[Dongeng Erep] Seminggu di TNeI

Day 2,427, 08:15 Published in Indonesia Indonesia by Kampret7

Pertama, TS mengucapkan terimakasih banyak untuk gan sapi.tempur yang mensponsori pembuatan koran ini.

Selamat membaca.

Sabtu, 21 Juni 2014
Day 2405 Erepublik Time
Papua, eIndonesia


Pagi yang begitu indah, matahari bersinar terang di kabinku di pinggiran pantai Raja Ampat, Papua. Hari ini hari sabtu, hari yang tidak terlalu sibuk sebenarnya. Aku hanya perlu melapor ke mako Laskar Bocil dan aku tidak terburu-buru. Jadi aku hanya bersantai menikmati matahari terbit di pinggir pantai sambil ditemani secangkir kopi. Sesampainya aku di mako, terlihat perbedaan dari hari-hari sebelumnya. Tidak seperti hari-hari biasanya yang terlihat sepi, kali ini terlihat banyak aktivitas di sana. Truk-truk pasukan hilir mudik, senjata perorangan dikeluarkan dan dihitung, tank-tank diperiksa kesiapannya, seperti ada sesuatu yang sedang terjadi. Aku tidak sempat membaca surat kabar pagi ini untuk mengetahui ada apa dan hanya berangkat pergi. Sambil kebingungan aku menghampiri beberapa orang yang sedang berbincang-bincang. Ternyata mereka adalah Mwias, Pupujuku, beberapa pasukan Bocil lainnya, dan DevaJr, pasukan Cobra Aoi yang datang menggunakan helikopter. sepertinya Ia sangat terburu-buru karena helikopter yang ditumpanginya tidak mematikan mesin. Laskar Bocil dan Cobra Aoi bisa dikatakan dekat. Kita sering mengadakaan Latihan Gabungan dan pertukaran prajurit.

Aku segera menghampiri mereka dan bertanya “ada apa ini sibuk sekali, tumben?”
lalu DevaJr coba menjelaskan kembali kepadaku secara singkat “selasa nanti akan diadakan perlombaan antar Unit Militer, dan kita sedang mendiskusikan untuk menggabungkan kekuatan agar mendapatkan hasil yang maksimal. ABeRI dan TNeI mengundang kita untuk bergabung. Dan sepertinya kita akan bergabung dengan TNeI.”
“Benar, lebih baik kita bergabung dengan TNeI karena ini MU Nasional. Kita harus membuat TNeI semakin diperhitungkan di eDunia.” Mwias menambahkan.
“Baiklah, aku sih siap-siap saja ditempatkan dimanapun.” Jawabku.
“Kalau begitu semuanya sudah terkendali. Sekarang aku akan mempersiapkan pasukan dan segera bertolak ke TNeI.” Kata DevaJr lalu masuk ke helikopter. “Sampai ketemu di sana” ujarnya lagi sambil memberi hormat.
“Ger, bila kau ingin berangkat ke TNeI ikutlah dengan truk yang di sana. Mereka berangkat dalam 2 jam. Aku akan meyusul setelah semuanya sudah berangkat dan tidak ada yang tertinggal” ujar Mwias kepadaku.
“Ini ku berikan sebagian amunisiku kepadamu. Pakai sebaik mungkin!” tambahnya lagi.
“Siap Pak!” Jawabku lantang sambil tersenyum kegirangan karena diberikan bekal amunisi yang sangat vital bagi seorang prajurit.

Aku segera melihat seluruh surat kabar untuk mengetahui lebih banyak. Setelah membaca, aku terhening sejenak memandangi sekeliling mako sambil berpikir

“Ini dia. Ini. Mungkin inilah jawaban eTuhan untuk mempersatukan seluruh MU di eIndonesia.”.

Permasalahan peleburan seluruh MU di Indonesia sudah sering diperdebatkan sejak beberapa bulan sebelumnya. Tetapi tidak ada yang ingin bergerak terlebih dahulu. Aku pun hanya berpikir realistis akan perdebatan ini. Aku tahu banyak halangan untuk meleburkan seluruh MU di sini. Tapi setelah tahu akan ada perlombaan ini dan seluruh MU akan melebur di antara satu dari antara dua MU terbesar di sini, aku menjadi optimis.



Aku segera menghubungi tiga temanku yang lain untuk berangkat bersama. Mereka adalah Daniel Raja Pratama (DRP), Wilson Tennedy, dan Riyaashii. Aku hanya menunggu di depan barak, dan tidak lama kemudian mereka pun tiba. 200 meter sebelum memasuki mabes TNeI antrian panjang sudah terjadi. Banyak truk pasukan, jip, tank transporter, truk BBM mengantri untuk bisa parkir di dalam markas. Memasuki gerbang mabes suasananya sangat ramai. Seperti ada karnaval saja. Ada yang sedang membangun tenda barak, memeriksa kondisi alutsista masing-masing kesatuan, latihan baris-berbaris dan banyak lagi.

Mabes TNeI sendiri merupakan markas militer yang terdiri dari kantor beserta ruang komando, pusat pelatihan, barak, gudang amunisi, bunker tank, bunker pesawat tempur, hanggar pesawat dan helikopter, dan landasan pesawat sepanjang 3500 meter. Merupakan salah satu yang terbesar dan terlengkap di eDunia.

Aku segera melapor kepada panglima TNeI Type-X dan disambut dengan hangat. Logat dan pemakaian katanya sedikit “berbeda”. Entah dari mana logat itu.

“Awak ucapkan selamat datang. Semoga kaw betah.” Katanya.

Aku mulai berkeliling komplek dan melihat-lihat kesibukan dari MU lain. Ada pasukan Cobra Aoi, Armada Garuda, eISF Force, Dan masih banyak lagi. Mereka datang menggunakan truk pasukan, helikopter dan pesawat pengangkut. dan tidak ketinggalan pasukan legiun asing Indo-Hungarians’ Alliance (IHA) yang datang menggunakan pesawat Hercules mereka.

Semuanya ingin berpartisipasi dalam perlombaan ini dan ingin berkontribusi bagi TNeI. Aku sempat mendengar perbincangan antar sesama prajurit yang berkata

“Akhirnya kita bisa juga melebur menjadi satu tanpa membedakaan asal dan hanya untuk satu tujuan, membuat TNeI dan eIndonesia semakin diperhitungkan di eDunia.”

Dan ditanggapi dengan semangat oleh temanya seakan meng-iya-kan. Yang dia katakan benar adanya. Semudah itu sebenarnya untuk kita melebur di satu MU. Kita hanya membutuhkan momentum yang tepat. Dan perlombaan ini adalah trigernya.

Setelah berkeliling akhirnya aku melihat wajah-wajah yang familiar, ada wakil presiden saat itu om WarankZ, Decksenn Bayu, Mr.Bun, Pengemis Utara, ScimitarInd, Don Care Leone si raja Guerrilla Fight, dan masih banyak lagi orang-orang hebat lainnya yang bergabung.

“It’s gonna be legen… wait for it, …dary. Legendary.” Kataku sambil tersenyum lebar.

Aku dimasukan dalam resimen ke 2 TNeI dengan komandan resimen Mandala Tigabelas (kalau aku tidak salah baca nama yang tercantum di seragamnya).

Perlombaan pun akhirnya dimulai tepat jam 00.00 hari selasa Day 2408 ET. Seluruh negara ikut berpartisipasi yang di sebut-sebut sebagai The New World Cup ini. Target yang ingin dicapai TNeI kali ini adalah menjadi juara umum di eIndonesia di semua divisi dari divisi I sampai IV. Tapi kita menjalaninya dengan fun, fight smart dan yang paling utama harus selalu sportif dan tidak saling menjatuhkan sesama bangsa eIndonesia. Seperti yang selalu dikatakan dalam setiap artikel kenegaraan dari om WarankZ

SEKALI LAGI... Apapun hasilnya setelah EVENT WORLD CUP ini selesai, KITA tetap eINDONESIA !!! TIDAK ADA kata-kata saling membanggakan diri antar masing-masing GOLONGAN, semua adalah HASIL kita bersama !!! Semua adalah HASIL dari keputusan KITA bersama.. DIHARAPKAN setelah EVENT ini selesai, eINDONESIA semakin SOLID dan saling MENGHARGAI antar masing-masing GOLONGAN. HANYA ada SATU GOLONGAN !!! eINDONESIA !!! TERIMAKASIH o7”.

Aku pun tidak terlalu terburu-buru menyelesaikan misi yang ada.

“ahh, yang penting dapet 500 Prestige Poin (PP) cukup” ujarku dalam hati.

Sehari menjalankan misi aku melihat paket amunisi besar di depan kasurku. Setelah kulihat pengirimnya ternyata dari Mr.Bun,

“lumayan, dapet parcel pagi-pagi begini.” Pikirku, dan aku segera menelponnya untuk berterimakasih.

Banyak pasukan yang sudah lebih dari 500 PP sebelum 24 jam, tapi aku berusaha agar tidak terpengaruh meskipun tangan ini sudah gatal ingin menggunakan energy bar dan secepatnya menyelesaikan misi. Sempat ada blunder akan proposal Natural Enemy terhadap Afrika Selatan, lalu pembukaan perang pemberontakan di wilayah jajahan Western Australia, Mindanao, dan Sabah sehingga mengakibatkan ketiga wilayah tersebut terlepas. Meskipun begitu perlombaan harus tetap berjalan. Memang seminggu kemudian ketiga wilayah jajahan kita itu berhasil kita kuasai kembali. Tetapi di minggu itu SDA kita berkurang cukup banyak akibat lepasnya wilayah-wilayah tersebut.

Perlombaan telah berakhir dan aku harus kembali ke tempat asalku. Teman-teman yang lain pun sudah membereskan tenda-tenda mereka dan bersiap kembali ke asalnya masing-masing. Aku akhirnya mencapai target 500 PP dan keempat divisi TNeI berhasil menduduki peringkat pertama. Yang lebih hebat lagi resimen 1 TNeI masuk ke jajaran 100 resimen terbaik eDunia. Masing-masing pasukan mendapat medali karena telah bekerja sama dengan baik serta diskon training contract selama 19 hari. Hadiahnya memang sangat menggiurkan, tapi bagiku aku sudah mendapatkan hadiahku saat pertama aku bergabung dengan TNeI dan bertemu saudara-saudaraku sesama prajurit eIndonesia. Panglima TNeI Type-X sempat memberikan souvenir untuk setiap pasukan berupa piagam lambang TNeI disertai foto avatar setiap prajurit yang bertempur bersama TNeI. Hadiahnya bukan uang, emas, atau amunisi, tapi menurutku ini lebih bernilai dari itu semua. Piagam ini adalah pengingat kalau kita eIndonesia pernah, mampu, dan akan selalu bersatu padu menggabungkan semua potensi dan kekuatan yang ada tanpa membeda-bedakan golongan demi satu tujuan eIndonesia yang lebih kuat.



Bila aku boleh berandai-andai dan tidak mempedulikan birokasi yang ada, mungkin bila seminggu dalam tiga bulan sepertinya menarik bila diadakan open house di TNeI dan kita semua datang ke sana, bertempur bersama kembali seperti kemarin. Hanya untuk bersenang-senang dan mengakrabkan diri. Lalu bila memungkinkan, bisa dipercepat menjadi dua bulan sekali, lalu sebulan sekali. Siapa tahu kita pada akhirnya bisa melebur menjadi satu MU. Who knows? Yaah, ini hanya pikiran liarku saja. Mohon maaf bila tidak berkenan. Tapi jangan bilang tidak mungkin dilakukan.

Matahari pun mulai menjauh di ufuk barat. Di bawah langit senja yang cerah dan di selingi suara kendaraan yang datang dan pergi mengangkut pasukan, aku, DRP, Wilson, dan Riyaashii duduk bersantai di antara tumpukan perlengkapan kami, menunggu giliran untuk kembali ke mako Bocil. Sambil menikmati bir dingin aku menyalakan radio ReRI, dan terdengarlah lagu Fortunate Son dari Creedence Clearwater Revival. Entah mengapa lagu itu terdengar cocok untuk menggambarkan sore itu. Sore yang begitu tenang, begitu indah, begitu damai.

Artikel dan gambar selengkapnya bisa dilihat disini