[CERPEN] POLITIKUS DAN KANJENG RAJA SAPI!!

Day 1,243, 01:57 Published in Indonesia Indonesia by Stephanus N
Gue cuma memperjelas, kesepakan kita dulu, entah masih diakui atau tidak. Yang penting tugas gue mengingatkan saja. Karna gue liat keadaan mulai mengkhawatirkan tentang ini.



Coba baca cerpen ini dengan santai, rileks, tanpa beban... Gak ada maksud apa-apa, cuma cerita penghibur. Cerpen ini adaptasi dari monolog-nya Mbah Butet, skenario Agus Noor. Selamat menikmati...

Tampak pohon beringin tua, rimbun dan singup. Suasana terkesan angker. Terlihat sisa dupa persembahan, juga tebaran bunga setaman di bawah pohon beringin itu. Bau magis terasa dimana-mana. Di satu sisi pohon beringin itu terlihat bayangan makam tua.

Dari satu arah muncul Juru Kunci makam itu. Agak tertatih, melangkah hati-hati. Ia terlihat tua. Memakai sorjan dan ikat kepala hitam. Ia berjalan mondar-mandir di seputar makam. Mengamati keadaan, lalu mengambil kotak sumbangan, membukanya. Melihat dan kecewa karena tak ada uang di dalam kotak sumbangan itu…


JURU KUNCI: Sudah berhari-hari ndak ada yang datang kemari. Paling-paling mahasiswa yang mau pacaran. Mungkin karena mereka nggak bisa bayar losmen murahan, makanya milih pacaran dikuburan…

Sekarang beginilah suasana makam ini… Selalu sepiiiii… Ini gara-gara aaa apa itu… (mengingat-ingat) eee, ya.. Gerakan Anti Sapi Voter. Gara-gara ada Gerakan Anti Sapi Voter itu, omzet saya langsung menurun drastis. Mangkel aku! Siapa itu para penggagasnya? Siapa? N3m0? Dendi Uzumaki? Siapa? Stephanus N? Psy_Cho? Kandon?

Saya santet baru tau rasa!

Lho, saya berhak marah. Sebab karena merekala ekonomi char saya jadi terganggu. Makam jadi sepi. Nggak ada lagi orang yang datang ke mari.
Padahal, biasanya, tiap hari rata-rata 10 atau 15 politikus, datang kemari. Biasalah, cari berkah. Kalian kan ya sudah tahu toh, kualitas para politikus kita itu. Lebih percaya klenik, ketimbang berbuat baik untuk meraih suara rakyat.

Sebelum ada Gerakan Anti Sapi Voter, banyak politikus yang nyekar ke mari. Sowan sama Kanjeng Sunan Raja Sapi. Dedemit sakti yang berkeraton di pohon kurung itu… Bahkan kadang-kadang ada juga menteri yang datang ke mari… Eeh, jangan salah sangka ya, apa dikira menteri juga tidak memerlukan sowan kemari untuk minta petunjuk dan saran? Apa dikira staf ahli menteri itu cuma dari kalangan akademisi? Diam-diam, juru kunci seperti saya ini juga termasuk staf ahli ahli menteri lho. Straf ahli bidang perklenikan.

Biasanya menjelang Pemilu Pres atau kongres, banyak tokoh sowan ke mari. Terakhir ya seminggu yang lalu. Ketika tiba-tiba seorang politikus muncul dan langsung marah-marah mencari saya. Saya sampai kaget, dan nggak sempat cebok. Langsung saya menemui politikus yang sedang marah-marah itu. “Ada apa Denmas Politikus, kok marah-marah begitu?”

POLITIKUS: (Sembari mengeluarkan selembar kertas) Lihat ini: Daftar Politikus Busuk! Kamu baca coba! Ini kan keterlaluan

JURU KUNCI: Tenang…Sabar.., sabar… Denmas Politikus pasti marah dan tersinggung karena dimasukkan dalam Daftar Politisi Busuk, iya ‘kan?!

POLITIKUS: Lho, saya marah justru karena nama saya tidak masuk dalam Daftar Politikus Busuk! Ini kan keterlaluan. Tidak menghargai perjuangan dan jerih payah saya sebagai politikus. Padahal saya sudah bertahun-tahun menjadi politikus. Saya sudah seoptimal dan semaksimal mungkin berbuat curang dalam setiap kesempatan, lha kok nama saya tidak dimasukkan daftar sebagai polisi busuk?! Itu ‘kan artinya sama saja tidak mengakui saya sebagai polikus yang berhasil. Terhina saya!

Juru Kunci, geleng-geleng keheranan dan bingung,

JURU KUNCI: Ck..ck..ck… Iki wong genius, atau wong edan yang nyambi jadi politikus… (Lalu kepada politikus itu) Lho.., mestinya Denmas Politikus ‘kan senang, kalau Denmas Politikus ini bukan termasuk golongan politisi busuk?! Iya, toh?

POLITIKUS: Saya justru sedih, Pak… Karena itu artinya saya belum sukses menjadi politikus yang baik dan benar. Bukankah kesuksesan seorang politikus diukur dari tingkat keculasan dan kebusukannya? Semangkin pintar memutar-mutar kebohongan, semangkin canggih memanipulasi keadaan, semangkin tinggilah status dan martabat politikus. Karena itulah, Pak.., tolonglah saya, bagimana caranya agar nama saya masuk dalam Daftar Politikus Busuk.

Bapak tahu, lebih mudah menjadi politikus yang tidak busuk, ketimbang menjadi politikus busuk! Jadi politikus yang tidak busuk itu gampang. Modalnya cuma moralitas, punya integritas, beriman, tahan godaan, perhatian pada nasib rakyat, track record yang baik…. Sebagai politikus, alhamdulillah, saya tidak memiliki itu semua.

Menjadi politikus busuk jauh lebih susah, Pak! Mesti banyak berkorban, betul?! Mesti mengeluarkan banyak modal, betul?! Mesti tahan hinaan, betul?! Mesti punya ilmu bunglon, betul?! Harus bersikap tak peduli dan tuli, Betul?! Dan itu tidak mudah lho, Pak. Saya harus pura-pura tuli, meski telinga saya sehat. Kan susah, punya pendengaran bagus tapi harus terus-menerus pura-pura tidak mendengar aspirasi rakyat.

Politikus itu bukan orang yang ‘mengatasi masalah tanpa masalah’. Itu biar tugas Pegadaian. Politikus itu selalu ‘mengatasi masalah dengan cara menambah-nambah masalah’.

Politikus itu mengeluarkan gold, menyerahkan…

POLITIKUS: Ini, sebagai dana awal…Yang penting usahakan saya menjadi politikus busuk. Kalau saya tidak terdaftar sebagai politisi buruk, bagaimana mungkin saya bisa menjadi calon kongres? Politik kita ‘kan sama seperti persepakbolaan kita di RL, yang menarik dan menjadi berita bukan prestasi dan keberhasilannya, tapi justru skandal dan sinetron-sinetronnya.

Juru Kunci, kebingungan dan heran…

JURU KUNCI: Begitulah peristiwanya… Saya menenangkan politikus itu. Ia terus memohon dan menghiba. Sementara saya kian tambah bingung.
Usut-punya usut,… baru saya tahu. Ternyata: dia ingin sekali dimasukkan dalam Daftar Politisi Busuk, karena dia ingin mengkatrol namanya di Daftar Kongres.

Saya yakin kok, yang masuk daftar calon Kongres, pastilah mereka yang sering sowan ke mari. Saya nggak asal njeplak. Ada buktinya…
Lalu mengambil buku dari satu tempat dekat makam, semacam buku tamu.

JURU KUNCI: Nih lihat… Nama-nama mereka yang sering datang kemari… Ada si Fulan.. Ada Si Polan… Lengkap. Semua ada di sini. Maknya jangan meremehkan saya. Relasi saya banyak. Saya pribadi juga sering kok dimintai saran dan pendapat. Karena saya dianggap juru bicara yang mumpuni, yang mampu menafsirkan isyarat dan tanda-tanda yang disampaikan Kanjeng Sunan Raja Sapi. Jadi saya ini ibarat Hermes dalam mitologi Yunani, yang mampu membaca tanda-tanda dari Dewa. Kalian tahu kan, Hermes itu yang menjadi dasar ilmu Hermeneutika. Tapi karena saya cuma dianggap juru kunci tukang klenik, maka ilmu saya namanya Hermeneukleniktika.

Itu ilmu yang bermodalkan waton omong dan otak atik gatuk. Tapi banyak yang suka dan percaya. Kalau ada pemilihan Presiden, saya sering diminta menjadi Tim Sukses. Aneh, kan? Hidup saya saja tidak sukses, kok ya dimintai jadi Tim Sukses. Kalau memang saya punya kemampuan membuat sukses, ngapain pula saya membuat sukses orang lain. Mending menyukseskan hidup saya sendiri, biar nggak terus-terusan jadi Juru Kunci kuburan seperti ini…

Tapi, yah.. karena saya ini sudah terlanjur dianggap pintar dan sakti, ya tetap saja saya dimintai tolong. Waktu kampanye presiden juga begitu. Banyak Tim Sukses yang sowan ke mari.

Saya jadi makin heran. Kenapa sih calon presiden membutuhkan Tim Sukses? Kalau dipikir-pikir, bukankah keberadaan Tim Sukses itu dengan sendirinya menegaskan kalau para calon presiden itu belum sukses? Karena merasa belum sukses, maka para calon presiden itu memerlukan tim sukses, agar dirinya bisa sukses.

Lalu ngapain kita milih calon presiden, kalau dia sendiri merasa belum sukses… Mungkin para calon presiden itu memang bener-bener belum sukses sebagai politikus busuk.

Mendadak ketakutan, melihat kiri-kanan…

JURU KUNCI: Waduh… bisa berabe nih kalau kedengaran KERIS… (melihat-lihat keadaan) Soalnya KERIS juga sering datang ke mari. Biasalah, petentang-petenteng minta informasi.

Terakhir ya Denmas Politikus yang marah-marah itu. Hampir seharian dia duduk di situ, seperti orang linglung. Karena kasihan, saya ajak dia untuk suwon tengah malam. Dia senang, karena saya mau menolong.

“Kita minta petunjuk saja sama Kanjeng Sunan Raja Sapi, “ kata saya pada politikus itu. Lalu kami berdua pun duduk di dekat makam. Nah, di situ… saya dan politikus itu duduk bersila…

Duduk bersila di depan makam, merapal mantra…Perlahan-lahan muncul asap putih dari arah makam itu… Asap kian tebal, suara menggemuruh.
Juru Kunci itu lari dan menghilang. Kemudian, perlahan-lahan muncul sosok dari kelimun kepulan asap, bagai muncul dari dalam makam. Sosok itu rupanya Raja Sapi yang mendengar doa politikus itu.




RAJA SAPI: Ogleng ogleng celeng degleng moglang mogleng… Siapa gerangan yang membangunkanku, he?!

Terdengar suara Politikus: “Saya Kanjeng Sunan Raja Sapi…”

RAJA SAPI: Oalah ogleng ogleng celeng degleng bolang baling tak tempeleng… Dari baunya saya sudah tahu… Kamu pasti politikus busuk. Terus terang dari pada saya sungguh kecewa dengan kamu Nakmas Politikus… Kamu benar-bener masih dungu dan bebal.

Kembali suara Politikus menjawab: “Saya Kanjeng Sunan Raja Sapi…”

RAJA SAPI: Saya tahu, dari pada kamu marah dikarenaken nama kamu tidak terdaftar sebagai politikus busuk. Apakah kamu tidak sadar, kalau kamu itu memang tidak termasuk politikus busuk. Sebab apa? Sebab dari pada kamu itu termasuk golongan politikus super busuk!

Sungguh aneh kalau dari pada politikus super busuk macam kamu, malah menghiba-hiba ingin dimasukken ke dalam dari pada Daftar Politikus kelas busuk. Itu artinya, kamu ternyata masih politikus abangan. Kurang sumeleh. Malu aku jadi gurumu…

Suara Politikus menjawab bernada ketakutan: “ Sa.. Saya Kanjeng Sunan Raja Sapi…”

RAJA SAPI: Ingat, sudah dari pada bertahun-tahun aku mendidik kamu. Ibaratnya aku ini guru besarmu. Profesor kamu. Mentor kamu. Jadi, dari pada kamu harus menjaga dari pada wibawa dan martabatku. Ndak ada itu politikus didikan saya yang hanya level ‘Politikus Busuk’. Semua rata-rata di atas level ‘Politikus Super Busuk’. Kebusukan dan kelicikannya sudah super canggih.

Kamu sudah melakuken hampir semua kecurangan dan keculasan. Dari korupsi, medal hunter sampai RA orang yang kamu benci. Semua sudah kamu lakukan. Paling, yang belum kamu coba cuman memakai narkoba. Meski saya tahu, diam-diam kamu sesekali pakai Viagra.

Biarlah para politikus itu berhimpun sendiri dalam satu partai yang mengembangkan paradigma kebusukan baru. Partai dengan kebusukan baru.

Karena itu, kamu ndak usah dari pada marah-marah begitu ya… Pulanglah. Doa restu dan kebusukanku menyertai kamu. Zaman sudah berubah. Sudah makin tambah parah.

Sekarang, pulanglah….

Lalu asap kembali mengepul, suara gemuruh yang mistis. Sosok Kanjeng Sunan Raja Sapi itu lenyap seketika. Lolongan yang mengerikan seperti menyayat malam. Ada rembulan pucat perak di atas beringin yang angker dan tua itu.

Kemudian dari satu arah muncul Juru Kunci makam itu. Agak tertatih, melangkah hati-hati. Ia terlihat tua. Memakai sorjan dan ikat kepala hitam. Ia berjalan mondar-mandir di seputar makam. Mengamati keadaan, lalu mengambil kotak sumbangan, membukanya. Melihat dan kecewa karena tak ada uang di dalam kotak sumbangan itu…


JURU KUNCI: Sudah berhari-hari ndak ada yang datang kemari.
Sekarang beginilah suasana makam ini… Selalu sepiiiii… rasanya tempat ini ndak angker lagi… Mungkin ya karena Raja Sapinya sudah pergi…

Yaah, ada juga sih, satu dua politikus muda yang datang. Kadang menginap, Kadang ngajak saya ngobrol soal perubahan. Mereka janji, kalau mereka berhasil akan ingat pada saya. Ingat nasib saya. Saya sih hanya manggut-manggut. Kalian kan tahu sendiri, omongan politikus….

Lalu Juru Kunci itu meletakan kembali kotak sumbangan itu ke tempat semula. Berjalan tertatih-tatih mengambil sapu lidi, dan mulai membersimkan sampah yang bertebaran di mana-mana.


Srek…srek…srek…srek…srek…srek…

Suara sapu lidi yang bergesekan itu terdengar nyaring, sampai ke mimpi.

Stephanus N
Tetap berjuang dari Kiri