis ternama meskipun ia tidak ingat siapa. Dengan semua benda tak ternilai di bak belakang truk menunggu untuk dicuri, Keluarga Jones tidak punya pilihan lain kecuali berkemas dan pulang lebih cepat ke rumah -- tempat mereka paling bahagia sesungguhnya!

Kini tanpa diduga mereka mengumumkan bahwa kali ini mereka akan benar-benar berlibur. Hans dan Konrad, dua bersaudara berambut pirang dari Bavaria yang membantu-bantu di pangkalan, akan bertanggung jawab selama mereka pergi.

Ketika Jupiter mendengar bahwa bibi dan pamannya akan pergi ke Oregon untuk mengunjungi adik lelaki Titus, Atticus, dengan segera ia bertanya kalau Pete dan Bob boleh ikut serta.

"Aku tidak melihat alasan mengapa tidak," jawab Paman Titus sambil mengisap pipanya penuh perasaan. "Dua minggu bersama Atticus Cornelius Jones akan merupakan pelajaran yang bagus bagi kalian," katanya dengan mata berbinar mencurigakan, "meskipun yang akan kalian pelajari mungkin saja lebih baik tidak pernah dimasukkan ke dalam buku pelajaran di sekolah!"

Jupiter baru sekali bertemu dengan Paman Atticus sebelum itu, ketika ia masih sangat kecil -- tidak lama setelah kedua orang tuanya meninggal. Dari yang bisa diingatnya dan cerita-cerita Paman Titus, Atticus Jones juga berjual-beli barang bekas tapi dari jenis yang berbeda. Titus Jones senang menggambarkan adiknya sebagai seorang "arkeolog bawah air," yang berarti ia mencari barang bekasnya di bawah air, di dalam ceruk dan celah yang banyak terdapat di pesisir di dekat kediamannya di Anchor Bay, Oregon.

Atticus Jones juga dianggap sebagai salah satu orang yang paling tahu tentang legenda bajak laut dan Jupiter masih ingat akan banyak karakter seram yang membumbui kisah-kisah pamannya lama dulu, kisah-kisah yang sebenarnya tidak diinginkan Bibi Mathilda untuk didengar oleh Jupiter! Mathilda bukannya tidak suka akan adik Titus, ia hanya tidak habis pikir bahwa Atticus seharusnya menikah dengan seorang wanita baik hati daripada hidup sebagai seorang petualang laut yang penuh semangat.

Jupiter, yang tengah melamun sambil mengangkat peti tua dan memasukkannya ke bak belakang truk pangkalan, tidak mendengar pertanyaan Pete.

"Jupe, aku tanya, apa yang diinginkan pamanmu dari semua rongsokan ini?"

Jupiter tersentak dari lamunannya. "Oh, itu untuk Paman Atticus. Kalau tidak salah ia telah memulai suatu bisnis baru, sebuah toko kecil yang menjual segala peralatan kelautan yang menarik dan benda-benda bajak laut yang ia temukan ketika menyelam."

"Apakah ia pernah menemukan harta terpendam?" tanya Bob penuh semangat, "emas atau permata?"

"Setahuku tidak, Data," jawab Penyelidik Pertama yang gempal. "Hanya beberapa bekas debu emas tapi tidak pernah sesuatu yang benar-benar harta karun bajak laut. Meskipun," tambahnya, "menurut Paman Titus adiknya berkata bahwa ia baru-baru ini menemukan sesuatu yang mungkin saja bernilai sejarah sangat tinggi."

"Wah, aku ingin tahu benda apa itu," kata Pete sambil membantu Jupiter dan Bob memasukkan sisa barang bekas ke dalam truk.

Jupiter menggeleng. "Ia tidak mau bilang. Ia hanya menyuruh Paman Titus untuk datang dan melihatnya sendiri."

"Mungkin ia akhirnya menemukan harta karun yang sesungguhnya!" seru Bob. "Mungkin ia kaya raya sekarang!"

Anak-anak masih berbincang-bincang penuh semangat tentang kemungkinan ini ketika Titus Jones mengemudikan truk yang kecil melewati gerbang besi besar. Ia melompat keluar dan tersenyum lebar ke arah anak-anak.

"Semua sudah berkemas dan siap untuk berangkat?" katanya dengan suara keras. "Tidak lupa akan sikat gigimu, Peter?"

"Tidak, sir," jawab Pete, "semua yang kami perlukan sudah siap!"

"Hebat!" seru Paman Titus. Ia memilin kumis besarnya dan melirik Jupiter. "Apakah bibimu sudah selesai dengan pembukuan atau apakah selama ini ia hanya membuang-buang waktu, Nak?"

Jupiter baru akan menjawab ketika ia terpotong oleh sebuah geraman dari pintu kantor.

"Membuang-buang waktu!" Bibi Mathilda mengerutkan kening. "Kuhabiskan sepagian untuk membetulkan kesalahanmu dalam pembukuan, Titus Andronicus Jones!"

Paman Titus mengedipkan mata ke arah Jupiter, lalu mengangkat Bibi Mathilda dan mendaratkan sebuah ciuman di pipi wanita itu. Anak-anak tertawa terbahak-bahak sementara ia berubah merah padam, berteriak-teriak agar suaminya menurunkannya.


Masih tertawa-tawa, anak-anak menutup pintu gerbang dan memanjat naik ke bak belakang truk yang besar. Setelah memberikan instruksi terakhir kepada Hans dan Konrad dan memastikan semua barang bekas yang diminta adiknya telah dimuat, Titus melompat ke belakang kemudi truk dan menyalakan mesin.

"Jaga pangkalan baik-baik!" serunya ke arah Hans dan Konrad. "Jangan lupa mengunci semuanya setelah malam. Dan jaga kotak uang. Dan jangan lupa mengambil surat-surat dari rumah."

"Ya," jawab Hans, menganggukkan kepalanya yang pirang pada setiap instruksi, "jangan cemas, Mr. Jones. Konrad dan aku, kami urus semuanya."

Konrad menyeringai ke arah Paman Titus. "Kali ini cobalah benar-benar pergi selama dua minggu, hokay?"

"Ada daging dan kue apel baru di dalam kulkas dan banyak makanan kaleng di dapur," kata Bibi Mathilda.

Paman Titus terkekeh dan memasukkan gigi. "Sampai jumpa dua minggu lagi!" serunya.

Sementara truk keluar dari pangkalan, Trio Detektif melambai ke arah Hans dan Konrad. Di depan Paman Titus melantunkan versi sumbang dari "Asleep in the Deep," lagu kesukaannya. Semua sungguh bersemangat. Sepertinya perjalanan itu akan menarik. Anak-anak tidak tahu akan seberapa menarik nantinya!

BAB II
SELAMAT DATANG DI ANCHOR BAY!
Titus Jones mengemudi terus sepanjang malam, mengaku terlalu bergairah akan bertemu dengan saudaranya untuk hal-hal sepele seperti tidur. Fajar mulai menyingsing ketika truk besar itu melintasi jalan bebas hambatan yang berkabut. Lampu-lampu dari desa nelayan kecil Anchor Bay berkilauan bagai permata di tengah langit pagi yang kelabu.

Anak-anak telah mengundi siapa di antara mereka yang dapat tidur di dalam kabin truk yang hangat. Pete menang dan pada awalnya Jupiter dan Bob menyesali nasib buruk mereka. Namun mereka segera kembali ke semangat petualangan mereka dan memutuskan bahwa mereka lebih baik meringkuk di dalam kantong tidur di bawah terpal yang melindungi barang bekas Atticus Jones daripada berdesak-desakan di antara bibi dan paman Jupe -- terlebih lagi dengan reputasi Bibi Mathilda akan dengkurnya, yang menurut Jupe dapat membangunkan orang mati!

Jupiter terbangun ketika ia merasa truk melambat saat memasuki batas kota Anchor Bay. Ia menguap dan meregangkan badan seperti seekor kucing gemuk, kemudian menggoyang-goyangkan Bob hingga terbangun. Anak yang lebih kecil dan bertampang serius itu mengerang di dalam kantung tidurnya.

"Pergi... Jika kau punya perasaan sedikit saja, kau akan membiarkanku tidur seminggu lagi!"

Jupiter tersenyum dan membuka beberapa ikatan terpal di dekatnya. Ia menyingkapkan sebagian terpal dan memunculkan kepalanya di hawa pagi yang dingin. Bob akhirnya menyerah dan mengeluarkan kepalanya dari dalam kantung tidur bagaikan seekor kura-kura.

"Hari sudah terang namun otakku berkata aku seharusnya masih tidur," gerutunya.

"Kita sekarang secara resmi berada di Oregon," lapor Jupiter. "Mari berharap Paman Atticus telah menyiapkan sarapan besar untuk kita. Aku kelaparan!"

Bob menyeringai. "Seperti kata Pete: aku setuju sepenuhnya!"

Kedua anak itu menyaksikan pelabuhan tua di belakang mereka mulai beraktivitas. Di sebelah kiri mereka, tertutup oleh kabut pagi, nampak toko-toko yang termakan cuaca dengan papan nama mengiklankan umpan dan kail, yang bersebelahan dengan toko-toko roti tua yang menjual makanan dan minuman dingin. Di sebelah kanan mereka terdapat dermaga panjang yang menuju ke laut tempat jala-jala sedang dimuat oleh para nelayan yang mengenakan jas hujan kuning, bersiap-siap akan hari panjang di atas air, memeriksa perangkap udang karang dan, lebih jauh ke laut, berburu ikan salem dan tuna.

Jupe merasa kesunyian kota itu mencekam, tidak ada yang bangun sepagi ini kecuali para nelayan. Ia menatap dengan takjub sementara para lelaki itu, dengan jas hujan, topi, dan sepatu lars karet, membuka tambatan perahu mereka dan menjauh masuk ke dalam teluk yang berkabut.

Di kabin depan Paman Titus sedang berjuang dengan selembar peta, berusaha menemukan jalan kecil yang menuju ke rumah adiknya. Setelah tanpa hasil berusaha mengemudi dan mengikuti peta sekaligus, ia akhirnya membangunkan Pete dan menugaskannya mempelajari peta. Sebagai tim mereka menemukan jalan yang benar dengan cepat. Pete sepertinya selalu tahu tujuan yang tepat bahkan jika ia belum pernah berada di kota itu sebelumnya.

Truk barang bekas itu berbelok ke kiri dan terguncang-guncang di sepanjang jalan tanah yang kecil dan curam, mengarah ke laut. Jupiter menduga rumah Paman Atticus berada tepat di atas air.

Jupe merasa puas ketika melihat pengamatannya sebagian benar. Kediaman Atticus Jones adalah sebuah rumah kecil yang tidak berbeda dengan kediaman para nelayan yang tinggal di daerah itu. Orang-orang sederhana itu lebih memilih tempat tinggal yang praktis dan sederhana pula daripada sesuatu yang megah dengan kemewahan yang tidak perlu. Cuaca yang keras dan air laut yang mengandung garam menuntut rumah yang kokoh dan kasar. Kediaman Atticus Jones nampak terpelihara dengan baik meskipun Jupe mendapat firasat bahwa Bibi Mathilda akan menyuruh anak-anak menyapukan cat baru sebelum liburan itu berakhir.

Di sebelah rumahnya terdapat sebuah perahu besar berwarna biru dengan garis putih yang nampak cukup besar untuk ditinggali. Perahu itu tertambat di dinding tebing laut, tiga meter ke bawah, dan bisa dicapai melalui tangga kayu yang menuju ke sebuah dermaga kecil. Tertulis dengan huruf-huruf rapi di bagian belakang perahu nama "Pembalasan Ratu Anne." Jupiter menduga bahwa perahu itulah yang digunakan pamannya untuk menyelam dan juga, hampir pasti, mencari nafkah.

Paman Titus menghentikan truk di depan pintu dan mematikan mesin. Ia telah memarkir truk di samping sebuah mobil barang tua. Kendaraan merah berkarat itu pastilah milik Atticus Jones.

Bibi Mathilda keluar perlahan-lahan dari dalam truk, bergerak dengan kikuk dengan sendi-sendinya yang kaku. Titus, sebaliknya, keluar dengan penuh semangat, menyerukan nama adiknya.

"Atticus Jones! Di mana kau, Penjahat Tua? Tunjukkan dirimu, Perompak, atau aku terpaksa menaikkan bendera tengkorakku dan menyerbu rumahmu, merampok daging dan telurmu!"

Jupiter berdiri di jalan tanah dengan tangan di pinggang dan mendengarkan, kepalanya miring ke satu sisi. Tidak ada jawaban dari dalam rumah dan suara Paman Titus yang menggelegar hanya membuat gugup sekelompok gagak yang hinggap di atap rumah Atticus. Burung-burung itu berkaok-kaok marah kepada mereka dan terbang menjauh dengan bulu-bulu bergemerisik.

"Demi para malaikat!" desis Bibi Mathilda. "Kau akan membangunkan semua tetangga, Titus Jones!"

"Siapapun yang tinggal sedekat ini dengan air akan bangun sepagi matahari, Sayang!" seru paman Jupiter. "Nelayan yang masih tidur sesiang ini sebaiknya tinggal saja di ranjang -- tidak ada tempat bagus yang tersisa untuknya!"

"Mungkin ia sedang keluar atau ada di belakang," kata Bob.

"Kalau dia manusia normal, tentulah dia masih tidur," gumam Pete.

"Atticus selalu bangun ketika fajar merekah sejak kami masih kanak-kanak," jawab Paman Titus. "Dia jelas tidak normal tapi aku tidak menyangka bahwa dia lupa kita datang hari ini."

Bibi Mathilda telah mencapai batas kesabarannya. Dengan gerutuan dan menggumamkan "sama saja!" wanita itu bergegas menuju ke balik rumah untuk mencari tuan rumah mereka.

"Mungkin kita harus..." Bob hendak mengusulkan untuk membawa barang-barang mereka masuk ketika ia melihat raut wajah Jupiter. Remaja gempal itu tengah sibuk mencubiti bibir bawahnya -- suatu tanda yang dikenal baik oleh Bob dan Pete -- Jupiter sedang memikirkan sesuatu dengan serius. Itu adalah kebiasaan Penyelidik Pertama jika ia sedang berpikir keras. Seringkali ia sendiri bahkan tidak sadar ia melakukan hal itu.

"Ada apa, Bob?" tanya Pete sambil menyentuh ujung jari-jari kakinya, berusaha meregangkan kaki dan lututnya yang pegal, terbentur-bentur di kabin truk sepanjang malam.

"Kurasa ada yang dipikirkan Jupe. Apa yang kau lihat, Pertama?"

Jupiter mendekati pintu depan rumah kecil itu sambil meletakkan jari di bibir. Ia berpaling dan berbisik kepada Pete. "Dua, pergi ke belakang dan cari Bibi Mathilda. Dan jaga agar ia tetap tenang."

Pete sama sekali tidak ragu-ragu. Ia percaya akan firasat Jupe. Remaja jangkung itu bergegas mengelilingi rumah, berjingkat-jingkat agar menimbulkan suara sepelan-pelannya.

"Ada apa, Jupiter?" tanya Paman Titus. Kekhawatiran terdengar di suaranya.

"Pintu depan sedikit terbuka," kata Jupiter. "Sebaiknya kita bergerak dengan hati-hati hingga kita tahu apa yang sedang berlangsung dan apa yang telah terjadi terhadap Paman Atticus."

"Kau kira ia ada dalam bahaya?" tanya Bob.

"Sebaiknya kita tidak berspekulasi sampai kita selidiki lebih lanjut," kata Jupiter. Ketika Pete telah membawa Bibi Mathilda yang terbelalak kembali ke depan rumah, Jupe memberi aba-aba kepada Bob, Pete, dan Paman Titus.

"Data, tinggal di sini bersama Bibi Mathilda. Paman Titus dan Dua akan bergerak di setiap sisi rumah, menuju ke balik rumah dan Pembalasan Ratu Anne sementara aku masuk melalui pintu depan."

"Apa yang harus kita lakukan jika menjumpai seseorang?" tanya Pete gelisah.

Jupiter diam selama beberapa saat, memikirkan tanda yang baik. Ia mengangkat bahu. "Berkaoklah seperti seekor gagak."

"Hati-hati, Anak-anak," kata Bibi Mathilda, "mungkin saja ada seorang pencuri. Jika kalian mengejutkannya, ia bisa saja melakukan tindakan nekat."

"Wah, aku tidak berpikir ke situ," Pete mengernyit seraya mengendap-endap di sisi rumah.

Begitu berada di dalam rumah pamannya, Jupiter menyipitkan mata dan menunggu hingga terbiasa dengan bagian dalam rumah yang remang-remang. Sambil berjingkat-jingkat di dalam rumah yang sunyi, ia dapat melihat sosok-sosok besar di dalam bayang-bayang, tumpukan-tumpukan rongsokan dari laut, dan peralatan menyelam. Di latar belakang terdengar bunyi laut yang terus-menerus.

Tiba-tiba dari balik keremangan terdengar suara pintu ditutup secara perlahan. Jupe berhenti sejenak di tengah rumah dan mengamati sekelilingnya. Remaja gempal itu menahan nafas dan menunggu suara lain terdengar. Matanya menelusuri tumpukan barang bekas yang diambil dari laut. Sepertinya Paman Atticus mempunyai barang bekas sebanyak Paman Titus -- hanya saja miliknya berada di dalam rumah!

Ada beberapa peta pelayaran antik di dalam bingkai kayu buatan tangan. Ada jangkar-jangkar berkarat yang berasal dari kapal yang telah lama tenggelam, tergeletak di samping tumpukan peluru meriam. Bahkan ada pula sebuah pakaian selam model kuno yang digunakan untuk menyelam di laut dalam, lengkap dengan helm tembaga dan katup-katup bundar. Helm itu serupa dengan yang mereka bawa dari Rocky Beach.

Jupe mendekati pakaian kuno itu, yang tergantung dengan rantai tebal, dan berdiri di depannya. Pastilah diperlukan seseorang yang sangat besar dan sangat kuat untuk mengoperasikan pakaian itu, pikirnya. Ia telah membantu Pete mengangkat helm yang mereka bawa dan memasukkannya ke dalam truk dan helm itu beratnya hampir 25 kg, tanpa katup-katup bundarnya yang masing-masing terbuat dari kaca setebal 2,5 cm! Bagian-bagian lain pakaian selam itu terbuat dari kanvas putih tebal dengan sebuah sabuk timah dan sepatu lars timah besar. Jupiter merasa pakaian itu mirip dengan yang dikenakan alien-alien dalam sebuah film fiksi ilmiah.

Ia mengagumi pakaian selam antik itu beberapa lama, kemudian berpaling, hendak meneruskan mencari si penyusup. Namun tanpa peringatan pakaian antik itu sekonyong-konyong hidup!

Dengan gemerincing rantai lengan dan sarung tangannya yang besar merentang dan menangkap Jupiter, mengunci lengan anak itu ke samping. Penyelidik Pertama, yang biasanya selalu tenang, hanya dapat berteriak tertahan sebelum sebuah sarung tangan tebal membekap mulutnya! Ia didekap dengan kuat dan kasar dan sekuat apapun ia memberontak, ia tidak dapat membebaskan diri!


BAB III
LEGENDA SI JANGGUT HITAM
Reaksi pertama Jupiter dalam dekapan pakaian selam itu adalah panik namun otaknya segera mulai bergerak dengan cara kerjanya yang teliti dan teratur. Ia teringat akan suatu gerakan gulat yang pernah diajarkan oleh Pete dan tanpa ragu-ragu ia mengangkat tangan kanannya yang digenggam si penyerang dan merentangkannya di atas kepala, secara efektif membebaskan diri dari dekapan maut si penyerang.

Dari balik pakaian selam itu terdengar sebuah geraman samar-samar. "Kau tak bisa lari sekarang, pencuri sial! Akhirnya kutangkap basah kau!"

Begitu terlepas dari genggaman orang itu, Jupier segera berkaok seperti seekor gagak sekencang-kencangnya. Selagi ia berbuat demikian, seraut wajah yang tak asing muncul di samping pakaian selam itu dan mengerutkan kening.

"Pencuri macam apa kau ini?"

Jupiter berhenti berkaok-kaok dan berkedip. "Paman Atticus?"

"Jupiter?"

Pada saat itu orang-orang yang lain masuk berbondong-bondong ke dalam ruangan yang remang-remang itu. Atticus Jones menyalakan lampu dan tersenyum. Anak-anak takjub melihat seraut wajah yang nampak tidak asing. Selain bahwa ia lebih pendek beberapa sentimeter dan memiliki kumis yang lebih besar, Atticus Jones bisa mengaku sebagai saudara kembar Titus Jones.

"Titus Andronicus! Dasar penjahat tua, aku kira kau akan datang malam ini! Dan kau membawa wanita tercantik di California Selatan bersamamu."

Bibi Mathilda mencibir dan menggoyang-goyangkan jari tangannya di depan Atticus. "Kau sama sekali tidak berubah, Atticus Jones! Menakut-nakuti kami dengan tipuanmu. Dan jangan coba-coba bermanis mulut di hadapanku. Simpan saja untuk seorang wanita yang belum menikah, mungkin ia akan bisa membantumu membereskan tempat ini. Kulihat sepertinya banyak yang harus kulakukan di sini!"

Atticus Jones mencium tangan Bibi Mathilda dan terkekeh. "Jangan berani-berani melakukan itu, Nyonya. Segala sesuatu yang ada di sini telah diatur dan dikatalogkan dengan seksama. Aku punya sistem khusus dan jika kau membereskannya, kau akan merusak segalanya. Aku melarangmu!" Kini ia berpaling ke arah anak-anak, kumis walrusnya bergoyang-goyang seiring dengan senyumannya. "Jupiter, sudah lama sekali. Kau tahu kau selalu merupakan keponakan kesayanganku. Siapakah teman-temanmu ini?"

Tanpa ragu-ragu Jupe merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan salah satu kartu nama Trio Detektif yang berukuran besar dan satu kartu lagi, dan memberikannya kepada pamannya. "Mungkin ini bisa menjelaskan," katanya. Pada kartu pertama tertulis:

TRIO DETEKTIF
"Kami Menyelidiki Apa Saja"
? ? ?

Penyelidik Pertama...........Jupiter Jones
Penyelidik Kedua............Peter Crenshaw
Catatan dan Riset..............Bob Andrews

Kartu kedua bertuliskan:

Dengan ini menyatakan bahwa pemegang kartu ini adalah seorang
Asisten Muda Sukarela yang bekerja sama dengan kepolisian
Rocky Beach. Bantuan apapun yang diberikan kepadanya akan
kami hargai.

Tertanda

Samuel Reynolds
Kepala Polisi

Jupiter, yang tidak pernah melewatkan kemungkinan akan adanya misteri, segera meneruskan. "Tadi aku dengar yang Paman katakan dari balik pakaian selam itu, Paman Atticus. Paman sepertinya menyangka aku adalah seorang penjahat. Jika akhir-akhir ini terjadi pencurian, mungkin Trio Detektif bisa membantu Paman."

Atticus Jones tertawa dan seperti menyembunyikan sesuatu mengusap hidungnya yang besar, lalu menunjuk ke arah Jupe dan mengedipkan sebelah mata. "Kakakku selalu berkata bahwa kau setajam paku payung. Aku mungkin punya sesuatu untuk biro penyelidikmu."

Tapi sebelum ia sempat melanjutkan, terdengar ketukan keras di pintu depan. Atticus Jones berjalan ke ruang depan, diikuti oleh para tamunya.

Seorang lelaki muda yang tampan, berusia kira-kira tiga puluh tahun, dengan rambut pirang dan mata biru seperti kristal, berdiri terengah-engah di depan pintu. Ia mengusap keringat dari keningnya dan berusaha mengatur nafas.

"Ada hasil, Cutter?" tanya Atticus suram.

Lelaki bernama Cutter itu menggelengkan kepala, sama sekali tidak menghiraukan orang-orang yang berkumpul di dalam ruangan.

"Sayangnya tidak. Kukira aku melihatnya menuju kota, pakaiannya serba hitam. Ia bisa ada di mana saja. Mungkin sekali ia bersembunyi di dalam salah satu perahu yang masih tertambat. Kita takkan menemukannya sekarang."

"Demi petir!" geram Atticus. "Penjahat itu baru saja mencuri untuk terakhir kalinya! Lihat saja nanti!"

Mata Jupiter berbinar-binar. "Jadi memang ada yang telah mencuri dari rumah Paman! Dan bukan untuk pertama kalinya!"

Bibi Mathilda berdiri dengan tangan dilipat. Ia menatap Jupiter dengan galak. "Jangan ikut campur urusan orang, Jupiter Jones. Klub teka-teki kalian harus menunggu sampai kita kembali ke Rocky Beach. Ini urusan polisi."

Lelaki yang bernama Cutter menatap Jupiter, kemudian Atticus, dengan bingung. "Klub teka-teki? Siapa mereka ini, Jones?"

Paman Atticus melingkarkan tangannya di pundak Jupe dan tersenyum. "Di manakah sopan-santunku? Kapten Oscar Cutter, ini keponakanku Jupiter Jones, sahabat-sahabatnya Bob dan Peter, dan kakakku Titus dan istrinya yang cantik Mathilda. Mereka datang jauh-jauh dari Rocky Beach, California untuk mengunjungiku."

Dengan sopan Kapten Cutter bersalaman dengan semuanya. "Sungguh menyenangkan dapat bertemu dengan kalian. Kuharap kalian menikmati kunjungan kalian di Anchor Bay. Aku berani jamin, kalian takkan menemukan masakan salmon yang lebih enak di Pesisir Barat!"

Mendengar makanan disebut-sebut, perut Jupe mengeluarkan suara cukup keras dan mereka semua tertawa terbahak-bahak.

Pete menepuk punggung Jupiter. "Inilah misteri yang sesungguhnya. Bagaimana Jupiter bertahan sedemikian lamanya tanpa makanan?"

Titus Jones berdiri di samping adiknya dan menyalakan pipa, mengisapnya dengan penuh perasaan selama beberapa saat. "Kurasa kita harus memanggil polisi dan kemudian mencari makan. Anak-anak ini belum makan apa-apa sejak makan malam kemarin."

Jones yang lebih muda menggelengkan kepala. "Tidak ada gunanya memanggil polisi. Aku memanggil mereka setiap dua minggu selama dua bulan terakhir. Mereka datang, mengendus-endus di sana-sini, dan setiap kali mengatakan hal yang sama. Tidak ada yang dapat mereka lakukan. Mereka menyarankan aku memasang alarm atau mengganti kunci pintu. Tapi apa gunanya? Bagi sebagian besar orang, yang kujual hanyalah rongsokan tak berharga! Hanya seorang kolektor benda-benda kelautan sejati tahu nilai sebenarnya dari penemuan-penemuanku ini."

Jupiter memberi isyarat kepada Bob untuk mengeluarkan buku catatan kecil dan pensilnya. Begitu Jupiter Jones mencium sebuah kasus, tidak ada yang dapat menghentikannya hingga kasus itu terungkap -- apapun yang dikatakan oleh Bibi Mathilda. "Apakah pencuri berpakaian hitam itu mengambil sesuatu yang berharga pagi ini, Paman Atticus?"

Atticus Jones nampak terkejut. "Aku... aku tidak tahu. Sampai kini pencuri itu hanya mengambil benda-benda sepele: beberapa peluru meriam, botol-botol anggur tua, satu atau dua blunderbuss."

"Blunder-apa...?" tanya Pete.

"Blunderbuss," jawab Oscar Cutter. "Sejenis pistol antik yang digunakan oleh bajak laut dan militer dulu. Benda semacam itu banyak terdapat di dasar laut sekitar sini."

Giliran Bob yang bersuara. "Paman Titus pernah menyinggung bahwa Anda menemukan suatu harta baru-baru ini, Mr. Jones. Sesuatu dengan nilai sejarah yang besar. Mungkinkah benda itu yang dicari si pencuri?"

"Kau menemukan sesuatu yang besar?" tanya Cutter, suaranya terdengar sedikit kesal karena tidak diikutsertakan dalam penemuan terbaru Atticus Jones. "Kapan? Kau tidak pernah bercerita..."

Tapi Atticus tidak mendengarkannya. Wajahnya berubah muram. "Ya ampun! Aku sama sekali tidak berpikir ke sana. Lebih baik kulihat kalau benda itu masih ada!"

Atticus berlari melintasi rumah, diikuti oleh semua orang. Ia berhenti di sebelah pakaian selam yang tadi dipakainya untuk menyergap Jupiter. Jupe kini dapat melihat bahwa pakaian itu hanyalah sebuah hiasan yang ditopang oleh sebuah papan miring di baliknya. Atticus membuka dua buah gerendel dan membuka suatu peti tua. Ia berseru tertahan.

"Hilang! Demi Tuhan... benda itu hilang!"

Jupiter, Pete, dan Bob berkerumun di sekeliling Atticus dan mengintip ke dalam peti tua itu. Peti itu nampak seperti satu dari ratusan peti serupa yang muncul di pangkalan barang bekas selama bertahun-tahun. Jelas tidak cukup kokoh untuk menyimpan suatu harta di dalamnya, pikir Jupiter. Seorang anak kecil dapat dengan mudah mengambil isinya. Peti itu bahkan tidak dikunci!

Titus seperti berdansa, melompat dari satu kaki ke kaki yang lain. "Apa itu, Dik? Apa yang telah diambil? Ayo bicara sebelum aku mati penasaran!"

Atticus Jones mendesah dan mengusap keningnya dengan sehelai sapu tangan. "Penemuan terbaruku..." ia menghela nafas tanpa daya. "Kalau benda itu benar-benar seperti yang kuduga, segala sesuatu yang sekarang kita ketahui tentang peninggalan William Teach akan berubah!"

"William Teach?" kata Jupiter bersemangat. "Maksud Paman Si Janggut Hitam?"

"Satu-satunya," gumam Atticus.

"Kau pikir kau telah menemukan sesuatu milik Janggut Hitam?" Cutter berseru tak percaya. Pria itu seolah-olah hendak pingsan dan harus meraih sebuah meja kayu untuk mengembalikan keseimbangannya.

"Kemungkinan... Kemungkinan," kata Atticus Jones, menggeleng-gelengkan kepala. "Aku sedang mencari rongsokan dari sebuah kapal karam di dekat Semenanjung Ocracoke -- kalau kau tahu tempat yang tepat, banyak sekali bangkai kapal di sana -- ketika aku menemukan sesuatu yang besar!" Atticus memandang anak-anak. "Kalian tahu sejarah William Teach?"

"Jupe tahu banyak!" kata Pete bangga. "Kami telah mengungkap berbagai kasus yang menyangkut perompak, meskipun misteri-misteri itu berhubungan dengan perompak dari Pantai Barat, seperti legenda Perompak Ungu."

Jupiter, yang memiliki daya ingat yang menakjubkan dan bakat untuk mengingat kembali nyaris semua yang pernah dibacanya, menarik nafas panjang. "William Teach, lebih dikenal sebagai Si Janggut Hitam, memulai petualangan lautnya pada akhir 1600-an sebagai perompak di kawasan yang kini dikenal sebagai North Carolina. Perompak adalah suatu profesi yang legal dan bahkan didukung oleh pemerintahan waktu itu. Sebenarnya karir Janggut Hitam sebagai bajak laut tidak berlangsung lama. Sekitar tahun 1716 ia memiliki armada yang terdiri dari empat buah kapal: kapal utamanya Pembalasan Ratu Anne, dua buah kapal bertiang satu Petualangan dan Balas Dendam, dan kapal kecil yang digunakan untuk memperbaiki tiga yang lain."

Atticus Jones mengagumi pengetahuan keponakannya akan bajak laut namun Jupiter baru saja mulai. "Pada tahun 1718 Si Janggut Hitam dan anak buahnya yang terdiri dari hampir tiga ratus orang sangat ditakuti di kawasan Pantai Timur sehingga kapal-kapal lebih suka berlayar menjauhi North Carolina, ratusan mil menyimpang dari tujuan untuk menghindari mereka.

"Gubernur Spotswood dari Virginia, setelah yakin bahwa gubernur North Carolina tidak melakukan apapun, memutuskan untuk menindak para bajak laut. Ia mengirim dua kapal perang di bawah komando Letnan Robert Maynard ke sebuah kanal yang dikenal sebagai Lubang Teach.

"Yang terjadi selanjutnya adalah pertempuran berdarah yang di dalamnya Pembasalan Ratu Anne dan Petualangan tenggelam. Konon Janggut Hitam mendapat lebih dari tiga puluh luka dalam pertempuran itu, termasuk luka tembakan dan pisau. Dikatakan bahwa ia mengarahkan peluru terakhirnya ke arah kepala Letnan Maynard sebelum kemudian jatuh dan tewas di atas geladak kapal Maynard yang penuh darah tanpa sempat menarik pelatuk. Letnan Maynard memenggal kepala Janggut Hitam sebagai bukti kematian bajak laut itu dan menggantungnya di tiang utama kapalnya. Kemudian ia membuang tubuh bajak laut itu ke laut. Menurut para anak buahnya tubuh Si Janggut Hitam demikian jahatnya sehingga ia sempat berenang mengelilingi kapal Angkatan Laut itu tiga kali sebelum akhirnya tenggelam."

Bibi Mathilda menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah-olah hendak menyingkirkan bayangan tewasnya Si Janggut Hitam. "Cerita yang sungguh seram! Aku tidak dapat membayangkan mengapa kau mengisi kepalamu dengan sampah seperti itu, Jupiter."

"Jadi sekarang kita semua tahu latar belakang Si Janggut Hitam," kata Oscar Cutter dengan tidak sabar, "apa hubungannya dengan penemuanmu?"

Atticus Jones memandang peti yang kosong dengan tatapan kosong dan mendesah lagi. "Kau telah mendengar bagaimana Pembasalan Ratu Anne dan Petualangan tenggelam dalam pertempuran di Lubang Teach?"

"Ya, lalu?" desak Cutter.

"Nah," kata Atticus, "sekarang kutanya: apa yang terjadi terhadap kapal ketiga? Balas Dendam tidak pernah disebut-sebut, begitu pula dengan kapal keempat. Menurut legenda setempat di North Carolina, Janggut Hitam memindahkan semua harta dari kedua kapalnya ke atas Balas Dendam dan kemudian menenggelamkan Pembasalan Ratu Anne dan Petualangan untuk mengurangi ukuran armadanya. Secara kebetulan, pada hari yang sama Maynard menyerbu. Harta itu tidak pernah ditemukan hingga kini."

Oscar Cutter terlihat tidak percaya. Ia bangkit dan mulai mondar-mandir. "Apakah kau bilang Balas Dendam berlayar mengelilingi Kepulauan America hingga ke Pantai Barat? Ke Oregon? Kuharap kau sadar betapa tidak masuk akalnya hal ini! Kejadian itu lama sebelum Terusan Panama mulai direncanakan! Kapal itu terlalu kecil untuk melakukan perjalanan sejauh itu!"

Atticus mengangkat tangannya dalam keputusasaan. "Aku tahu, aku tahu! Meskipun demikian berdasarkan penemuanku, memang itulah yang telah terjadi!"

"Dan apakah penemuan Anda itu, Mr. Jones?" Pete ingin tahu.

Atticus Jones menatap kosong ke arah peti. "Terkubur di bawah pasir dan kerikil Semenanjung Ocracoke terdapat sesuatu yang kupercaya merupakan tiang haluan dari kapal ketiga Janggut Hitam, Balas Dendam."

"Apa itu tiang haluan?" tanya Bob.

"Tiang haluan," Jupiter menjelaskan, "adalah suatu tiang panjang atau patung yang menempel di haluan sebuah kapal. Pada masa itu seringkali dalam bentuk wanita cantik atau putri duyung."

"Juputer benar," kata Atticus. "Namun tiang haluan Balas Dendam berwujud seekor elang raksasa setinggi empat kaki. Cakar dan paruhnya terbuat dari perunggu dan matanya batu delima!"

"Dan itukah yang kau temukan?" desak Bibi Mathilda. "Seekor burung raksasa?"

"Tidak juga," jawab Atticus, menggelengkan kepala. "Kayu itu pasti telah lapuk dan hancur ratusan tahun yang lalu. Yang kutemukan adalah sebuah cakar perunggu di dasar laut -- dengan ukuran dan bentuk yang tepat untuk seekor elang kayu setinggi empat kaki!"


BAB IV
KASUS BARU!
"Tidak masuk akal!" Oscar Cutter tertawa. "Cerita yang terlalu ajaib untuk menjadi kenyataan!"

"Aku tahu hal itu memang terdengar mustahil," Atticus Jones mengakui, "dan sangat mungkin cakar itu berasal dari sebuah kapal yang lain sama sekali. Namun kemungkinan itu -- kemungkinan sejuta banding satu bahwa harta karun Si Janggut Hitam tersebar di dasar perairan Ocracoke ... ayolah, Cutter, bahkan kau pun, seorang skeptis sejati, pasti mengakui bahwa ini adalah impian seorang pemburu bajak laut!"

Oscar Cutter mengibaskan tangan dengan kesal dan berjalan menuju pintu. "Kau ingin tahu apa pendapatku, Jones? Kurasa ada buih nitrogen di dalam otakmu akibat terlalu cepat keluar dari ruang dekompresi. Kata-katamu tidak masuk akal! Dan sekarang, aku mohon diri, aku harus pergi. Universitas tidak membayarku untuk memburu legenda gila. Mereka menuntut bukti nyata." Ia menoleh ke arah Titus dan Mathilda, tidak menghiraukan anak-anak. "Senang berkenalan dengan Anda." Dan ia pun berpaling dengan kaku dan berjalan ke mobilnya.

Pete menggaruk-garuk kepalanya sambil memandangi lelaki pirang itu pergi menjauh di dalam mobil putihnya yang kecil. "Wah, ada apa dengannya?"

Atticus Jones menenangkannya. "Jangan hiraukan Cutter. Ia berasal dari keluarga pelaut dan kesal jika bajak laut disebut-sebut. Ia emosional namun tidak berbahaya. Ia juga seorang penyelam. Bahkan ia punya tempat penggalian besar beberapa mil di sebelah utara tempat penggalianku. Sebuah universitas di Portland mendanainya dan ia terus-menerus ditekan. Universitas itu menginginkan hasil atau mereka akan menghentikan kucuran dana. Itulah sebabnya aku bekerja seorang diri. Aku tidak tahan jika ada seseorang yang mengawasiku selagi aku bekerja!"

Jupiter masih sibuk berpikir tentang si penyusup berpakaian serba hitam. Ia mendesak pamannya. "Paman Atticus punya dugaan siapa orang itu? Maksudku, siapa yang mau menyusup ke rumah ini? Sepertinya benda-benda rongsokan dari kapal karam bukanlah sesuatu yang berharga. Tidak ada pasar yang besar untuk jangkar dan peluru timah."

Atticus Jones menatap Jupe. "Jupiter, Anakku, itu adalah pengamatan yang sangat teliti. Dan aku tahu siapa penjahat yang menyusup ke rumahku!"

"Anda tahu siapa orangnya?" Pete terkejut. "Kalau demikian mengapa Anda tidak bilang dari tadi? Kita bisa memanggil polisi!"

"Ahh..." kata Atticus, "tidak ada bukti, Peter. Tapi dengan bantuan Trio Detektif kurasa aku bisa mendapatkan cukup bukti untuk mengirim para Perompak Baru dari Barat ke balik terali besi selama beberapa waktu!"

"Perompak Baru dari Barat!" seru Bob bersemangat. "Maksud Anda, benar-benar ada bajak laut yang masih hidup di Anchor Bay?"

Atticus tertawa dengan ceria, mengembalikan penutup peti, dan duduk di atas peti itu, yang hingga beberapa saat sebelum itu menyimpan Cakar Perunggu. Atticus tidak mau bersusah payah memasang kembali gerendel di peti yang kini kosong itu. "Bukan bajak laut sesungguhnya, Bob, meskipun mereka menyebut diri perompak. Perompak Baru dari Barat adalah sebuah organisasi pria dan wanita dari California Selatan hingga Washington yang mengaku keturunan bandit-bandit zaman dahulu dari Pantai Barat. Bajak laut seperti Black Jack Sebastian, Kapten Ronald 'Kaki Kayu' LeForge, Salty Jon Waters, dan Black Peter Blanch. Banyak yang tidak punya bukti kuat selain nama keluarga yang sama namun beberapa memang benar-benar keturunan langsung."

"Perompak di Anchor Bay," dengus Bibi Mathilda, "sekarang aku sudah mendengar semuanya! Ide konyol..." gumamnya, lalu kembali ke tumpukan peta kuno yang sedang dirapikannya di atas meja Atticus yang penuh sesak.

Jupiter tidak menghiraukan bibinya dan menatap pamannya dengan tatapan puas. "Kuduga Perompak Baru dari Barat menentang pengambilan barang-barang dari kapal karam, terutama kapal bajak laut. Mereka menganggap Paman mengganggu ketenangan tempat peristirahatan terakhir leluhur mereka."

"Benar-benar menakjubkan!" seru Paman Atticus. "Memang itulah pekerjaan mereka! Setiap kali aku pergi untuk mengadakan ekspedisi, aku harus berurusan dengan tiga atau empat perahu motor yang mengelilingi perahuku. Perahu-perahu mereka mengeruhkan air dan membuat penyelamanku sungguh berbahaya. Tapi aku tidak akan menyerah! Aku pernah menyelam dalam kondisi terburuk dan air yang sedikit berombak takkan cukup untuk menakut-nakuti Atticus Jones!"

"Tapi kini lebih dari air yang berombak," tukas Titus. "Kini mereka melanggar dan mencuri hak milikmu."

"Memang benar," kata Atticus setuju. "Dan aku tidak dapat menjelaskannya. Seperti yang kukatakan tadi, kejadiannya hanya sekali setiap dua minggu kira-kira dan setiap kali mereka hanya mengambil satu benda. Sesungguhnya aku belum pernah memergoki seorang pun. Oscar melihat seseorang pagi ini dan itu pertama kalinya. Kurasa kejadian-kejadian itu hanyalah peringatan bahwa para perompak itu mengawasiku, berusaha menakut-nakuti aku sehingga berhenti menyelam. Mungkin tidak akan terjadi apa-apa selama kalian di sini."

"Dapatkah aku dan rekan-rekan berasumsi Paman hendak menyewa Trio Detektif?" tanya Jupiter dengan gayanya yang paling profesional.

Bibi Mathilda mencibir dan menggeleng-gelengkan kepala sementara Atticus Jones mengeluarkan dompet usangnya dan mengambil selembar uang kertas senilai dua puluh dolar. "Uang muka," katanya sambil menyerahkannya kepada Jupiter. "Nanti akan ada dua puluh lagi untuk kalian masing-masing jika kalian berhasil menangkap pencuri yang mengambil Cakar Perunggu sebelum kalian kembali ke Rocky Beach dua minggu lagi!"

Jupiter tidak tahan untuk tidak menyeringai. Tidak ada yang dicintainya lebih daripada sebuah misteri yang menantang dan otaknya sudah mulai berputar kencang memikirkan kasus baru ini. "Paman tahu perwakilan Perompak Baru dari Barat di daerah ini?"

"Aku tahu," kata pria berkumis besar itu, "tapi aku tidak akan memberi tahu kalian!"

Jupiter, Pete, dan Bob nampak terkejut. "A-Apa..." Jupe hendak mengatakan sesuatu. Ia berhenti ketika melihat seringai nakal pamannya.

"Maksudku, aku tidak akan memberi tahu kalian sebelum kita memasukkan telur dan daging panas serta jus jeruk ke dalam perut lapar kalian masing-masing!"


BAB V
PARA PEROMPAK BARU
Setelah menyantap sarapan besar di sebuah rumah makan di pusat Anchor Bay, Trio Detektif berjalan melewati jalan setapak yang penuh dengan turis, mengikuti petunjuk Atticus, menuju ke markas Perompak Baru dari Barat.

"Menurut Paman Atticus Anchor Bay benar-benar telah berubah menjadi sarang turis," kata Jupiter, mengamati suatu keluarga yang sedang berkantong-kantong permen dari seorang pedagang pinggir jalan. "Sebagian tertarik untuk memancing, yang lain menikmati toko-toko kecil dan rumah makan. Bahkan ada permainan video dan lintasan go-kart untuk anak-anak. Kurasa semua orang berusaha meraup keuntungan dari para turis. Itulah sebabnya Paman Atticus membuka toko barang antiknya. Ia merasa ada baiknya ia mengambil untung dari segala benda tua yang dikumpulkannya selama bertahun-tahun. Ini dia tokonya."

Anak-anak berhenti di depan sebuah toko kecil yang terjepit di antara sebuah toko lilin dan sebuah toko teh. Mereka mengintip melalui jendela kaca yang tebal. Bagian dalam toko itu nampak kosong dan sunyi. Sebuah tanda di pintu berbunyi:

"BARANG-BARANG ANTIK KELAUTAN JONES"
Atticus Jones, Pemilik
Akan Dibuka Tanggal 8 Juni

Anak-anak membeli permen dan mengunyahnya sambil melanjutkan berjalan menyusuri jalan setapak beralas kayu itu. Mereka telah melewati beberapa blok lagi dan hampir mencapai batas kawasan bisnis itu ketika Bob berseru.

"Lihat!"

Jupe dan Pete mengikuti pandangannya ke arah atap-atap. Sebuah bendera besar berwarna hitam dengan gambar tengkorak dan tulang bersilang putih berkibar di sebuah tiang di samping sebuah pos pemadam kebakaran tua.

"Jolly Roger," kata Pete. "Teman-teman, kurasa kita telah menemukan para perompak kita!"

"Menurutmu apakah ada baiknya kita semua masuk, Pertama?" tanya Bob kepada Jupiter.

Remaja gempal itu menggeleng dan berpikir sejenak. "Sebaiknya hanya satu saja yang masuk. Tidak ada gunanya kita bertiga memamerkan wajah, ada kemungkinan kita nanti harus membuntuti seseorang."

"Kubilang Jupe saja yang masuk," kata Pete. "Ia lebih cocok untuk hal-hal semacam ini. Aku tidak pernah tahu harus berkata apa."

Bob setuju. "Ia benar, Pertama. Kau jauh lebih baik daripada kami berdua dalam hal mengarang cerita."

Jupiter menatap kedua rekannya. "Kalian berdua perlu berlatih mengumpulkan informasi. Tapi karena kita tidak punya banyak waktu di Anchor Bay, biar aku yang masuk."

"Sementara itu, Pete dan aku akan mengamat-amati sekitar gedung itu," kata Bob, "siapa tahu kami melihat sesuatu yang mencurigakan."

"Kita bertemu di ujung blok ini dua puluh menit lagi," kata Jupiter sambil berjalan menuju ke pos pemadam kebakaran tua itu. "Kalau saat itu aku belum muncul, kembalilah ke rumah Paman Atticus dan tunggu aku di sana."

Bob dan Pete mengangguk dan mulai berjalan mengelilingi blok itu, menuju ke arah suatu lorong sempit yang berada di belakang gedung-gedung tua itu.

Seraya berjalan mendekati markas Perompak Baru dari Barat, Jupiter membiarkan bahunya turun dan wajahnya yang tembam cemberut. Jupe pernah menjadi seorang aktor kanak-kanak untuk televisi dan sangat berbakat dalam berakting. Jika mau, ia dengan bagus sekali dapat memerankan seorang anak yang agak terbelakang. Ia menarik pegangan pintu yang aus dan sebuah lonceng tembaga besar di atas pintu berbunyi. Ketika ia menutup pintu di belakangnya, lonceng itu berbunyi lagi.

Jupe berdiri di samping pintu depan itu dan mengamati sekelilingnya. Bekas markas pemadam kebakaran itu sedang dalam proses perbaikan. Bau cat basah dan bubuk gergaji mengambang di udara dan ia dapat melihat gergaji, papan, palu, dan paku berserakan di ruang depan yang besar. Ia memasuki ruangan besar yang remang-remang itu dan memanggil, suaranya memecah kekosongan.

"Halo! Ada orang di sini?"

Tidak ada jawaban. Ia melihat jam tangannya dan melihat bahwa saat itu baru pukul sembilan lewat empat puluh lima menit. Sudah terlambat untuk sarapan dan terlalu pagi untuk makan siang. Penyelidik Pertama berjalan lebih jauh ke dalam ruangan dan kembali memanggil.

"Halo! Ada orangkah?"

Jupiter nyaris tidak mendengar suara aneh yang bergemerisik dari suatu tempat di atasnya sebelum ia mendapati dirinya bertatapan muka dengan seorang perompak yang bengis! Ia tersentak dan mundur beberapa langkah, membentur kuda-kuda gergaji dan menjatuhkan sebuah palu dan sekantong paku ke lantai, menimbulkan bunyi keras!



Bajak laut berwajah kejam itu mengenakan topi khas bajak laut, jaket pelaut panjang berwarna merah, sepatu lars hitam setinggi lutut, dan kemeja putih yang lusuh. Yang paling parah, sebilah belati menyeramkan terselip di sela-sela gigi-giginya yang putih berkilau.

Ketika Jupe melihat pisau tergigit di antara gigi-gigi perompak itu, ia segera menemukan kembali keberaniannya.

"Kostum Anda cukup meyakinkan," katanya, mulai tenang, "namun gigi Anda terlalu putih untuk seorang bajak laut sejati. Untuk efek yang lebih meyakinkan, Anda harus mendatangi toko kostum dan membeli gigi palsu."

Perompak menyeramkan itu meluruskan tubuhnya dan memiringkan kepalanya ke samping. Ia mengambil belati di mulutnya, mengusapkan mata pisaunya ke celana, dan menyeringai. "Baiklah, aku bukan bajak laut sejati. Tapi akuilah, untuk sesaat kau benar-benar ketakutan."

Jupiter menyadari bahwa ia telah lupa sama sekali akan aktingnya sebagai seorang anak bodoh akibat kemunculan si perompak yang mengagetkan itu. Sudah terlambat sekarang. "Bukan ketakutan," katanya, tersenyum kecut, "terkejut lebih tepatnya. Saya sempat lupa bahwa bangunan ini tadinya merupakan pos pemadam kebakaran. Saya tidak menyadari bahwa tiang kuningan yang ada di sebelah saya ini merupakan tiang yang digunakan para petugas pemadam kebakaran untuk meluncur turun."

Bajak laut itu menaikkan alisnya, tercengang. "Pernahkah ada yang bilang kepadamu bahwa kau bicara seperti kamus?" tanyanya. "Namaku Gaspar St. Vincent. Sebenarnya nama asliku adalah Francis Shoe. Tapi siapa yang pernah mendengar ada perompak laut bernama Francis? Jadi panggil saja Gaspar."

Jupe berjabat tangan dengan bajak laut yang ramah itu dan kemudian segera menuju ke pokok masalah. "Apakah Anda satu-satunya yang bekerja di Perompak Baru dari Barat, Gaspar?"

"Sebenarnya tidak ada yang bekerja di sini," kata Gaspar menjelaskan, "kami organisasi nirlaba. Semua orang hanyalah sukarelawan. Satu-satunya syarat menjadi anggota adalah hubungan keluarga dengan seorang perompak masa lalu. Apakah kau hendak mendaftarkan diri?"

Jupiter berpikir cepat. "Oh, sebenarnya saya sedang mengerjakan suatu tugas tentang bajak laut untuk semester pendek. Saya mendengar tentang Perompak Baru dari Barat dari paman saya dan merasa menemukan subjek yang tepat untuk karya tulis saya. Anda keberatan saya wawancarai?"

Gaspar menarik kerah jaket panjangnya dan mendongakkan dagu. "Kurasa sudah waktunya orang-orang bodoh di atas itu kuberi daging kambing dan arak. Ikuti aku, anjing kurap!"

Jupiter terkekeh mendengar ucapan khas perompak yang kasar itu dan ia mengikuti pria itu menaiki tangga melingkar ke lantai dua markas pemadam kebakaran tua itu. Dalam hati ia merasa Gaspar St. Vincent akan cocok sekali berperan dalam pertunjukan Sarang Perompak Ungu milik Jeremy Joy yang pernah ditontonnya bersama Bob dan Pete ketika mereka mengusut Misteri Perompak Ungu.

Ketika mereka sampai di ujung tangga, mata Jupiter terbelalak dan mulutnya ternganga, terkejut melihat yang ada di lantai dua.

Seluruh lantai itu merupakan suatu ruangan besar yang mirip museum. Dinding-dindingnya dibuat terlihat seperti bagian dalam sebuah kapal, dengan roda-roda kemudi besar dari kapal-kapal kuno, jaring, jangkar, dan layar setinggi enam meter. Di tengah ruangan terdapat tempat-tempat dari kaca. Masing-masing berisi artifak seperti pistol, pisau, alat makan, dan pakaian. Penjelasan masing-masing benda tertempel dengan rapi di sisinya.

Namun yang paling mengejutkan Jupiter adalah patung-patung lilin. Di dalam ruangan itu Jupe menghitung ada paling tidak selusin patung para bajak laut paling terkenal dalam ukuran sebenarnya. Ada Si Janggut Hitam yang berdiri di samping Caesar dan Red Anny tepat di sebelah William Evans. Masing-masing patung diukir dengan memperhatikan bagian-bagian terkecil, dari janggut di dagu hingga ke belati di ikat pinggang mereka. Jupe merasa patung-patung itu cukup hidup untuk melompat turun dari landasan berdiri mereka dan siap membantai!

Gaspar memulai narasi yang jelas dihapal. "Perompak Baru dari Barat adalah suatu atraksi yang menghibur sekaligus mendidik seluruh keluarga yang akan dibuka dari pukul sembilan hingga pukul lima selama musim panas dan dua kali seminggu dari pukul sembilan hingga pukul dua setelah musim berlibur usai -- jika kami dapat menyelesaikan pekerjaan ini sebelum pembukaan. Sayangnya pembukaan tinggal dua minggu lagi dan kami bahkan belum mulai dengan lantai dasar."

"Anda berkata 'kami'," sela Jupiter, memandang berkeliling, "siapa lagi yang ada di sini?"

"Ah, konyolnya aku," desah Gaspar, "yang lain ada di atap. Seperti yang kau lihat sendiri, ini adalah bangunan tua dan kami harus bekerja keras memperbaikinya. Untunglah banyak pendiri Perompak Baru yang berprofesi dokter dan pengacara. Atap bangunan ini sungguh butuh sapuan tir. Anggota kelompokku yang lain ada di atas, mengerjakannya. Kau ingin bertemu dengan mereka?"

Jupe hendak berkata tidak usah namun Gaspar St. Vincent yang aneh itu sudah mulai melangkah di tangga yang menuju ke atap. "Ikuti aku!" serunya.

Jupiter menaiki anak-anak tangga itu dan muncul di teriknya matahari. Di atas atap ada dua orang lelaki dan seorang gadis, semua berpakaian bajak laut. Mereka baru saja selesai dengan tir.

Gaspar menoleh ke arah Jupe dengan wajah memerah. "Maaf, anak muda, aku tidak tahu namamu."

"Jupiter Jones."

"Cocok!" seru Gaspar. "Nama yang cocok untuk seorang bajak laut!" Ia berpaling kepada ketiga perompak dengan kuas tir. "Perhatian! Awak Kapal Bly, Peterson, dan O'Reilly, perkenalkan Master Jones. Ia sedang menyusun laporan tentang bajak laut untuk tugas sekolah."

Ketiga perompak itu meletakkan kuas mereka ke dalam ember berisi cairan hitam dan lengket dan mendekat. Seorang pria besar dan berotot dengan penutup mata menyulut sebatang rokok. "Sekolah mana?" tanyanya dingin.

"Maaf?" Jupiter terkejut.

"Francis bilang kau di sini untuk tugas sekolah. Sekolah mana itu?" ulang Bly, mata satunya menyipit memandang Jupe dengan melecehkan.

Jupe tidak ragu-ragu. "Sekolah Menengah Rocky Beach. Semester pendek untuk kelas sejarah. Saya sedang menulis tentang bajak laut."

"Tidak pernah dengar," kata Bly curiga.

"Cukup jauh ke selatan dari sini," Jupe menjelaskan dengan lancar. "Saya sedang berlibur di sini."

"Sepertinya ada udang di balik batu," perompak kekar itu bergumam sambil berjalan menuju tangga.

Gaspar menepuk punggung Jupe sementara mereka memandangi pria itu menuruni tangga. "Lupakan Connie Bly. Ia bekerja sepanjang pagi di bawah terik matahari. Siapa tahu setelah ini ia akan mengikatmu di ujung geladak dan memberimu lima puluh cambukan."

Seorang gadis muda yang cantik dengan kawat gigi tersenyum dan menjabat tangan Jupe. Usianya tidak jauh berbeda dengan Jupe. Ia mengenakan kemeja bergaris-garis dan kepalanya terbungkus bandana. "Hai! Namaku Ashley O'Reilly. Ayahku anggota di sini. Aku hanya membantu-bantu secara suka rela."

Perompak yang kedua mengangguk ke arah Jupe dan tersenyum. "Senang bertemu denganmu, Nak. Aku Vic Peterson, salah seorang pendiri Perompak Baru. Apakah ada leluhurmu yang bajak laut? Hanya itu yang kau butuhkan untuk bergabung. Bahkan kalaupun tidak, kami selalu menerima sukarelawan yang dapat menggunakan gergaji dan palu. Kau punya teman yang mungkin tertarik?"

Jupiter tersenyum sopan dan kemudian menjelaskan bahwa ia hanya akan berada di Anchor Bay selama dua minggu. Selain itu, pikir Jupiter, ia lebih suka mengkaryakan otaknya daripada ototnya.

Gaspar tersenyum kepada teman-teman perompaknya. "Silakan menyelesaikan dan setelah itu pergi makan siang."

Gaspar memimpin Jupiter kembali ke bawah. Ketika mereka tiba di lantai dasar, Jupe menoleh. "Mr. St. Vincent, saya sempat melihat hiasan-hiasan di lantai dua. Saya mendapat kesan Perompak Baru menentang pengambilan benda-benda dari kapal bajak laut yang tenggelam."

"Memang demikian!" Gaspar berkata dengan penuh perasaan. "Semua yang kau lihat di atas itu adalah replika yang sama persis. Replika adalah tiruan benda asli, aku yakin kau tahu. Tujuan utama Perompak Baru adalah mendidik masyarakat dan menghentikan pengrusakan warisan kita! Tapi karena kami belum lagi buka, bagaimana, kutanya, kau bisa tahu bahwa kami menentang penghancuran sejarah leluhur kita -- juga batu karang yang menjadi rumah bagi jutaan spesies yang hidup di laut?"

Jupiter merasa tidak ada salahnya berkata jujur kepada Gaspar. Perompak itu nampak sangat ramah. "Paman saya adalah Atticus Jones, penyelam yang sedang bekerja di suatu tempat dua mil ke arah pantai. Ia berkata bahwa organisasi ini telah mengitari perahu-perahu mereka sebagai protes."

Mendengar pengakuan ini kedua mata Gaspar menyipit dan berubah dingin. "Jadi kau bersaudara dengan dia! Hal itu sebenarnya sudah cukup untuk menyuruhmu berjalan di atas papan!"

"Berjalan di atas papan" adalah istilah bajak laut yang mengacu pada salah satu hukuman mereka yang terkenal. Orang terhukum diperintahkan berjalan sepanjang papan pendek yang menjorok ke atas laut dari sisi geladak kapal, hingga akhirnya tercebur ke laut.

Lonceng di atas pintu berdentang ketika Gaspar membukanya. Ia praktis mendorong Jupe keluar. "Hingga pamanmu berhenti menghancurkan makam leluhur kami, kau dilarang masuk ke Perompak Baru dari Barat! Selamat jalan, Jones!"

"T-t-tapi..." Jupiter tergagap.

"Ah, ah," potong Gaspar sambil menggoyang-goyangkan jari. "Dan jangan sampai kulihat kau di sekitar sini lagi!" tukasnya -- sebelum membanting pintu di depan wajah Jupiter!


Bersambung aja ya....
Ntar di sambung lagi di Artikel berikutnya.... dimarahin Plato... kepanjangan ...

terima kasih telah membaca sampai akhir ...