[Kritik-PKeI] KISAH SEBUAH PATUNG PENJAGA

Day 1,163, 20:56 Published in Indonesia Indonesia by Stephanus N

Patung Penjaga yang merupakan simbol dari Negara maya bernama eIndonesia berdiri tegak di tengah dengan tulisan megah :

“INI ADALAH PERLAMBANGAN DARI NIAT KAMI UNTUK MENJAGA NILAI KEJUJURAN DAN MORAL SOSIAL DEMI MENJAGA KEUTUHAN NEGRI”

(suara angin dan hewan-hewan yang menunjukan suara malam hari)

Patung Penjaga perlahan-lahan bergerak dan turun dari tempatnya. Mulai berjalan, melihat sekeliling-nya kemudian duduk di tempatnya tadi berdiri.

Patung Penjaga : Huahh akhirnya sudah malam lagi

Patung Penjaga : Hari ini benar-benar hari yang aneh. Yah sebenarnya seh tidak terlalu aneh lagi untukku. Sudah cukup sering terjadi di sini, negri ini.

Patung Penjaga : Orang minta dijadikan kongres untuk melengkapi lemari medalnya, minta diajarkan cara kaya mendadak, minta diajarkan men TO suatu partai.

(Mulai berdiri dan berjalan-jalan)

Patung Penjaga : Padahal jelas mereka menempatkan aku di sini sebagai simbol nilai kejujuran dan moral sosial untuk menjaga keutuhan negri. Karna tanpa nilai-nilai itu, sebuah negri hanyalah omong kosong. Liat Gov Indonesia Real, mereka memimpin dengan kebohongan dan tanpa ke-layak-an sama sekali, dan liat efeknya sekarang.

Patung Penjaga : Yaah terkadang aku bisa dibuat bangga dengan negri ini. Seperti yang terjadi beberapa bulan lalu.

Lihat Koran Ini , sang ketua Kongres menolak jabatan gov. Kalau dia menerima apakah dia menyalahi aturan? Tidak, tapi demi sebuah nilai ke-layak-an dan ke-patut-an dia menolaknya. Saya bangga dengan hal itu,

menilik ke RL, waktu bencana Tsunami Mentawai, Gubernurnya malah pergi ke luar negri. Apakah dia menyalahi aturan? Tidak, tapi apakah itu patut? Walaupun demi sebuah tugas bukan berlibur.

Lalu beberapa bulan lalu, saya bangga sekali melihat Artikel ini . Seorang Presiden meminta maaf karena telah salah meminta seorang kongres untuk dijadikan Mentri. Ini sifat seorang ksatria menurut saya.

Patung Penjaga : Contoh-contoh di atas membuat saya semakin bangga berdiri tegak di sini.

Sambil berjalan sang Patung itu tidak sengaja melihat sebuah berita , masalah di berita itu sama sekali bukan masalah baru. Tiba-tiba Sang Patung merasa sedih, sangat sedih setelah membaca berita tersebut.

Kesedihan itu mendera sedemikan hebat hingga dia emosi..

Patung Penjaga : Cuih! Benar-benar memalukan.

Patung Penjaga : Berbulan-bulan saya menjaga nilai-nilai moral sosial dan kejujuran, ternyata hanya untuk mereka-mereka tertentu saja. Sedangkan para populis, petinggi militer ini tidak berlaku! Coba kalau rakyat biasa apalagi sipil yang melakukan itu?

Benar kata seorang tua, eIndonesia melihat siapa, bukan apa. Kalau A melakukan sesuatu akan selalu BENAR, kalau B melakukan sesuatu sebagaimana sempurna-nya dia akan tetap di cap SALAH!

Kejujuran juga sudah direduksi sekarang, yang ada hanya kepentingan golongan! Bagaimana kita bisa berperang, buang-buang gold bila nurani kita terusik dan terluka?

Sama seperti saat sebagian Indonesia Real masih berkutat dengan harga cabai dan kemiskinan, gaji presiden malah diwacanakan naik? Nurani rakyat sapa yang tidak terluka? Itu tidak menyalahi aturan, tapi itu tidak layak!

Patung Penjaga : Untuk apa lagi aku di letakkan di sini?

Lalu Sang Patung kembali ke tempat patung itu biasa berdiri, memungut spidol yang terletak di depannya dan menambahkan tulisan “dahulu” pada tulisan di tugu patung itu.

“DAHULU INI ADALAH PERLAMBANGAN DARI NIAT KAMI UNTUK MENJAGA NILAI KEJUJURAN DAN MORAL SOSIAL DEMI MENJAGA KEUTUHAN NEGRI”

Kemudia Patung terdiam dalam posisi yang tampak malu.


Stephanus N
Masih tetap berjuang di Kiri