HIKAYAT SANG PRESIDEN

Day 1,421, 21:39 Published in Indonesia Indonesia by Stephanus N

Disadur dari naskah monolog berjudul "SiKor" dan disesuaikan dengan keadaan sini.

Jadi ambil kopi anda dan nikmati bacaan ini.
Jangan diambil hati tetapi tolong diresapi.



LAMPU SEMAKIN TERANG KETIKA ORANG TERSEBUT MULAI BERGERAK MEMUTAR TUBUHNYA YANG MASIH LEKAT PADA KURSI DENGAN GERAKAN YANG SANGAT DRAMATIS. LALU MENGAHADAP KE ARAH PENONTON. NIKMAT SEKALI TAMPAKNYA.

WAJAHNYA PENUH KHARISMATIK. SEDIKIT KUMIS. STELAN BAJU SAFARI. RAMBUT MENGKILAT SEPERTI BASAH. SEBELAH KAKINYA MENUMPANG DI ATAS LUTUT KAKI YANG LAIN. DIA TERSENYUM PADA PENONTON. SENYUMAN RAMAH YANG RADA ANEH. DAN SEBELUM MULUTNYA BICARA, IA MENGANGGUK DENGAN PENUH RASA HORMAT. TAPI TAMPAK KONYOL.




“Selamat datang, Saudara-Saudariku…. Selamat berjumpa. Dan apa kabar ? Senang rasanya saat ini saya dapat bertatap muka dengan anda sekalian. Tak lain, karena saya selalu rindu dan menantikan saat-saat seperti ini datang. Meskipun pada kenyataannya, sama sekali kita ini tak pernah bertemu sekali pun di masa lampau. Tapi tak apa-apa. Saya tak pernah punya pikiran jelek pada siapapun.”

“Hidup di Erepublik itu penuh perjuangan. Jadi jangan main-main. Harga diri dunia maya sudah dipertaruhkan disini. Dan tentunya, tak penting lagi menggunjingkan tentang berapa banyak pengorbanan uang saku atau gaji untuk membeli Gold apabila dibandingkan dengan suksesi yang akan nanti kita dapatkan.….. Ya, seperti hukum ekonomi saja. Membeli atau menjual. Dibeli atau dijual, gitu. Politik pun demikian. Dengan modal seminim mungkin, kita raih keuntungan sebesar-besarnya. Tebar pesona dimana-mana. Mulai tunjukan jasa-jasa kita walau pun kecil dan sangat kita sadari semuanya itu tak begitu berarti. Bikin pernyataan-pernyataan kontroversial. Pancing semua lawan politik anda supaya supaya mau berkonfrontasi secara terbuka. Kalah banyak dukungan kagak apa-apa. Yang penting kita angkat suara. Yang penting konflik. Yang penting populer. Dan persetan dengan setan.”

“Oya, sebagai orang politik, tentu saja kita juga mesti tahu beberapa rumus basi namun masih sering dipakai sehingga kini. Kalo ingin mendapat kongres, gampang itu! Hubungi para juragan, sok kenal sama dia, sanjung-sanjung sedikit. Bila dia menganggukan kepala, niscaya medal kongres menyala. Ingin kursi presiden? Selain para juragan, sok kenal sama sesepuh dan str besar. Negri kita ini animisme, maksudnya pengagum luar biasa dengan sesepuh. Jadi cukup kenal juragan dan sesepuh, maka kursi panas bisalah kita dapatkan. Soal kualitas pemerintahan itu nomor sekian. Yang penting harga diri medal nyala”

“Nah, untuk lebih memperbesar peluang. Yakni guna memuluskan jalan anda mencapai tampuk kekuasaan, salah satunya adalah anda juga harus punya satu dekengan lagi. Gold? Bukan, itu sudah terlalu klise, memang itu salah satu faktor tapi itu bisa diatur. Coba tebak… Siapa? Tepat sekali. A-Be-RI! Anda tahu tidak semua ABeRI mempunyai nasionalis dan profesionalisme yang baik. Kadang ada beberapa yang bisa “disetting” untuk mempermulus jalan ke kursi presiden kita. Mereka ini yang disebut ANN (Aberi Ngalor Ngidul), ga jelas asal usul-nya. Kadang taat, kadang gak, kadang cuti, kadang pake avatar, kadang gak.”

“…..eee, hampir lupa. (SETENGAH BERBISIK) Kalau anda memang berminat bekerjasama dengan semua pihak, saya punya catatan kecil pribadi yang sangat rahasia. Mau tahu? Gini, Cukup anda kasih pesangon ke kelompok kiri, biar mereka tutup mulut! Gak berisik, mereka ini ngaku kiri tapi sebenarnya bisa dibayar kok! Sontoloyo emang…”



“Dan begitulah saudara. Kehidupan erepublik seperti ini, saya harus terus menguras otak agar apa yang tengah saya miliki terus bertambah. Kadang menjual kewarganegaraan demi beberapa buah Gold, kadang tidak taat order demi beberapa Gold, kadang harus ngejilat mentri demi beberapa Gold. Karena kalau tidak demikian, sia-sia saja semuanya….he….he.”

“Coba, anda lihat baik-baik diri saya. Sebentar saja. Ayo! Nah, sekarang apa yang anda lihat? Apa? Kumis saya jelek? Bukan itu, lihat lagi. Jangan menyinggung soal kumis. Gini-gini juga pernah menaklukan artis selebriti. Ah, cobalah sekali lagi. Lihat saya, lihat! Nah, nah….. Apa? Kursi? Ya, tentu saja ini kursi. Tapi coba anda semua perhatikan sekali lagi. Bukan hanya kursinya. Melainkan makna daripada kursi ini. Sudah? Ha…ha….. Saya yakin seyakin-yakinnya anda semua pasti mafhum. Mengerti….”

ORANG ITU BANGKIT DARI KURSINYA. DAN MEMAMERKAN APA YANG DIMILIKINYA KEPADA SEMUA PENONTON. LALU MENYELINAP KE BELAKANG KURSI YANG BARU SAJA DIDUDUKINYA. MENYENTUH-NYENTUHNYA DAN BICARA.

“Kursi inilah yang selalu jadi rebutan banyak orang. Tak peduli dengan tingkat status kasta sosial orangnya sendiri. Hanya orang dengan selera rendahan saja yang tidak mau duduk di atasnya. Anda tahu? Di kursi panas inilah seluruh harga diri dunia maya anda digantungkan. Disinilah cita-cita menemukan titik klimaksnya. Sehebat apa pun orangnya maka ia belumlah begitu sempurna bila tidak pernah sekalipun menyentuh kursi seperti ini. Sebab ini adalah dunia maya, Saudara. Dunia Maya! Dimana orang sepengecut apapun bisa menjadi pahlawan di sini.”

“Namun, ingat! Tak sembarang orang boleh memilikinya. Kursi ini diperuntukkan hanya bagi orang-orang yang terpilih dan berani menjilat. Dan jangan salah, Saudara. Jika anda sudah merasakan kursi ini. Pun anda harus mati, maka nama anda sekalian akan terus dikenang sepanjang masa. Tercatat di Wiki, luar biasa bukan?”



“Yah,….begitulah saudara. Romantika dari sebuah estetika dramaturgi dunia maya. Terkadang, bila saya membayangkan hal itu akan terjadi pada diri saya, saya jadi ngeri sendiri. Takut. Namun ketakutan pun akan sirna sendirinya apabila anda telah merasakan apa yang sekarang ini sudah dan sedang saya nikmati. Kepuasan! Tak pernah dapat saya lukiskan. Membeli kompeni seenaknya, mengambil IDR semaunya, Napo segila-gilanya. Semuanya dibiayai oleh Negara! Apa? Gak mungkin? Apanya yang kagak mungkin di eIndonesia ini! Asalkan prosedur ditempuh dengan rapi. Supaya berkas-berkas yang menjadi barang bukti tampak sempurna dan gak bermasalah.”

KETIKA IA MASIH TERUS SAJA BICARA, MAKA TERDENGAR LAGI SUARA-SUARA ANEH. MESKIPUN BELUM JELAS TAPI CUKUP MEMBUAT PERUBAHAN SUASANA PERMAINAN. DAN IA SEMAKIN TERBUAI OLEH BERBAGAI IMPIANNYA. TERUS MENGOCEH SAMBIL MERASAKAN SEOLAH-OLAH IA SEDANG BERSETUBUH. DAN ITU TAMPAK BEGITU MENYEDIHKAN !

SUARA-SUARA SEMAKIN NYARING TERDENGAR MULAI MEMANASI SUASANA. IA MULAI MENYADARI KEADAAN. IA SEPERTI MELIHAT DAN MERASAKAN BERAGAM SOSOK MUNCUL DI HADAPANNYA. TIBA-TIBA TUBUHNYA BERGIDIK KERAS. IA MULAI TAK TERKENDALI. TANGANNYA MENUDING-NUDING KE ARAH-ARAH YANG KOSONG. BAHKAN MENJERIT-JERIT TAK KARUAN.


“Hey, siapa kalian yang bicara kotor itu di hadapan saya? Ayo ngaku! Tak kalian lihatkah akan siapa yang sedang kalian hadapi saat ini? Heh, apa yang akan kalian lakukan? Apa? Menyerahkannya? Enak saja. Saya dapatkan kursi ini karena saya memang berhak mendapatkannya. Sebab ini adalah hasil sebuah pilihan. Atas nama rakyat saya bicara. Juga atas nama persatuanbangsa ini juga saya berjaya. Dan jika saat ini saya sedang menikmati hasil, ya, jangan sirik dong.”

“…..eeeh. Mau apa kalian? Jangan bilang saya penipu. Kalianlah yang telah menipu diri sendiri karena telah percaya pada saya. Lho, saya bukan pembohong. Saya telah menympaikan apa yang telah kalian amanatkan pada saya. Sungguh. Tak sedikit pun saya menyembunyikannya. Tapi kalau itu tidak terealisasi, ya, apa boleh buat. Emangnya kongres itu milik saya sendiri? Emangnya partai itu punya saya sendiri? Dan emangnya jabatan saya ini saya sendiri yang menentukan? Pemerintah? Tidak…. Saya hanya sedikit membeli peluang untuk bisa merasakan akan bagaimana rasanya bila saya sedikit punya kesempatan menduduki kursi ini. Tak ada hal lain lagi."

"Apa? Tidak adil? Memangnya ada keadilan di negeri ini? Jangan sok suci kamu…. Awww….!!! Siapa yang memukul kepala saya? Jangan anarkis, dong. Kita bisa bicarakan baik-baik persoalan ini. Secara kekeluargaan sajalah…. Awww….!!! Jangan pukul saya lagi…. Boleh saja kalian teriak dan buat artikel. Tapi bukan begini caranya. Gila? Hey, jangan bilang saya gila. Saya masih waras. Saya masih waras ! Oh,….jangan ambil kursi saya. He, jangan mendekat. Ingat, dengan meng-impeach saya, berarti kalian telah membunuh banyak suara dari sekian ribu suara masyarakat dan sapi di negeri ini. Dan itu dosa, nyaho….. Dosaaaa…….!!! Tolong…., Tolooooooong !”

SUARA-SUARA SEMAKIN KERAS. DAN IA SEMAKIN PANIK. TERIAKANNYA TERSAPUT GEMURUH DALAM YEL-YEL TANPA TUAN. HANYA ADA SUARA. HANYA ADA KENGERIAN YANG TAK DAPAT DIJABARKAN.

DIA NAIK KE ATAS KURSI, TAPI JATUH KEMBALI. IA BERUSAHA MEMPERTAHANKAN APA YANG IA YAKINI SEBAGAI SESUATU YANG PALING BERHARGA DALAM HIDUPNYA. NAMUN SIA-SIA. IA NAMPAK KELELAHAN. MENGERIKAN. TAPI DENGAN TIBA-TIBA APA YANG TERJADI SEAKAN TERHENTI. TAK ADA SUARA LAGI. HANYA KEGELAPAN.NAMPAK KURSI YANG TELAH KOSONG. TAPI DALAM KEADAAN YANG TERJUNGKIR. BLACK OUT !